Tinjauan Pustaka

5. Sistem Pengendalian Intern

Dalam melaksanakan pemberian pembiayaan (kredit) kepada masyarakat diperlukan suatu sistem pengendalian intern yang baik, agar tidak terjadi kesalahan maupun penyelewengan dari masing-masing bagian yang dapat mengakibatkan kerugian perusahaan maupun lembaga keuangan. Oleh karena itu, sistem pengendalian intern sangat penting untuk diterapkan pada perusahaan maupun lembaga keuangan.

Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen (Mulyadi, 2008:163).

Menurut Mulyadi (2008:165-171) unsur pokok sistem pengendalian intern antara lain: Menurut Mulyadi (2008:165-171) unsur pokok sistem pengendalian intern antara lain:

Struktur organisasi merupakan rerangka (frame work) pembagian tugas tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi didasarkan pada prinsip berikut:

1) Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi.

Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk melaksanakan suatu kegiatan. Fungsi penyimpanan adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk menyimpan aktiva perusahaan. Fungsi akuntansi adalah fungsi yang memiliki wewenang mencatat peristiwa keuangan perusahaan.

2) Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi.

Apabila suatu transaksi hanya dilakukan oleh unit tertentu saja, maka dimungkinkan akan terjadi kecurangan. Pencatatan yang seharusnya tidak terjadi tersebut, dapat mengakibatkan data akuntansinya tidak dapat dipercaya kebenarannya dan kekayaan organisasi menjadi tidak terjamin keamanannya.

perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, piutang, pendapatan dan biaya.

Dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. Prosedur pencatatan yang baik menjamin data yang direkam dalam formulir yang dicatat dalam catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan keandalannya yang tinggi.

c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.

Cara yang ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah sebagai berikut:

1) Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus dapat dipertanggungjawabkan oleh pihak yang berwenang. Formulir merupakan alat untuk memberikan otorisasi terlaksananya transaksi, maka pengendalian pemakaiannya dengan menggunakan nomor urut tercetak.

2) Pemeriksaan mendadak (surprised audit). Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur. Jika dalam organisasi dilaksanakan pemeriksaan mendadak, maka akan dapat mendorong karyawan untuk melaksanakan tugas sesuai aturan yang ditetapkan.

oleh satu orang atau satu unit organisasi. Apabila suatu transaksi dilakukan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, maka akan dimungkinkan terjadi manipulasi data. Oleh sebab itu setiap transaksi harus dilaksanakan dengan campur tangan pihak lain, sehingga akan terjadi internal check terhadap pelaksanaan tugas setiap unit organisasi yang terkait.

4) Perputaran jabatan (job rotation). Perputaran jabatan yang diadakan secara rutin akan dapat menjaga independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya, sehingga persekongkolan diantara mereka dapat dihindari.

5) Keharusan mengambil cuti bagi karyawan yang berhak. Hal tersebut dimaksudkan seandainya terjadi kecurangan dalam departemen yang bersangkutan, diharapkan dapat diungkap oleh pejabat yang menggantikan untuk sementara tersebut.

6) Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya, dengan maksud untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan catatan akuntansinya.

7) Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-unsur pengendalian intern yang lain. Adanya satuan pengawas dalam perusahaan akan menjamin efektivitas unsur-unsur sistem pengendalian intern.

Unsur mutu karyawan merupakan unsur pengendalian intern yang paling penting. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur pengendalian yang lain dapat dikurangi sampai batas yang minimum, dan perusahaan mampu menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat diandalkan. Cara yang ditempuh untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya adalah sebagai berikut:

1) Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut dalam pekerjaannya. Program yang baik dalam seleksi calon karyawan akan menjamin diperolehnya karyawan yang memiliki kompetensi sesuai jabatan yang akan didudukinya.

2) Perkembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya.