Kebijakan Pemerintah Era Reformasi Mengenai PAUD

I. Kebijakan Pemerintah Era Reformasi Mengenai PAUD

Kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD pada masa kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan tatanan kabinet

Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan itu secara lengkap disajikan dalam tabel sebagai acuan pelaksanaan PAUD. Vide, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, dalam file pdf, hal. 3-11.

35 Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. “Pendidikan Anak Usia Dini”, http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_ anak_usia_dini - diakses 30-12-2012.

Indonesia Bersatu jilid dua 2009-2014M, menurut Mohammad Nuh selaku menteri pendidikan dan kebudayaan, adalah diarahkan untuk menjamin pelbagai lapisan masyarakat di seluruh penjuru Republik Indonesia mengakses PAUD yang bermutu dengan empat sasaran utama seperti di bawah ini. 36

1. Penataan kelembagaan Terlihat bahwa selama ini kehadiran institusi PAUD yang memberi layanan edukatif melalui jalur pendidikan formal seperti Taman Kanak- kanak (TK) dan melalui jalur pendidikan nonformal seperti Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) secara kelembagaan belum ada penataan agar secara resmi semuanya tertata sesuai dengan ketentuan perundang- undangan yang berlaku dengan memiliki status yang jelas, sehingga secara kenegaraan kondisi ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut. Secara prosedural administratif, penataan kelembagaan PAUD ini perlu dilaksanakan melalui mekanisme yang sesederhana mungkin, dan jauh dari kesan berbelit-belit dalam mata rantai birokrasi yang panjang lagi berputar-putar saling lempar tanggung-jawab dengan moto “kalau dapat dipersulit, mengapa harus dipermudah”.

Penataan kelembagaan ini tentu amat penting lagi krusial dalam konteks kenegaraan. Dan amat rasional manakala Mohammad Nuh selaku menteri pendidikan dan kebudayaan dalam kabinet Indonesia Bersatu jilid dua 2009-2014M, dengan tegas menyatakan bahwa “...pemerintah hanya akan memberikan bantuan pada institusi PAUD yang resmi, dan jelas keberadaan, serta pelaksanaannya. Jika bantuan diberikan tanpa ada kejelasan status, kementerian khawatir hal itu akan memicu terjadinya penyimpangan”. 37

Untuk menciptakan iklim kerja sama sekaligus persaingan yang sehat baik antar PAUD maupun antara PAUD dengan para pihak terkait dalam skala nasional dan internasional, maka sebisa mungkin penataan kelembagaan ini dapat diarahkan ke akreditasi PAUD. Lydia Freyani

36 Vide, “Empat Kebijakan Kemendikbud Soal PAUD”, online,

http://paud.unm.ac.id/index.php/home/49-empat-kebijakan-paud.html 37 - diakses 30-12-2013. Vide, “Empat Kebijakan Kemendikbud Soal PAUD”, online, Ibid.

Hawadi selaku Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam pemerintahan era reformasi kabinet Indonesia bersatu jilid dua 2009-2014M mengatakan, bahwa “status akreditasi menjadi perhatian penataan. Saat ini, lembaga PAUD yang sudah mendapat akreditasi baru 0,16 persen dari total lembaga yang ada”. 38

2. Standarisasi guru dan tutor pendamping Tampak bahwa selama ini pada sebagian besar PAUD yang tumbuh subur di seluruh teritorial Indonesia yang secara kelembagaan belum ada penataan tersebut, ternyata juga dikelola oleh guru dan tutor pendamping yang terkesan seadanya, dalam pengertian ketika belum beredar isu tunjangan sertifikasi guru siapa saja yang mau menjadi guru dan tutor di sana dapat menduduki posisi itu tanpa seleksi yang prosedural berdasarkan kriteria tertentu, sebab menjadi guru dan tutor di sana oleh masyarakat setempat tidak/belum dianggap sebagai pekerjaan yang menjanjikan masa depan. Kemudian ketika menjadi guru dan tutor di sana secara praktis tanpa penghargaan yang berarti, semisal dengan imbalan honorarium yang relatif kecil.

Sejalan dinamika tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman, ketersediaan guru dan tutor pada sebagian besar PAUD yang seadanya tersebut nyata-nyata merugikan masa depan bangsa dan negara, sebab menempatkan sesuatu yang bukan pada tempatnya adalah suatu kezaliman, sebagian besar dari mereka bukan merupakan sumber daya manusia yang tepat untuk menangani pekerjaan besar mendidik para calon generasi masa depan. Oleh karenya, perlu segera ada gerakan perubahan standarisasi guru dan tutor PAUD agar terukur secara kualifikasi, kompetensi, dan profesi. Menjadi guru dan tutor PAUD harus menjadi kebanggaan, dan profesional bagi masa depan setiap generasi penerus perjuangan pencapaian tujuan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

38 “Standar Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Disamakan”, online, http://kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/227 diakses 30-12-2012.

