Penggabungan concursus Hal-hal yang Memberatkan dan Meringankan Pidana

Berbeda dengan pengulangan karena kebiasaan yang menunjukkan berbuat yang buruk. Tidak jarang narapidana yang setelah keluar lembaga pemasyarakatan tidak menjadikan perbuatan yang lebih baik. Kemudian melakukan kejahatan lagi dan di sini memang wajar pidananya diperberat. Recidive yang diatur di luar KUHP dapat dilihat pada peraturan undangundang hukum pidana tentang delik ekonomi pada penjelasan Pasal 7 bab pidana dan tindakan tata tertib Undang-undang Darurat No. 7 tahun 1955 mempertegas pidana tambahan dan menerapkannya guna mencegah perbuatan delik ekonomi pengulangan.

c. Penggabungan concursus

Samenloop adalah satu orang melakukan satu perbuatan pidana dengan mana ia melanggar beberapa peraturan hukum pidana. Satu orang melakukan beberapa perbuatan kejahatan dan atau pelanggaran dan beberapa delik itu belum dijatuhi hukuman dan keputusan hakim dan beberapa delik itu akan diadili sekaligus Titel Buku I mengatur tentang gabungan atau samenloop atau kebalikan dari deelming turut serta. Gabungan samenloop adalah satu orang melakukan beberapa peristiwa pidana. 51 Pasal 63 ayat 1 KUHP mengatur tentang concursus idealis yang berbunyi: “Jika suatu perbuatan termasuk ke dalam beberapa ketentuan pidana, maka hanyalah salah satu saja dari ketentuan itu jika hukumannya berlainan, maka yang dikenakan adalah ketentuan yang terberat hukuman pokoknya” Ada dua jenis gabungan samenloop ini, yakni: 1 Concursus idealis 2 Concursus realis 52 51 Mustafa Abdullah, Intisari Hukum Pidana, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986, hal. 52. 52 Pasal 63 ayat 1 KUHP Universitas Sumatera Utara Contoh jelas concursus idealis adalah si A menembak si B yang berada di balik kaca jendela. Sebelum peluru mengenai si B, tentunya kaca jendela yang terlebih dahulu terkena dan pecah, sesudah itu barulah mengenai si B. Di dalam KUHP si A dikenai Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dan Pasal 406 tentang pengrusakan barang. Berdasarkan contoh ini, walaupun jendela turut serta pecah karena terkena peluru tetapi sasaran sebenarnya adalah si B yang dudukk di balik jendela tersebut. Jadi berarti menurut concursus idealis, si A inilah dapat dituntut karena menembak si B, walaupun ada kejahatan lain, yakni kaca jendela pecah karena tembakan tersebut. Mengenai concursus realis, kejahatan yang diancam pidana pokok yang sejenis, berlaku Pasal 65 KUHP, yaitu hanya satu pidana dengan ketentuan bahwa jumlah maksimum tidak boleh lebih dari maksimum terberat ditambah sepertiga. 53 d. Terdakwa tidak terbukti ikut usaha percobaan beberapa oknum tersebut Berbeda dengan hal-hal yang memberatkan, Menurut Kitab Undang- Undang Hukum Pidana KUHP alasan-alasan yang meringankan pidana adalah: a. Percobaan Pasal 53 ayat 2 dan 3 b. Membantu atau medeplichgqheid Pasal 57 ayat 1 dan 2 c. Belum dewasa atau minderjarigheid Pasal 47 Menurut J. E. Sahetapy, hal-hal meringankan dalam persidangan adalah: a. Sikap correct dan hormat terdakwa terhadap pengadilan, dan pengakuan terus terang sehingga memperlancar jalannya persidangan b. Pada kejahatannya tersebut tidak ada motif yang berhubungan dengan latar belakang public c. Dalam persidangan, terdakwa telah menyatakan penyesalan atas perbuatannya 53 Pasal 65 KUHP Universitas Sumatera Utara e. Terdakwa belum pernah dihukum tersangkut perkara criminal. Universitas Sumatera Utara BAB III PENERAPAN PIDANA BERSYARAT DI PENGADILAN NEGERI MEDAN Studi Kasus Putusan Nomor 5.089PID.B2006PN.Medan

A. Kasus Posisi

Dokumen yang terkait

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Hukuman Kepada Anak Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Pontianak Nomor: I/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Ptk dan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 2/Pid.Sus-Anak/2014/PN.Mdn)

2 81 104

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 64 103

Analisis Hukum Pidana Atas Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Bebas Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi (Putusan Nomor 51/Pid. Sus.K/2013/Pn.Mdn)

5 112 126

Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Bebas (vrijspraak) terhadap Terdakwa dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan No.51/Pid.Sus.K/2013/PN.Mdn)

2 101 101

Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Pidana Bersyarat (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 5.089/Pid.B/2006/PN.Medan)

2 139 75

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

3 82 103

Relevansi Sistem Penjatuhan Pidana Dengan Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Pengadilan Terhadap Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor (Studi di Pengadilan Negeri Kota Malang)

1 5 30

Konsistensi Hakim Menjatuhkan Putusan Dalam Hal Terjadi Perbarengan Tindak Pidana (Concursus Realis) (Studi di Pengadilan Negeri Malang)

1 9 21

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Hukuman Kepada Anak Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Pontianak Nomor: I/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Ptk dan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 2/Pid.Su

0 0 34

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 0 9