Penelitian Relevan

B. Penelitian Relevan

Eko Marini (2010), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Stilistika Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata” menganalisis pemakaian bahasa di

dalam novel tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keunikan pemilihan dan pemakaian kosakata, kekhususan aspek morfologis dan sintaksis, pemakaian gaya bahasa figuratif yang meliputi idiom, arti kiasan, konotasi, metafora, metonimia, simile, personifikasi, hiperbola, yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa penulis mampu menonjolkan keunikan pemilihan dan pemakaian kosakata yang spesifik dan lain dari yang lain. Keunikan tersebut dilatarbelakangi oleh faktor sosial budaya dan pendidikan penulis. Hal itu menghasilkan style tersendiri yang menjadi ciri khusus Andrea Hirata dalam menuangkan gagasannya melalui novel Laskar Pelangi.

commit to user

Sutardji C. B. (Sebuah Kajian Stilistika) adalah kedua penelitian ini menggunakan kajian yang sama yaitu kajian stilistika. Pada penelitian Analisis Stilistika Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata objek kajian yang dipilih adalah novel Laskar Pelangi sedangkan pada penelitian ini objek yang dikaji adalah antologi puisi O Amuk Kapak karya Sutardji C. B.

Penelitian yang dilakukan oleh Endah Wahyu Retno (2010) yang berjudul “Lirik Lagu Religi Grup Band Ungu dalam Album Aku dan Tuhanku: Sebuah Pendekatan Stilistika” berusaha menganalisis lirik lagu dari sudut pandang

stilistika. Dari hasil analisis Lirik Lagu Ungu dalam album Aku dan Tuhanku dengan menggunakan pendekatan stilistika diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Stilistika yang terdapat dalam masing-masing lirik lagu merupakan sarana dan pengungkapan makna lirik lagu. Stilistika yang terwujud dalam struktur fisik kelima lirik lagu mengungkapkan makna dengan bahasa yang mengandung efek estetis dan disesuaikan dengan musik yang mengiringinya, (2) Tema, perasaan, nada dan suasana, dan amanat merupakan bentuk makna yang terdapat dalam lirik lagu Dengan NafasMu, Hidup Hanya Sementara, Syukur, CahayaMu, dan Doa Yang Terlupakan. Kelima lagu tersebut mempunyai tema yang sama, yaitu tema ketuhanan. Perasaan yang dimunculkan oleh penyair pada lirik lagu satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Nada religi yang penuh perenungan terdapat pada semua lirik lagu. Nada tersebut menimbulkan suasana penuh kekhusyukan untuk beribadah kepada Tuhan lebih baik lagi. Amanat yang disampaikan kelima lirik lagu adalah sebagai manusia hendaknya selalu berusaha menjadi yang terbaik di hadapan Tuhan. Caranya dengan memperbanyak amalan ibadah dengan selalu beriman dan bertakwa kepada Tuhan. Menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan Tuhan. Selain itu, salah satu bentuk rasa terimakasih kita pada Tuhan, hendaknya kita selalu bersyukur.

Sudut pandang dalam penelitian di atas yang digunakan mengkaji objek penelitian sama dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu kajian stilistika. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah objek kajiannya yaitu lirik lagu. Selain itu penelitian ini hanya mengkaji struktur

commit to user

gaya kata, gaya kalimat dan citraan. Anggrarani Cahya (2009) dalam penelitiannya yang berjudul, “Kajian Stilistika Parikan dalam Acara Guyon Maton Radio Swiba (Swara Intan Pari

Membangun) Karanganyar” menganalisis parikan dan gaya bahasa yang dipergunakan. Hasil analisis data adalah sebagai berikut: 1) Parikan dalam GM Radio Swiba terdiri dari parikan camboran atau parikan empat baris dan parikan lamba atau parikan dua baris. 2) Gaya Bahasa ini dapat dilihat dari bunyi yang membingkai keindahan, didapat pada penggunaan pola rima dan purwakanthi. Dipandang dari kata yaitu dalam pilihan kata dipergunakan ragam informal karena merupakan bentuk lisan terdapat penggunaan bahasa Indonesia, tingkat tutur bahasa Jawa, kata sapaan, penyingkatan kata, dan partikel. Gaya penyusunan kalimatnya terdapat variasi kalimat padat dengan pelesapan dan pengulangan- pengulangan atau GB repetisi. Serta penggunaan bahasa kias atau majas meliputi GB metafora dan Simile. 3) Sebagai bentuk kebahasaan parikan juga memiliki fungsinya meliputi fungsi emotif untuk menciptakan humor dan menyampaikan sindiran, fungsi fatis meningkatkan relasi dengan sesama dan fungsi konatif untuk menasehati.

Penelitian di atas terfokus pada bentuk kebahasaan parikan dan gaya bahasa yang terkandung di dalamnya. Parikan sebagai objek kajian merupakan bentuk komunikasi lisan, sedangkan antologi puisi Sutardji C.B. yang menjadi objek kajian penelitian ini berbentuk tertulis. Selain itu pengkajian lebih sederhana mengingat hanya ragam gaya bahasa, variasi kalimat dan diksi atau pilihan kata yang mendapatkan perhatian.