Terkait dengan penataan guru dan tutor PAUD ini, Lydia Freyani Hawadi selaku Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam pemerintahan era reformasi kabinet Indonesia bersatu jilid dua 2009-2014M mengatakan, bahwa “Tingkat pendidikan guru PAUD juga mendapat perhatian penataan. Guru PAUD diharapkan berstatus pendidikan S1. Selanjutnya, guru yang sudah menamatkan pendidikan S1 dapat mengurus sertifikasi agar mendapatkan tunjangan fungsional dari pemerintah. Dari total 22 ribu orang guru PAUD di Indonesia, baru 2.000 orang yang mendapat sertifikasi”. 39

3. Pengembangan kurikulum Tampak bahwa selama ini pada sebagian besar PAUD yang tumbuh subur di seluruh teritorial Indonesia yang secara kelembagaan belum ada penataan, dan dikelola oleh guru dan tutor pendamping yang seadanya tersebut, ternyata juga tanpa disertai pengembangan kurikulum. Kurikulum yang ketinggalan zaman menyebabkan proses belajar mengajar berjalan sebagai rutinitas lagi statis, tidak dapat mencerdaskan peserta- didik mewujudkan tugas-tugas sebagai hamba Alloh (ﷲﺪﺒﻋ) sekaligus sebagai khalifah Alloh (ﷲﺔﻔﯿﻠﺧ). Membiarkan realitas negatif ini merupakan kerugian terbesar bagi masa depan bangsa dan negara.

Dalam era reformasi dengan semangat otonomi daerah saat ini, guru dan tutor PAUD tanpa memiliki kualifikasi dan kompetensi yang diharapkan tidak akan pernah dapat mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Oleh karenya, “... kurikulum PAUD harus ditata ulang. Sebab, PAUD bukan untuk memperkuat basis kognitif, tetapi lebih kepada menyiapkan sel-sel neuron dengan berbagai pergerakan fisik. Misalnya, kita ajarkan tentang Ketuhanan, dikenalkan juga dengan interaksi sosial, dan lain sebagainya. Bangun suasana belajar yang menyenangkan, tapi semua harus sesuai porsi dan keadaan, jika tidak nanti bisa stress". 40

40 “Standar Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Disamakan”, online, ibid. Vide, “Empat Kebijakan Kemendikbud Soal PAUD”, online, op.cit.

4. Ketersediaan sarana dan prasarana. Tampak bahwa selama ini pada sebagian besar PAUD yang tumbuh subur di seluruh teritorial Indonesia yang secara kelembagaan belum ada penataan, dan dikelola oleh guru dan tutor pendamping yang seadanya tersebut, serta tanpa disertai pengembangan kurikulum, ternyata juga tanpa disertai ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Kondisi ini sungguh memprihatinkan. Oleh karenanya, arah kebijakan ini perlu ditindak-lanjuti dengan segera, agar harapan semua lapisan masyarakat dapat mengakses layanan PAUD yang bermutu dengan interaksi-edukatif demi pencapaian tujuan pendidikan nasional benar- benar menjadi kenyataan. Hindari kamuflase di balik predikat sebagai PAUD favorit dibalik pembebanan biaya selangit pada orang-tua murid.

Terkait dengan penataan sarana dan prasarana PAUD ini, Lydia Freyani Hawadi selaku Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam pemerintahan era reformasi kabinet Indonesia bersatu jilid dua 2009-2014M mengatakan, bahwa “ada intervensi dana bantuan. Sebanyak Rp100 juta diberikan kepada lembaga Muslimat Nahdlatul Ulama, Badan Komunikasi Pemuda Remaja Mesjid (BKPRM), Aisyiah, Dharma Wanita, Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini (Himpaudi), dan Ikatan Guru TK Indonesia (IGTKI). Diharapkan bantuan ini dapat meningkatkan kapasitas lembaga PAUD". 41

Dari pembahasan di atas dapat ditarik suatu pemahaman bahwa kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD pada masa kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan tatanan kabinet Indonesia Bersatu jilid dua 2009-2014M, adalah diarahkan untuk menjamin pelbagai lapisan masyarakat di seluruh penjuru Republik Indonesia mengakses PAUD yang bermutu dengan empat sasaran utama :

a. penataan kelembagaan, b. standarisasi guru dan tutor pendamping, c. pengembangan kurikulum, d. Ketersediaan sarana dan prasarana.

“Standar Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Disamakan”, online, op.cit.