Pengembangan lahan merupakan proses penting dalam perubahan suatu penggunaan lahan ke penggunaan lainnya. Batasan pengembangan lahan sangat luas
karena termasuk di dalamnya beberapa kegiatan seperti konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian intensif dan pemukiman Nasution, 2005.
Dalam rangka pemanfaatan ruang dikembangkan penatagunaan tanah yang disebut juga pola pengelolaan tata guna tanah Peraturan Pemerintah Nomor 16 pasal
4 ayat 1, 2004 dalam Hermawan, 2009. Peraturan ini mendukung pemanfaatan tanah yang lebih efisien bagi kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan masyarakat di
suatu wilayah. Penentuan lokasi pembangunan menjadi penting terkait juga dengan tipe penggunaan lahan di suatu lokasi, termasuk pembangunan infrastruktur dan
menentukan daerah-daerah yang menjadi kawasan lindung. Selain itu, sesuai dengan semangat Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, perlu diadakan proses evaluasi secara berkala terhadap produk tata ruang yang telah dihasilkan sesuai dengan tata cara evaluasi produk
penataan ruang.
2.4. Penataan Ruang
Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
Sedangkan pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya UUPR No.26 Tahun 2007.
Universitas Sumatera Utara
Dengan penataan ruang diharapkan dapat terwujud ruang kehidupan yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Faktanya hingga saat ini kondisi yang
tercipta masih belum sesuai dengan harapan. Hal ini terlihat dari tantangan yang terjadi terutama semakin meningkatnya permasalahan bencana banjir dan longsor;
semakin meningkatnya kemacetan lalu lintas di kawasan perkotaan; belum terselesaikannya masalah permukiman kumuh; semakin berkurangnya ruang publik
dan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan; serta belum terpecahkannya masalah ketidakseimbangan perkembangan antar wilayah.
Berbagai permasalahan tersebut mencerminkan bahwa penerapan UU Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang belum sepenuhnya efektif dalam
menyelesaikan permasalahan yang ada, terutama memberikan arahan kepada seluruh pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan penataan ruang guna mewujudkan
ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Kondisi ini merupakan latar belakang dari penyusunan dan pemberlakuan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang UUPR yang dimaksudkan untuk memperkuat norma penyelenggaraan penataan ruang yang sebelumnya diatur dalam Undang-undang
Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Adanya berbagai ketentuan baru dalam UUPR memiliki implikasi terhadap berbagai aspek penyelenggaraan penataan
ruang, baik aspek kelembagaan, aspek hukum, aspek teknis, serta aspek sosiologis. Implikasi terhadap aspek kelembagaan mencakup implikasi terhadap tatanan
organisasi penyelenggara pemerintahan, tata laksana, dan kualifikasi sumber daya
Universitas Sumatera Utara
manusia, baik yang bekerja pada sektor publik pemerintah, swasta, maupun masyarakat pada umumnya
. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman, sistem jaringan serta
sistem prasarana maupun sarana. Semua hal itu berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial-ekonomi yang secara hirarki berhubungan fungsional. Tata ruang
merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan ataupun tidak. Wujud struktural pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur
pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan yang secara hirarkis dan struktural berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk tata
ruang. Adapun elemen-elemen yang membentuk struktur ruang kota Sinulingga,
2005 yaitu: a.
Kumpulan dari pelayanan jasa termasuk di dalamnya perdagangan, pemerintahan, keuangan yang cenderung terdistribusi secara berkelompok dalam pusat
pelayanan. b.
Kumpulan dari industri sekunder manufaktur pergudangan dan perdagangan grosir yang cenderung untuk berkumpul pada suatu tempat.
c. Lingkungan permukiman sebagai tempat tinggal dari manusia dan ruang terbuka
hijau. d.
Jaringan transportasi yang menghubungkan ketiga tempat di atas. Bentuk struktur ruang kota apabila ditinjau dari pusat pelayanan retail
terbagi menjadi tiga, yaitu Sinulingga, 2005:
Universitas Sumatera Utara
1. Monocentric city Monocentric city adalah kota yang belum berkembang pesat, jumlah penduduknya
belum banyak, dan hanya mempunyai satu pusat pelayanan yang sekaligus berfungsi sebagai CBD Central Bussines District.
2. Polycentric city Perkembangan kota mengakibatkan pelayanan oleh satu pusat pelayanan tidak
efisien lagi. Kota-kota yang bertambah besar membutuhkan lebih dari satu pusat pelayanan yang jumlahnya tergantung pada jumlah penduduk kota. Fungsi
pelayanan CBD diambil alih oleh pusat pelayanan baru yang dinamakan sub pusat kota regional centre atau pusat bagian wilayah kota. Sementara itu, CBD secara
berangsur-angsur berubah dari pusat pelayanan retail eceran menjadi kompleks kegiatan perkantoran komersial yang daya jangkauan pelayanannya dapat
mencakup bukan wilayah kota saja, tetapi wilayah sekeliling kota yang disebut juga wilayah pengaruh kota.
CBD dan beberapa sub pusat kota atau pusat bagian wilayah kota regional centre akan membentuk kota menjadi polycentric city atau cenderung seperti multiple
nuclei city yang terdiri dari: a.
CBD, yaitu pusat kota lama yang telah menjadi kompleks perkantoran b.
Inner suburb kawasan sekeliling CBD, yaitu bagian kota yang tadinya dilayani oleh CBD waktu kota belum berkembang dan setelah berkembang
sebagian masih dilayani oleh CBD tetapi sebagian lagi dilayani oleh sub pusat kota.
Universitas Sumatera Utara
c. Sub pusat kota, yaitu pusat pelayanan yang kemudian tumbuh sesuai
perkembangan kota d.
Outer suburb pinggiran kota, yaitu bagian yang merupakan perluasan wilayah kegiatan kota dan dilayani sepenuhnya oleh sub pusat kota
e. Urban fringe kawasan perbatasan kota, yaitu pinggiran kota yang secara
berangsur-angsur tidak menunjukkan bentuk kota lagi, melainkan mengarah ke bentuk pedesaan rural area.
3. Kota metropolitan Kota metropolitan adalah kota besar yang dikelilingi oleh kota-kota satelit yang
terpisah cukup jauh dengan urban fringe
Adapun model struktur ruang apabila dilihat berdasarkan pusat – pusat pelayanannya diantaranya:
dari kota tersebut, tetapi semuanya membentuk satu kesatuan sistem dalam pelayanan penduduk wilayah
metropolitan.
1. Mono centered Terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat yang tidak saling terhubung antara
sub pusat yang satu dengan sub pusat yang lain. 2. Multi nodal
Terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat dan sub sub pusat yang saling terhubung satu sama lain. Sub sub pusat selain terhubung langsung dengan sub
pusat juga terhubung langsung dengan pusat.
Universitas Sumatera Utara
3. Multi centered Terdiri dari beberapa pusat dan sub pusat yang saling terhubung satu sama
lainnya. 4. Non centered
Pada model ini tidak terdapat node sebagai pusat maupun sub pusat. Semua node memiliki hirarki yang sama dan saling terhubung antara yang satu dengan yang
lainnya.
2.5. Pembangunan Kota Medan