Sistem Informasi Geografis SIG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Istilah geografis merupakan bagian dari spasial keruangan. Kedua istilah ini sering digunakan secara bergantian, sedangkan istilah yang ketiga yaitu Geografis. Ketiga istilah ini mengandung pengertian yang sama di dalam konteks Sistem Informasi Geografis SIG.

2.1. Sistem Informasi Geografis SIG

Sistem Informasi Geografis SIG adalah sebuah alat bantu manajemen berupa informasi berbantuan komputer yang berkait erat dengan sistem pemetaan dan analisis terhadap segala sesuatu serta peristiwa–peristiwa yang terjadi di muka bumi. Teknologi SIG mengintegrasikan operasi pengolahan data berbasis database yang biasa digunakan saat ini, seperti pengambilan data berdasarkan kebutuhan, serta analisis statistik dengan menggunakan visualisasi yang khas serta berbagai keuntungan yang mampu ditawarkan melalui analisis geografis melalui gambar- gambar petanya Ekawati dan Wirawan, 2010; Nugraha, dkk., 2010; Nurdiansyah, dkk, 2010; Septian dan Fariza, 2010 Definisi yang dapat mewakili SIG secara umum yaitu sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisa dan menghasilkan data bereferensi geografi atau data Geografis, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengolahan seperti penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan transportasi, perencanaan fasilitas . Universitas Sumatera Utara kota, dan pelayanan umum lainnya. Komponen SIG adalah sistem komputer, data Geografis dan engguna. Data yang diolah pada SIG ada 2 macam yaitu data Geografis data spasial dan data non-spasial. data spasial adalah data yang berhubungan dengan kondisi geografi misalnya sungai, wilayah administrasi, gedung, jalan raya dan sebagainya. Data spasial didapatkan dari peta, foto udara, citra satelit, data statistik dan lain-lain. Hingga saat ini secara umum persepsi manusia mengenai bentuk representasi entity spasial adalah konsep raster dan vector. Sedangkan data non-spasial adalah selain data spasial yaitu data yang berupa text atau angka, biasanya disebut dengan atribut. Data non-spasial ini akan menerangkan data spasial atau sebagai dasar untuk menggambarkan data spasial. Dari data non-spasial ini nantinya dapat dibentuk data spasial. Misalnya jika ingin menggambarkan peta penyebaran penduduk maka diperlukan data jumlah penduduk dari masing-masing daerah data non-spasial, dari data tersebut nantinya kita dapat menggambarkan pola penyeberan penduduk untuk masing–masing daerah. SIG merupakan suatu kesatuan formal yang terdiri dari berbagai sumberdaya fisik dan logika yang berkenaan dengan objek-objek yang terdapat di permukaan bumi. Jadi, SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat Universitas Sumatera Utara kemampuan berikut dalam menangani data bereferensi geografi: a masukan, b manajemen data penyimpanan dan pemanggilan data, c analisis dan manipulasi data, d keluaran. Aronoff, 1991 dalam Triyono dan Wahyudi, 2008. Secara konseptual sebuah teknologi SIG harus mempunyai kemampuan sebagai berikut: a. Lokasi, SIG harus mampu menunjukkan lokasi keberadaan suatu objek berdasarkan gambar yang disajikan pada peta. Lokasi objek didiskripsikan sebagai cara untuk mencapainya, misalnya nama tempat, kode pos, atau dapat pula menggunakan kedudukan objek secara geografis seperti garis lintang dan garis bujur. b. Kondisi, sebuah teknologi SIG harus dapat mengetahui kondisi dari suatu objek yang tergambar dalam peta. Kondisi ini misalnya jenis tanah, keberadaan flora dan fauna dan sebagainya. c. Tren, SIG harus mampu menunjukkan perubahan yang terjadi pada objek tertentu, setelah selang beberapa waktu. d. Pola, SIG harus mampu memberi informasi tentang pola suatu objek pada daerah tertentu, misalnya pencemaran pada daerah industri, kesibukan lalu lintas dan sebagainya. e. Pemodelan, SIG harus mampu membuat suatu pemodelan untuk mengembangkan sistem, misalnya: apa yang terjadi jika dilakukan penambahan jaringan jalan. Prahasta, 2001 dalam Triyono dan Wahyudi, 2008. Universitas Sumatera Utara SIG merupakan sistem informasi geografi yang berbasis spasial keruangan dengan penyebaran data-data spasial, misalnya data-data lokasi wisata, data-data lokasi rawan banjir, data-data pertumbuhan penduduk yang semuanya itu diintegrasikan ke dalam peta sehingga dapat memuat informasi secara holistik, keruangan spasial. Data spasial memiliki peran penting dalam setiap aktivitas pemerintahan. Lebih kurang 90 aktivitas pemerintahan senantiasa terkait dengan elemen spasial atau lokasi. Pemerintah dalam melaksanakan perencanaan, kegiatan dan monitoring serta evaluasi tidak dapat lagi bisa hanya berdasarkan data dan laporan tanpa mengetahui situasi di lapangan. Anonimus, 2010 1. Peran data spasial dalam aktifitas pemerintahan antara lain: 2. Menampilkan visualisasi data dan informasi berikut sebarannya, sehingga memberikan pemahaman yang lebih baik tentang suatu datainformasi dibandingkan sajian datainformasi hanya dalam bentuk redaksional, tabel atau grafik. 