Dani Wiryanti (2009), dalam penelitiannya yang berjudul Syiir Ngudi Susila Karya Kiai Bisri Mustofa (Suatu Kajian Stilistika) memperoleh simpulan: (1) pilihan kata yang terdapat dalam Syiir Ngudi Susila yaitu sinonim, antonim, tembung saroja, tembung plutan (aferesis), kosakata Kawi dan Arab, serta struktur morfologi yang berupa afiksasi dan reduplikasi. Afiksasi yang terdapat dalam syiir Ngudi Susila antara lain infiks {-um-/-em-}, infiks {in-}, sufiks {-e/-ne}, sufiks {- an}, dan sufiks {-ana}. Sedangkan reduplikasi hanya ada 3 yakni dwilingga

commit to user

ada 6 macam yaitu (a) aliterasi ditandai dengan pengulangan konsonan /k/, /l/, /b/, /w/, /p/, /h/, /c/, /s/, /n/, /r/, /j/, /t/; (b) asonansi ditandai dengan pengulangan huruf vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/; (c) repetisi epizeuksis, yaitu pengulangan kata berkali- kali yang berfungsi untuk menunjukkan bahwa kata-kata tersebut penting; (d) repetisi anafora, pengulangan kata pada awal kalimat berfungsi untuk menyelaraskan bunyi; (e) repetisi mesodiplosis (pengulangan kata pada tengah-

tengah kalimat); dan (f) simile yang ditandai dengan kata „kaya‟. (3) Isi yang terkandung dalam syiir Ngudi Susila merupakan ajaran-ajaran penting dan bermanfaat. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian di atas tidak menganalisis citraan yang digunakan dalam syiir tersebut.

Eny Puspitosari (2011) menganalisis ritual panyandra penganten dari sudut pandang stilistika dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian Stilistika Panyandra Penganten Adat Jawa Surakarta”, Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Pemanfaatan atau pemilihan bunyi-bunyi bahasa yang dipergunakan dalam PPJAS ditemukan adanya purwakanthi yaitu purwakanthi swara “asonansi”, purwakanthi sastra “aliterasi”, purwakanthi lumaksita. (2) Pemilihan kata atau diksi dalam PPJAS yaitu digunakannya (a) tembung rangkep yang meliputi dwipurwa, dwilingga, dwilingga salin swara, (b)

tembung garba “sandi”, (c) antonim, (d) sinonim, (e) kata-kata kawi, (f) afiksasi arkhais. (3) Pemakaian gaya bahasa dalam PPJAS adalah gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yaitu (a). gaya bahasa retoris: anastrof, asidenton, pleonasme, erotesis, hiperbola, (b). gaya bahasa kiasan: simile, metafora, personifikasi, eponim. Pemakaian gaya bahasa memberikan kesan yang lebih indah dan estetis.

Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian yang berjudul Kajian Stilistika Panyandra Penganten Adat Jawa Surakarta adalah pada penelitian tersebut lebih menitikberatkan pada aspek diksi dan gaya bahasa (gaya kata dan gaya kalimat), sehingga untuk gaya bunyi dan citraan belum dibahas.

commit to user

Karya sastra mempunyai beragam jenis dan genre. Keanekaragaman ini memberikan keleluasaan bagi sastrawan untuk menuangkan ekspresinya. Antologi puisi O Amuk Kapak karya Sutardji Calzoum Bachrie merupakan salah satu karya sastra yang menarik untuk dikaji karena keunikannya. Keunikan ini muncul karena jenis puisi yang ditampilkan adalah jenis puisi kontemporer, sehingga dari semua aspek sangat menarik untuk dikaji dari sudut pandang stilistika. Hal ini terjadi karena antologi puisi Sutardji ini menggunakan pilihan kata dengan gaya bahasa yang khas. Dari tujuh judul puisi pilihan peneliti, ditengarai mengandung aneka gaya bahasa yang beragam. Penerapan kajian stilistika dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memfokuskan penelitian pada aspek gaya bahasa yang digunakan penyair. Langkah kerja dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. memahami tujuh puisi yang menjadi objek penelitian. Pemahaman bertujuan

untuk menemukan gaya bahasa yang digunakan oleh penyair.

2. mengemukakan dan mengindentifikasi serta mengelompokkan data pada masing-masing aspek kajian stilistika karya sastra. Dalam kajian stilistika, pemilihan aspek itu meliputi: (1) gaya bunyi (fonem), (2) gaya kata (diksi), (3) gaya kalimat (sintaksis), dan (4) citraan (imagery)

Langkah-langkah di atas menghasilkan simpulan yang merupakan hasil akhir dari penelitian ini. Rumusan kerangka berpikir dapat dilihat dari diagram berikut ini:

commit to user

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Karya Sastra

Antologi Puisi O Amuk Kapak karya Sutardji C.B.

Pendekatan Stilistika

Gaya Kalimat Gaya Kata Gaya Bunyi Gaya Kata

Simpulan

commit to user