1.2. Rumusan masalah
Uraian ringkas dalam latar belakang diatas memberikan dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian yaitu :” Berapakah prevalensi
anemia pada pasien yang antenatal care di RSUD. Dr.Pirngadi Medan?”
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi anemia pada
pasien yang antenatal care di RSUD. Dr.Pirngadi Medan. 1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui trimester kehamilan.
2. Untuk mengetahui derajat anemia. 3. Untuk mengetahui distribusi pasien anemia berdasarkan faktor
demografiusia dan pendidikan. 4. Untuk mengetahui derajat anemia berdasarkan trimester kehamilan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi: 1.Peneliti
Bagi peneliti diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai prevalensi anemia pada pasien yang
antenatal care serta sebagai syarat untuk mendapat gelar sarjana kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2.Subjek Penelitian Bagi subjek penelitian diharapkan hasil penelitian ini dapat membuat
subjek terhindar dari keadaan anemia yang mempunyai efek buruk terhadap kehamilan,persalinan dan nifas.
Universitas Sumatera Utara
3.Institusi Kesehatan Bagi institusi kesehatan diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi
informasi yang berarti dan bermanfaat bagi institusi kesehatan mengenai prevalensi anemia pada ibu hamil.
4.Institusi Pendidikan Bagi institusi pendidikan diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah
studi kepustakaan dan diharapkan menjadi suatu masukan yang berarti dan bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anemia 2.1.1. Definisi
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit red cell mass sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya
untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer penurunan oxygen carrying capacity. Secara praktis anemia ditunjukkan
oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit red cell count. Bakta, 2009
2.1.2. Etiologi
Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena: Bakta,2009 1.Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
2.Kehilangan darah keluar tubuh perdarahan 3.Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya hemolisis
2.1.3. Kriteria Anemia
Kriteria Anemia menurut WHO Laki-laki dewasa Hb 13 grdL
Wanita dewasa tidak hamil Hb 12 grdL Wanita hamil Hb 11 grdL
2.1.4. Klasifikasi Anemia
Klasifikasi Anemia menurut etiopatogenesis : Bakta.2009 A. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
1. Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit a. Anemia defisiensi besi
Universitas Sumatera Utara
b. Anemia defisiensi asam folat c. Anemia defisiensi vitamin B12
2. Gangguan penggunaan besi a. Anemia akibat penyakit kronik
b. Anemia sideroblastik 3. Kerusakan sumsum tulang
a. Anemia aplastik b. Anemia mieloptisik
c. Anemia pada keganasan hematologi d. Anemia diseritropoietik
e. Anemia pada sindrom mielodisplastik B. Anemia akibat perdarahan
1. Anemia pasca perdarahan akut 2. Anemia akibat perdarahan kronik
C. Anemia hemolitik 1. Anemia hemolitik intrakorpuskular
a. Gangguan membran eritrosit membranopati b. Gangguan enzim eritrosit enzimopati: anemia akibat defisiensi
G6PD c. Gangguan hemoglobin hemoglobinopati
- Thalasemia - Hemoglobinopati struktural : HbS, HbE, dll
2. Anemia hemolitik ekstrakorpuskuler a. Anemia hemolitik autoimun
b. Anemia hemolitik mikroangiopatik c. Lain-lain
D. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis yang kompleks
Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi: Bakta.2009 I.
Anemia hipokromik mikrositer
Universitas Sumatera Utara
a. Anemia defisiensi besi b. Thalasemia major
c. Anemia akibat penyakit kronik d. Anemia sideroblastik
II. Anemia normokromik normositer
a. Anemia pasca perdarahan akut b. Anemia aplastik
c. Anemia hemolitik didapat d. Anemia akibat penyakit kronik
e. Anemia pada gagal ginjal kronik f. Anemia pada sindrom mielodisplastik
g. Anemia pada keganasan hematologik III.
Anemia makrositer a. Bentuk megaloblastik
1. Anemia defisiensi asam folat 2. Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa
b. Bentuk non-megaloblastik 1. Anemia pada penyakit hati kronik
2. Anemia pada hipotiroidisme 3. Anemia pada sindrom mielodisplastik
2.1.5. Gejala Anemia
1. Gejala umum anemia adalah gejala yang timbul pada setiap kasus anemia, apapun penyebabnya, apabila kadar hemoglobin turun dibawah
harga tertentu.Gejala umum anemia ini timbul karena : Bakta.2009 a. Anoksia organ
b.Mekanisme kompensasi tubuh terhadap berkurangnya daya angkut oksigen Kaushansky, et al., 2010
• Affinitas oksigen yang berkurang Untuk peningkatan pengangkutan oksigen ke jaringan yang
efisien, dilakukan dengan cara mengurangi affinitas hemoglobin
Universitas Sumatera Utara
untuk oksigen. Aksi ini meningkatkan ekstraksi oksigen dengan jumlah hemoglobin yang sama.
• Peningkatan perfusi jaringan Efek dari kapasitas pengangkutan oksigen yang berkurang pada
jaringan dapat dikompensasi dengan meningkatkan perfusi jaringan dengan mengubah aktivitas vasomotor dan angiogenesis.
• Peningkatan cardiac output Dilakukan dengan mengurangi fraksi oksigen yang harus
diekstraksi selama setiap sirkulasi, untuk menjaga tekanan oksigen yang lebih tinggi. Karena viskositas darah pada anemia berkurang
dan dilatasi vaskular selektif mengurangi resistensi perifer, cardiac output yang tinggi bisa dijaga tanpa peningkatan tekanan darah.