3. Digunakan sebagai identifier common ID untuk mengintegrasikan berbagai jenis informasi yang terkait dengan suatu lokasiwilayah. Digunakan untuk melakukan analisis yang bersifat keruangan spatial analysis untuk membantu mencari solusi terbaik dari setiap permasalahan terjadi di berbagai sektor serta mendukung aktifitas pemerintahan khususnya proses pengambilan keputusan yang efisien dan efektif. Universitas Sumatera Utara Menurut Karsidi Anonimus, 2010 menyatakan bahwa ketersediaan data dan informasi yang lengkap, terkini dan mudah diakses merupakan faktor yang sangat menentukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses pengambilan keputusan di berbagai sektor. Oleh karena itu, sebuah informasi Geografis terpadu diperlukan untuk menyajikan data dan informasi yang lengkap dan siap pakai untuk mendukung berbagai aktivitas pemerintahan dan proses pengambilan keputusan. Melalui SIGN Sistem Informasi Geografis Nasional, data spasial maupun non spasial dari berbagai sumber dapat disajikan melalui sebuah sistem informasi Geografis terpadu berbasis web. Ketersediaan data dan informasi yang lengkap, terkini dan mudah diakses merupakan faktor yang sangat menentukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam proses pengambilan keputusan di berbagai sektor. Sebuah sistem informasi Geografis terpadu diperlukan untuk menyajikan data dan informasi yang lengkap dan siap pakai untuk mendukung berbagai aktifitas pemerintahan dan proses pengambilan keputusan. Berdasarkan hal tersebut, sudah selayaknya Kota Medan ikut dalam mendukung pelaksanaan proses SIGN dengan membuat Sistem Informasi Geografis Kota Medan, di mana SIG ini berisi semua data-data spasial yang ditampilkan dalam bentuk peta digital yang memuat berbagai informasi spasial seperti data penduduk, persebaran penduduk, tingkat kemiskinan, daerah rawan banjir, daerah rawan kekeringan, saluran drainase kota, moda transportasi kota, dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara Adanya data Geografis mungkin perencanaan wilayahnya bisa lebih baik, sehingga permasalahan yang ada sekarang ini, seperti sistem drainase, dapat diperbaiki sehingga kemungkinan terjadi bencana dapat diminimalisir apalagi konsep Geografis ini akan sangat bagus jika dilaksanakan serentak dengan seluruh kota-kota yang terdapat di Indonesia. Mungkin akan membutuhkan waktu, tenaga, biaya yang tidak sedikit. namun dapat dibayangkan manfaatnya sepertinya besar di kehidupan mendatang. Sistem Informasi Geografis ini diharapkan menjadi salah satu proyek percontohan dan inovasi bagi daerah lain. Sistem ini sangat membantu Pemerintah Kota Pemkot dalam mengambil keputusan secara cepat dan tepat karena bisa melihat hal secara holistik dan keruangan sesuai fakta wilayah Kota Medan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tepat guna, serta sebuah perubahan besar jika daerah atau kota di seluruh Indonesia diintegrasikan dalam satu sistem ini, sehingga masyarakat akan lebih mudah dalam mengenal daerahnya sendiri dan dapat mengembangakn potensi yang ada di daerahnya tersebut demi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. 2.2. Penerapan Sistem Informasi Geografis SIG SIG sering digunakan untuk pengambilan keputusan dalam suatu perencanaan. Para pengambil keputusan akan lebih mudah untuk menganalisa data yang ada dengan menggunakan SIG. Kegiatan pembangunan saat ini tidak lepas dari Universitas Sumatera Utara penggunaan Sistem Informasi Geografis. Aplikasi SIG dalam pembangunan sebagai berikut Subaryono dalam Dartoyo, 2009: 1. SIG berbasis jaringan jalan: pencarian lokasi alamat, manajemen jalur lalu lintas, analisis lokasi misal pemilihan lokasi halte bus, terminal, dll, dan evakuasi bencana. 