Latar Penetapan Kebijakan Pemerintah Era Reformasi Mengenai PAUD

L. Latar Penetapan Kebijakan Pemerintah Era Reformasi Mengenai PAUD

Program PAUD merupakan upaya untuk melakukan pembinaan yang ditunjukkan terhadap anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang lazim dilakukan melalui pemberian rangsangan educatif untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Program PAUD merupakan salah satu bentuk layanan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik anak, yakni koordinasi motorik dan kecerdasan yang meliputi daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual, kondisi sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) serta bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan masing-masing. Perkembangan yang dimaksud menurut Siti M.S adalah “perubahan psikologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan dari lingkungan yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak

menuju dewasa”. 48 Proses pengembangan kompetensi anak usia dini yang meliputi

perkembangan sikap, perilaku atau keterampilan harus sesuai lagi selaras dengan fase perkembangan masing-masing yang lazim dialami berkaitan dengan perubahan pengalaman masing-masing individu anak sebagai prasyarat untuk pemenuhan tuntutan kehidupan. Anak usia dini dalam rentangan usia 0 sampai 6 tahun sebenarnya menghadapi sejumlah proses perkembangan yang meliputi tahapan aktivitas : (a). belajar berjalan dan berlari; (b). belajar memakan makanan padat; (c). belajar berbicara; (d). belajar buang air kecil dan air besar sebagai pengenalan beberapa bentuk najis beserta cara mensucikannya; (e) belajar mengenal perbedaan jenis kelamin; (f). mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis; (g). belajar membentuk konsep- konsep (pengertian) sederhana mengenai kenyataan sosial dan alam; (h).

48 Siti M.S, “Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) : Problematika, dan Kendala Pengembangannya”, online, http://siti-m-s-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-67723 - diakses

30-12-2012.

belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara serta orang lain. 49

Oleh karena itu PAUD merupakan kebutuhan dasar yang diharapkan dapat memfasilitasi dan mendukung perkembangan anak usia 0 sampai 6 tahun baik secara fisik, psikis, sosial, dan spiritual dengan optimal. Dalam menghadapi fase perkembangan anak usia dini tersebut lazim terdapat persoalan yang dialami oleh anak dan/atau oleh orangtua yang relative cukup kompleks dan tidak mudah untuk diatasi. Kendati demikian, dengan keyakinan bahwa setiap anak pasti memiliki sisi positif dan bisa berubah ke arah yang jauh lebih baik; maka segala upaya mengembangkan sikap dan perilakunya harus ditangani secara serius. Perhatikan saja setiap awal tahun ajaran baru, ketika para orang tua mengantarkan anak-anak mereka memasuki suatu PAUD sebagai lingkungan baru yang mengharuskan segera beradaptasi. Ketika itu, sikap dan perilaku resisten dapat ditemukan, seperti ada anak yang memasuki ruang belajar dengan menangis dan meronta-ronta ingin didampingi oleh orang tuanya, ada anak yang tidak bisa berkomunikasi atau bermain dengan teman sebaya, ada anak yang hiper-active sambil menggoda teman sebaya, dan lain-lain. Akan tetapi, setelah beberapa hari mengikuti aktivitas di PAUD, ternyata anak-anak mulai terbiasa tertib dalam pembelajaran dan permainan yang dipimpin oleh guru. Sehingga, melalui PAUD anak belajar bersosialisasi, menghadapi masalah, belajar mandiri, percaya diri, berinteraksi dengan sesama teman dan lain-laion sebagai modal utama untuk memasuki dunia yang lebih kompleks dan luas.

Perkembangan potensi multi-kecerdasan pada para anak usia dini berlangsung relatif pesat yang ditandai oleh cepat mampu belajar, dan cepat merekam berbagai hal yang dialami dan ditemui serta akan membekas kuat dalam ingatannya sampai dewasa. Terkait dengan PAUD dapat dijelaskan melalui pembelajaran yang terdiri dari tiga macam proses : (a). sosialisasi; (b). Enkulturasi, dan (c). internalisasi. 50 Sosialisasi berarti mereka belajar tentang

50 Vide, Siti M.S, Ibid. Vide, Siti M.S, Ibid.

pola tindakan dalam hubungan pergaulan yang terjadi di masyarakat sekitar terutama dari orang yang memiliki peranan sosial tertentu. Enkulturasi (pembudayaan, institusionalisasi) berarti mereka belajar menyesuaikan alam pikiran dan sikap dengan norma, nilai, aturan dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat sekitar. Internalisasi berarti mereka belajar menanamkan dalam kepribadian masing-masing segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi yang diperlukan sepanjang kehidupan.

Penumbuh-kembangan potensi multi-kecerdasan para anak usia dini dalam siklus kehidupan keluarga dapat secara langsung menentukan kualitas generasi penerus pada masa yang akan datang. Termaktub dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pada bagian menimbang huruf c “bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan”. Dalam konteks ini berarti keluarga bertanggung jawab atas perkembangan optimal dari potensi individu. Mencermati hal ini, maka pembangunan sumber daya manusia harus secara sadar direncanakan untuk meningkatkan kualitas kehidupan secara berkesinambungan dengan menciptakan individu sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Terkait dengan itu masyarakat harus memberikan dukungan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan dasar keluarga yang senantiasa mengalami perubahan yang cenderung bertahap dan terkadang dinamik. Pada sisi lain pemerintah pusat dan daerah harus bertanggung jawab dalam mengembangkan kebijakan guna menyediakan pelayanan publik yang makin baik termasuk di bidang PAUD. Dengan demikian untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas tidak hanya dibutuhkan peran optimal dari pihak keluarga, tetapi juga masyarakat, pemerintah, dan seluruh stakeholder.

Penciptaan sumber daya manusia yang berkualitas harus dilakukan sejak anak usia dini secara berkelanjutan oleh keluarga, masyarakat, negara, stakeholders. Berarti, mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas Penciptaan sumber daya manusia yang berkualitas harus dilakukan sejak anak usia dini secara berkelanjutan oleh keluarga, masyarakat, negara, stakeholders. Berarti, mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

Dari pembahasan di atas dapat ditarik suatu pemahaman bahwa yang menjadi penyebab pemerintah era reformasi menetapkan kebijakan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan PAUD, adalah peningkatan kesadaran kolektif bangsa Indonesia, bahwa setiap anak usia dini tengah berada pada periode keemasan (golden age) dengan memiliki modal potensi multi-kecerdasan (intelektual, spiritual, emosional, sosial, dan lain-lain) yang harus segera ditumbuh-kembangkan melalui pemberian berbagai rangsangan edukatif dengan menunjuk pemerintah selaku unsur struktural penentu kebijakan mengenai program kerja juga dengan melibatkan stakeholders di masyarakat selaku unsur kultural untuk menangani PAUD sebagai pondasi penentu kualitas generasi muda penerus memperjuangkan implementasi tujuan bernegara sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan UUD-RI 1945.