• Peningkatan fungsi paru Anemia yang signifikan menyebabkan peningkatan frekuensi
pernafasan yang mengurangi gradien oksigen dari udara di lingkungan ke udara di alveolar, dan meningkatkan jumlah oksigen
yang tersedia lebih banyak daripada cardiac output yang normal. • Peningkatan produksi sel darah merah
Produksi sel darah merah meningkat 2-3 kali lipat pada kondisi yang akut, 4-6 kali lipat pada kondisi yang kronis, dan kadang-
kadang sebanyak 10 kali lipat pada kasus tahap akhir. Peningkatan produksi ini dimediasi oleh peningkatan produksi eritropoietin.
Produksi eritropoietin dihubungkan dengan konsentrasi hemoglobin. Konsentrasi eritropoietin dapat meningkat dari 10
mUmL pada konsentrasi hemoglobin yang normal sampai 10.000 mUmL pada anemia yang berat.
Perubahan kadar eritropoietin menyebabkan produksi dan penghancuran sel darah merah seimbang.
Universitas Sumatera Utara
Gejala umum anemia menjadi jelas apabila kadar hemoglobin telah turun dibawah 7 grdL. Berat ringannya gejala umum anemia tergantung pada :
Bakta.2009 a. Derajat penurunan hemoglobin
b. Kecepatan penurun hemoglobin c. Usia
d. Adanya kelainan jantung atau paru sebelumnya
2.Gejala khas masing-masing anemia Gejala ini spesifik untuk masing-masing jenis anemia. Sebagai contoh:
- Anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, dan kuku sendok koilonychias
- Anemia megaloblastik : glositis, gangguan neurologik pada defisiensi vitamin B12
- Anemia hemolitik : ikterus, splenomegali dan hepatomegali - Anemia aplastik : perdarahan dan tanda-tanda infeksi
3.Gejala penyakit dasar Gejala yang timbul akibat penyakit dasar yang menyebabkan anemia
sangat bervariasi tergantung dari penyebab anemia tersebut. Misalnya gejala akibat infeksi cacing tambang : sakit perut, pembengkakan parotis
dan warna kuning pada telapak tangan. Pada kasus tertentu sering gejala penyakit dasar lebih dominan, seperti misalnya pada anemia akibat
penyakit kronik oleh karena atritis rheumatoid.
2.1.6. Diagnosis Anemia
Anemia hanyalah suatu sindrom, bukan suatu kesatuan penyakit disease entity, yang dapat disebabkan oleh berbagai penyakit dasar underlying
disease. Hal ini penting diperhatikan dalam diagnosis anemia. Tahap- tahap dalam diagnosis anemia adalah: Bakta.2009
Universitas Sumatera Utara
1. Menentukan adanya anemia 2. Menentukan jenis anemia
3. Menentukan etiologi atau penyakit dasar anemia 4. Menentukan ada atau tidaknya penyakit penyerta yang akan
mempengaruhi hasil pengobatan.
2.2. Perubahan Hemodinamik pada Kehamilan
Penyesuaian hemopoesis merupakan salah satu dari perubahan yang mengambil tempat pada tubuh ibu selama kehamilan, semuanya untuk
menyediakan pertumbuhan dan perkembangan dari embrio dan fetus. Huch Breymann, 2005
Perubahan-perubahan ini mempengaruhi kemajuan kehamilan, dengan peningkatan sirkulasi dari feto-plasenta unit dan peningkatan kebutuhan
oksigen dari tubuh ibu, plasenta dan perkembangan anak. Huch Breymann, 2005
Walaupun ibu dan embrio atau fetus mempunyai sirkulasi darah yang terpisah, hemopoiesis individual, produksi eritropoetin dan regulasi
hemopoiesis yang independen, tetapi anemia dan defisiensi oksigen pada ibu mempunyai pengaruh yang reaktif terhadap hemopoiesis fetus. Huch
Breymann, 2005
Volume darah ibu yang meningkat secara tajam selama kehamilan, terutama meningkat selama kehamilan ganda atau multiple dan
pertambahan volume darah yang tidak cukup, atau tidak terjadinya hal tersebut mempunyai konsekuensi terhadap kehamilan dan perkembangan
dari fetus. Huch Breymann, 2005
Pertambahan volume darah total diikuti dengan peningkatan cardiac output ibu peningkatan denyut jantung dan stroke volume, perfusi organ
Universitas Sumatera Utara
terutama pada uterus dan kapasitas vena. Secara ideal, volume darah harus diukur dengan rata-rata dari volume plasma dan massa eritrosit yang
dilakukan pada waktu yang berbeda-beda. Huch Breymann, 2005
Peningkatan volume plasma selama kehamilan berkisar antara 20- 100.
Peningkatan biasanya terjadi dimulai dari awal kehamilan, dan cenderung akan mencapai puncaknya pada minggu ke 25.Volume eritrosit juga
meningkat selama kehamilan, tetapi lebih lambat daripada volume plasma. Huch Breymann, 2005
Peningkatan fraksi plasma selama kehamilan lebih banyak dari eritrosit, ada pengurangan secara fisiologis konsentrasi Hb dan hematokrit.
Perubahan secara hematologi selama kehamilan yang normal dihubungkan dengan keseimbangan besi yang negatif.
Ferritin dianggap sebagai gold standard untuk menilai simpanan besi selama kehamilan. Huch Breymann, 2005
2.3. Anemia pada Kehamilan