Pemeriksaan Fungsi Mukosiliar TINJAUAN KEPUSTAKAAN

terperangkap oleh palut lender akan menembus mukosa dan menimbulkan penyakit. Kecepatan dari TMS sangatlah bervariasi, pada orang yang sehat adalah antara 1 sampai 20 mm menit. Ballenger JJ,1994 ; Sakakura, 1997 ;Nizar, 2000 ; Cohen ; 2006 Karena pergerakan silia lebih aktif pada meatus inferior dan media maka gerakan mukus dalam hidung umumnya ke belakang, silia cenderung akan menarik lapisan mukus dari meatus komunis ke dalam celah-celah ini. Sedangkan arah gerakan silia pada sinus seperti spiral, dimulai dari tempat yang jauh dari ostium. Kecepatan gerakan silia bertambah secara progresif saat mencapai ostium, dan pada daerah ostium silia tersebut berputar dengan kecepatan 15 hingga 20 mmmenit Ballenger JJ,1994 ; Higler, 1997. Pada dinding lateral rongga hidung sekret dari sinus maksila akan bergabung dengan sekret yang berasal dari sinus frontal dan etmoid anterior di dekat infundibulum etmoid, kemudian melalui anteroinferior orifisium tuba eustachius akan dialirkan ke arah nasofaring. Sekret yang berasal dari sinus etmoid posterior dan sfenoid akan bergabung di resesus sfenoetmoid, kemudian melalui posteroinferior orifisium tuba eustachius menuju nasofaring. Dari rongga nasofaring mukus turun kebawah oleh gerakan menelan Soetjipto D Wardani RS,2007 Kecepatan gerakan mukus oleh kerja silia berbeda pada setiap bagian hidung. Pada segmen hidung anterior kecepatan gerakan silianya mungkin hanya 16 segmen posterior, sekitar 1 hingga 20 mm menit Heilger PA , 1997

2.5 Pemeriksaan Fungsi Mukosiliar

Beragam cara yang digunakan untuk menilai TMS. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan partikel, baik yang larut maupun yang tidak larut Universitas Sumatera Utara dalam air. Zat yang bisa larut seperti sakarin, obat topikal, atau gas inhalasi ; sedangkan yang tidak larut adalah lamp black, colloid sulfur, 600-um allumunium disc atau substansi radioaktif seperti human serum albumin, Teflon, bismuth trioxide. Waktu atau Kecepatan yang didapat pada pemeriksaan disebut sebagai waktu kecepatan TMS. Ballenger JJ,1994 ; Hilger PA,1997; Scott Brown,1997 ; Sun SS. 2002 ; Waguespack R,1995 Uji Sakarin atau lebih dikenal dengan Waktu transport Sakarin atau Waktu TMS dapat digunakan sebagai pengganti partikel yang telah digunakan secara luas pada beragam penelitian sebagai indikator untuk menilai fungsi pembersihan pada rongga hidung manusia. Uji sakarin ini juga telah digunakan pada beberapa penelitian untuk menilai efektivitas pada pemakaian cuci hidung, mengetahui tingkat kecepatan, radiasi, dan ragam bahan yang dapat menimbulkan siliotoksik pada mukosa hidung. Banyak penelitian membuktikan bahwa waktu sakarin ini adalah sebagai indikator langsung terhadap fungsi mukosiliar hidung dan pada penelitian yang lain telah dilaporkan bahwa waktu sakarin ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian untuk memperlihatkan fisiologik hidung yang multifaktorial. Havas T, 1999 ; Jorissen M, 1998 ; Talbot AR, 1998 Waguespack R,1995 Secara klinis pengukuran waktu TMS dengan sakarin pertama kali diperkenalkan oleh Anderson dan kawan-kawan pada tahun 1974 dan sampai sekarang telah banyak digunakan pada pemeriksaan rutin, bahkan oleh banyak para ahli di berbagai kota di dunia oleh karena biayanya relatif murah dan mudah dalam penggunaannya. Uji sakarin juga cukup ideal untuk penggunaan di klinik. Ballenger JJ,1994; Jorissen M, 1998; Jorissen M , Boeck , 2000 ; Waguespack R,1995 Universitas Sumatera Utara Pemeriksaan pasien diawali dengan penderita dalam kondisi sadar dan diharapkan untuk tidak menghirup, makan dan minum. Penderita duduk dengan kepala posisi fleksi 10 derajat. Bubuk sakarin diletakkan 1 cm di belakang batas anterior konka inferior. Kemudian subjek diminta untuk menelan secara periodik tertentu kira-kira 1 2 - 1 menit sampai penderita merasakan manis. Waktu pada saat sakarin mulai diletakkan di bawah konka inferior sampai merasakan manis di lakukan pencatatan dan ini disebut sebagai TMS atau waktu sakarin. Rata-rata nilai normal adalah 12-15 menit Jorissen M, 1998 ; Jorissen M, Willems T, Boeck KD, 2000

2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Transportasi Mukosiliar

Dokumen yang terkait

Efektifitas Penggunaan Catatan Pantau Cairan Terhadap Keseimbangan Cairan pada Anak dengan Diare di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012

0 51 76

Perbandingan ketepatan antara pemeriksaan sitologi sputum induksi NaCl 3% dengan sitologi sputum post-bronkoskopi secara fiksasi Saccomanno dalam membantu penegakan diagnosis kanker paru.

6 85 101

Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinusitis Kronis Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional

1 30 110

Perbedaan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Dengan Kavum Nasi Normal

0 46 78

Gambaran Pemberian Cairan Intravena untuk Tindakan Resusitasi Cairan pada Kasus Trauma Akibat Kecelakaan Lalu Lintas di IGD RSUP H.Adam Malik pada Bulan Oktober 2014

2 60 60

Pengaruh Cuci Hidung dengan NaCl 0,9% Terhadap Peningkatan Rata-rata Kadar pH Cairan Hidung pada Pedagang Kaki Lima di Kawasan Kampus Universitas Sumatera Utara

1 18 64

Pengaruh Cuci Hidung dengan NaCl 0,9% Terhadap Peningkatan Rata-rata Kadar pH Cairan Hidung pada Pedagang Kaki Lima di Kawasan Kampus Universitas Sumatera Utara

0 0 14

Pengaruh Cuci Hidung dengan NaCl 0,9% Terhadap Peningkatan Rata-rata Kadar pH Cairan Hidung pada Pedagang Kaki Lima di Kawasan Kampus Universitas Sumatera Utara

0 0 2

Perbedaan transpor mukosiliar pada pemberian larutan garam hipertonik dan isotonik penderita rinosinusitis kronis

0 0 8

Pengaruh cuci hidung dengan NaCl 0,9 terhadap peningkatan rata-rata kadar pH cairan hidung

0 0 6