2. SIG berbasis sumberdaya zona: pengelolaan sungai, tempat rekreasi, genangan banjir, tanah pertanian, hutan, margasatwa, pencarian lokasi buangan limbah, analisis migrasi satwa, analisis dampak lingkungan. 3. SIG berbasis persil tanah: pembagian wilayah, pendaftaran tanah, pajak tanah, bangunan, alokasi tanahpencarian tanah, manajemen kualitas air, analisis dampak lingkungan. 4. SIG berbasis manajemen fasilitas: lokasi pipa bawah tanah, keseimbangan beban listrik, perencanaan pemeliharaan fasilitas, deteksi penggunaan energi. 2.3. Konsep Penggunaan Tanah Pengertian Penggunaan Tanah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah Pasal 1 butir 3 adalah wujud tutupan permukaan bumi baik yang merupakan bentukan alami maupun buatan manusia. Hakekat penggunaan tanah adalah cerminan kegiatan manusia yang dilakukan di atas tanah dalam usaha memenuhi hajat hidupnya. Penggunaan tanah merupakan hasil kegiatan hidup manusia yang dipengaruhi oleh keadaan alam fisik serta kegiatan ekonomi masyarakat di wilayahnya Universitas Sumatera Utara Jayadinata, 1992. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan tanah menurut Soemadi 2003 antara lain: a. Kondisi fisik medan Kondisi fisik medan dapat dilihat dari kemiringan, ketinggian, kemampuan tanah serta struktur tanah. b. Tekanan penduduk Bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun akan mempengaruhi perubahan penggunaan tanah dikarenakan faktor ekonomi dimana tanah yang tersedia terbatas. c. Tingkat teknologi yang dikuasai penduduk Semakin meningkatnya teknologi yang diketahui dan diperoleh masyarakat akan berpengaruh terhadap penggunan tanah yang ada sebagai tempat untuk pengembangan sistem jaringan, sehingga pengembangan jaringan teknologi dapat meluas ke seluruh pelosok wilayah. d. Aksesibilitas kelancaran Kemampuan memperlancar arus lalu lintas yang diperuntukkan bagi kegiatan jasa distribusi yang berupa jasa perdagangan dan jasa angkutan sebagai sarana kebutuhan masyarakat setempat. Menurut Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 1 Tahun 1997 tentang Pemetaan Penggunaan Tanah Perkotaan, Kemampuan Tanah dan Penggunaan SimbolWarna untuk Penyajian dalam Peta, klasifikasipengelompokkan penggunaan tanah dibagi menjadi: Universitas Sumatera Utara a. Penggunaan Tanah Perkotaan Disebutkan bahwa penggunaan tanah di kota dapat dilihat dari wujud kegiatan menggunakan tanah yang menitikberatkan di bidang non pertanian dalam arti luas dan disebutkan bahwa jenis-jenis penggunaan tanah di kota antara lain tanah perumahan, tanah industri, tanah jasa, tanah tidak ada bangunan dan tanah terbuka. b. Penggunaan Tanah Perdesaan Disebutkan bahwa penggunaan tanah di perdesaan dapat dilihat dari wujud kegiatan menggunakan tanah yang menitikberatkan di bidang pertanian dalam arti luas dan disebutkan bahwa jenis-jenis penggunaan tanah di perdesaan antara lain perkampungan, persawahan, pertanian sawah kering, kebun campur, perkebunan, padang, hutan dan perairan darat. Penyelenggaraan penatagunaan tanah mencakup proses kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Perencanaan Penggunaan Tanah Kegiatan perencanaan penggunaan tanah land use planning di dalam penyusunannnya diintegrasikan ke dalam Rencana Tata Ruang, baik perencanaan dalam skala Nasional, Propinsi, KabupatenKota. Kebijakan mengenai arahan peruntukkan tanah dan pedoman teknis penggunaan tanah merupakan landasan di dalam penyusunan rencana tata ruang, di dalamnya telah termuat rencana peruntukkan dan penggunaan tanah. Dengan demikian maka rencana penggunaan tanah tersebut perlu diwujudkan di dalam rencana tata ruang. Universitas Sumatera Utara b. Pelaksanaan Penatagunaan Tanah Kegiatan pelaksanaan pengunaan tanah meliputi tahap-tahap kegiatan survai dan inventarisasi data pertanahan serta data penunjangnya, penyediaan tanah bagi pembangunan dan koordinasi. Mengingat kegiatan penatagunaan tanah merupakan kegiatan yang bersifat multisektoral, maka di dalam proses pelaksanaan kegiatannya perlu koordinasi dan kerjasama terpadu dengan instansilembaga terkait dalam rangka penyerasian antara penatagunaan tanah dengan rencana tata ruang wilayah. c. Pengendalian Penggunaan Tanah Dalam rangka penatagunaan tanah dilaksanakan upaya pengendalian penggunaan tanah melalui: 1 Pemantauan penggunaan tanah yang diselenggarakan dalam kaitannya dengan pelaksanaan bimbingan penggunaan tanah dan sebagai bahan bagi perumusan kebijakan dan perencanaan penggunaan tanah. 