E. Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Kerangka Internasional
Hak asasi manusia HAM adalah hak yang dimiliki manusia karena dirinya manusia. Konsep HAM membuat perbedaan status seperti ras, gender, dan agama tidak relevan
secara politis dan hukum dan menuntut adanya perlakuan yang sama tanpa memandang apakah orang yang bersangkutan memenuhi kewajiban terhadap
komunitasnya. Secara konseptual, ada beberapa teori yang berkenaan dengan HAM, yaitu:
1. Teori hak-hak alami natural rights, yang berpandangan bahwa HAM
adalah hak yang dimiliki oleh seluruh manusia pada segala waktu dan tempat.
2. Teori positivis positivist theory, yang berpandangan bahwa hak harus
dituliskan dalam hukum yang riil, misalnya melalui konstitusi. 3.
Teori relativis kultural cultural relativist theory, teori ini merupakan anti- tesis dari teori hak alami, karena berpandangan bahwa hak yang bersifat
universal merupakan pelanggaran terhadap dimensi kultural yang lain, atau dalam kata lain disebut dengan imperialisme kultural.
4. Doktrin Marxis marxist doctrine and human rights, teori ini juga
menolak natural rights karena beranggapan bahwa negara atau sifat kolektif yang menjadi sumber segala hak.
Namun demikian, konsepsi HAM yang berkembang mempunyai hakikat untuk melindungi kepentingan perseorangan setiap individu. Pada saat ini telah ada
beberapa instrumen yuridik untuk melindungi HAM dalam konteks hukum internasional. Namun sebelum munculnya instrumen yuridik tersebut, telah terjadi
perdebatan mengenai status individu dalam hukum international.
Dalam hukum internasional, paradigma negara-sentris telah mengakar sejak lama. Sehingga ketika muncul ide untuk membuat perlindungan internasional
terhadap HAM, maka pro-kontra terjadi. Beberapa pendapat mengatakan bahwa hukum internasional hanya mengatur hubungan antar negara, sehingga individu tidak
dapat dianggap sebagai subyek hukum internasional.
36
Untuk melindungi HAM, instrumen yuridik menjadi sebuah hal yang sangat diperlukan agar dapat memberikan kepastian hukum dalam melaksanakan penegakan
HAM. Secara historis-empiris, ada beberapa instrumen yuridik yang muncul untuk melindungi HAM, antara lain :
Namun menurut Prof. George Scelle, hanya individu yang menjadi subyek hukum internasional. Pendukung
terhadap pendapat ini mengatakan bahwa tujuan akhir dari pengaturan-pengaturan konvensional adalah individu dan oleh karena itu individu mendapatkan perlindungan
internasional. Pendapat lain mengatakan bahwa negara sebenarnya adalah entitas yang abstrak, dan pada dasarnya negara terdiri dari individu-individu, sehingga sudah
sewajarnya individu dapat dikategorikan sebagai subyek hukum internasional meskipun hanya dalam hal-hal tertentu. Hadirnya Pengadilan Nuremberg, yang
ditujukan untuk menghukum para pelaku kejahatan perang selama Perang Dunia II, berhasil menegaskan status individu menjadi subyek hukum internasional, sehingga
secara langsung individu mempunyai hak dan kewajiban dalam hukum internasional.
37
1. Magna Charta 1215, dokumen ini mencatat beberapa hak yang diberikan oleh
Raja John dari Inggris kepada beberapa bangsawan bawahannya atas tuntutan mereka. Naskah ini sekaligus membatasi kekuasaan Raja John itu.
36
Boer Mauna, Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, Penerbit Alumni, Bandung, 2003, Hal. 591.
37
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998, Hal. 120.
2. Bill of Rights 1698, undang-undang yang diterima oleh Parlemen Inggris
setelah terjadi perlawanan terhadap Raja James II dalam revolusi tidak berdarah yang dikenal dengan The Glorious Revolution of 1688.
3. Declaration des droits de l’homme et du citoyen 1789, naskah yang dicetuskan
pada permulaan Revolusi Prancis, sebagai perlawanan terhadap rezim yang lama.
4. Declaration of Independence, naskah yang disusun oleh rakyat Amerika pada
tahun 1789 dan kemudian menjadi bagian dari Konstitusi Amerika pada tahun 1791
Hak-hak yang dihasilkan dalam dokumen-dokumen tersebut sangat dipengaruhi o;eh gagasan Hukum Alam, dan hanya terbatas pada hak-hak yang
bersifat politis seperti persamaan hak, hak atas kebebasan, hak untuk memilih, dan lainnya. Namun instrumen yuridik yang lahir pada masa pertengahan tersebut menjadi
dasar bagi pembentukan instrumen yuridik perlindungan HAM modern. Salah satu tonggak terwujudnya perlindungan HAM modern adalah empat hak yang dirumuskan
Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Roosevelt, yaitu:
1. kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat freedom of speech;
2. kebebasan beragama freedom of religion;
3. kebebasan dari ketakutan freedom from fear;
4. kebebasan dari kemelaratan freedom from want.
BAB III PELANGGARAN HAM TERHADAP BURUH MIGRAN DI