2 Pertimbangan tata guna tanah yang diberikan dalam rangka proses pemberian hak atas tanah dan perubahan penggunaan tanah. Prosedur pemberian pertimbangan tata guna tanah pada prinsipnya merupakan kesatuan paket dalam pelayanan pertanahan. Dalam hal ini, setiap bidang tanah yang dikuasaidimiliki oleh perorangan atau badan hukum dengan sesuatu hak atas tanahnya, apabila mengajukan perubahan hak atas tanah danatau perubahan penggunaan tanah pelaksanaannya harus melalui pemberian pertimbangan tata guna tanah. Universitas Sumatera Utara 3 Pertimbangan perubahan penggunaan tanah yang tidak tercakup di dalam prosedur pelayanan pertanahan, pengendaliannya dilakukan melalui pertimbangan tata guna tanah dalam rangka pemberian rekomendasi penggunaan tanah bagi penyediaan tanah untuk pembangunan. Perencanaan tata guna tanah merupakan inti dari praktek perencanaan perkotaan. Sesuai kedudukannya dalam perencanaan fungsional, perencanaan tata guna tanah merupakan kunci untuk mengarahkan pembangunan kota Hoberts dalam Catanesse, 1988. Tata guna tanah direncanakan dengan mempertimbangkan hubungan antara kepadatan aktivitas dengan sirkulasi di dalam area perkotaan. Rencana tata guna tanah dikembangkan dengan memperhatikan kebijakan tata guna tanah yang ditentukan dari hubungan antara rencana dan kebijakan yang mengatur hubungan antar berbagai aktivitas di dalam kota. Tata guna tanah akan memberikan gambaran struktur fisik kota, dan arah perkembangan kota. Dengan memperhatikan hal ini, maka kebijakan-kebijakan tata ruang perkotaan dapat didefinisikan. Dalam perkembangan masyarakat yang semakin dinamis, masyarakat semakin berusaha untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya melalui kegiatan perekonomian. Sifat kreatif dari masyarakat tersebut akan mempengaruhi sistem aktivitas secara keseluruhan. Hal ini akan berpengaruh bagi pemanfaatan dan penggunaan tanah penduduk, dimana penduduk akan berusaha memanfaatkan tanahnya untuk bidang usaha yang lebih produktif salah satunya akan mengubah tanah yang semula Universitas Sumatera Utara dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian menjadi tanah yang diusahakan untuk bidang nonpertanian. Hal ini tentunya akan bertentangan dengan asas dan tujuan penataan ruang, dimana tata ruang bertujuan mampu menampung semua aktivitas di dalamnya secara berkelanjutan. Dalam proses ini, tentunya terdapat golongan masyarakat yang telah mengetahui dan melaksanakan aturan-aturan yang tertuang dalam dokumen tata ruang secara disiplin. Namun demikian, banyak juga masyarakat yang belum mengetahui prosedur pelaksanaan dokumen tata ruang sehingga tidak dapat melaksanakan aturan-aturan tersebut secara disiplin. Mengingat kondisi masyarakat yang semakin kreatif dalam pemanfaatan dan penggunaan tanah, maka perlu dilakukan suatu upaya yang berkaitan dengan penatagunaan tanah. Hal ini dapat dilakukan melalui proses yang sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang berikut: a. Pelibatan masyarakat dalam proses penataan ruang secara partisipatif. b. Sosialisasi mengenai hasil akhir penataan ruang yang telah disepakati secara kolektif agar masyarakat mengetahui produk akhir dari penataan ruang wilayahnya. c. Bimbingan yang bersifat mendidik dan memberi pengertian kepada masyarakat mengenai pentingnya pemanfaatan dan penggunaan tanah sesuai dengan penataan ruang. Universitas Sumatera Utara Pengembangan lahan merupakan proses penting dalam perubahan suatu penggunaan lahan ke penggunaan lainnya. Batasan pengembangan lahan sangat luas karena termasuk di dalamnya beberapa kegiatan seperti konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian intensif dan pemukiman Nasution, 2005. Dalam rangka pemanfaatan ruang dikembangkan penatagunaan tanah yang disebut juga pola pengelolaan tata guna tanah Peraturan Pemerintah Nomor 16 pasal 4 ayat 1, 2004 dalam Hermawan, 2009. Peraturan ini mendukung pemanfaatan tanah yang lebih efisien bagi kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan masyarakat di suatu wilayah. Penentuan lokasi pembangunan menjadi penting terkait juga dengan tipe penggunaan lahan di suatu lokasi, termasuk pembangunan infrastruktur dan menentukan daerah-daerah yang menjadi kawasan lindung. Selain itu, sesuai dengan semangat Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, perlu diadakan proses evaluasi secara berkala terhadap produk tata ruang yang telah dihasilkan sesuai dengan tata cara evaluasi produk