KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografis

1. Letak Geografis dan Topografi Kecamatan Blora merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Blora. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Blora adalah sebagai berikut: Sebelah Utara

: Kecamatan Mantingan, Kabupaten Rembang Sebelah Timur

: Kecamatan Jepon

Sebelah Selatan : Kecamatan Jepon dan Banjarejo Sebelah Barat

: Kecamatan Banjarejo dan Tunjungan Kecamatan Blora memiliki rata-rata ketinggian tanah 112 meter dari permukaan laut. Kecamatan Blora terdiri dari 16 desa dan 12 kelurahan, 157 rukun warga dan 549 rukun tetangga. Desa yang berada di Kecamatan Blora adalah Jepangrejo, Kamolan, Pelem Purworejo, Andongrejo, Jejeruk, Temurejo, Tempurejo, Patalan, Tambaksari, Purwosari, Ngadipurwo, Sendangharjo, Tempuran, Plantungan, dan Ngampel. Kelurahan yang berada di Kecamatan Blora adalah Beran, Bangkle, Kedungjenar, Mlangsen, Jetis, Tambahrejo, Kauman, Sonorejo, Kunden, Tempelan, Tegalgunung, dan Karangjati.

Disamping itu tercatat perangkat desa di Kecamatan Blora sebanyak 266 orang yang terdiri dari 24 orang Kades/Kalur, 23 orang Sekdes/Seklur dan 218 orang perangkat lainnya. Sedangkan perlindungan masyarakat yang ada berjumlah 878 orang. Desa Plantungan merupakan desa terjauh apabila diukur dari ibukota Kecamatan jaraknya 15 km dan dari ibu kota kabupaten jaraknya 16 km.

Kecamatan Blora termasuk dalam wilayah yang strategis, dimana pusat pemerintahan Kabupaten Blora terletak di Kecamatan ini. Oleh karena itu penduduk Kecamatan Blora tidak mengalami kesulitan dalam melakukan hubungan keluar wilayah (mobilitas penduduk). Selain itu, Kecamatan Blora termasuk dalam wilayah yang strategis, dimana pusat pemerintahan Kabupaten Blora terletak di Kecamatan ini. Oleh karena itu penduduk Kecamatan Blora tidak mengalami kesulitan dalam melakukan hubungan keluar wilayah (mobilitas penduduk). Selain itu,

2. Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan Luas wilayah merupakan modal utama yang dimiliki Kecamatan dalam mengoptimalkan penggunaannya. Tata guna lahan merupakan gambaran masyarakat dalam menggunakan luas lahan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan. Tabel 4.1 Penggunaan Lahan di Kecamatan Blora

No. Jenis Tanah

Luas (ha)

Persentase (%)

1. Tanah sawah

Dua kali panen 1.504,00 18,85 Satu kali panen

1.376,95 17,26 Lain-lain

Jumlah 2.880,95 36,11

2. Tanah bukan sawah

Pekarangan/bangunan 1.670,75 20,94 Tegalan/kebun

2.126,99 26,66 Padang/gembala

- - Tambak/kolam

- - Rawa-rawa

- - Sementara tidak diusahakan

- - Hutan Negara

1.103,00 13,82 Perkebunan Negara/swasta

- - Waduk

Jumlah Total 7.978,61 100

Sumber : Kecamatan Blora dalam Angka tahun 2009 Berdasarkan Tabel 4.1, maka dapat diketahui bahwa luas Kecamatan Blora adalah 7.978,61 ha terdiri dari tanah sawah dan tanah bukan sawah. Lahan sawah 2.880,95 ha (36,11%), dibagi menjadi dua yaitu sawah satu kali panen 17,26 % dan sawah dua kali panen (18,85%). Potensi yang dimiliki Kecamatan Blora adalah pertanian dengan budidaya tanaman pangan (seperti padi) dan palawija.

Luas tanah bukan sawah di Kecamatan Blora adalah 5097,66 ha (63,89%), terdiri dari lahan tegalan 2.126,99 ha (26,66%), pekarangan Luas tanah bukan sawah di Kecamatan Blora adalah 5097,66 ha (63,89%), terdiri dari lahan tegalan 2.126,99 ha (26,66%), pekarangan

Hutan di Kecamatan Blora merupakan hutan negara yang menghasilkan kayu jati terbaik di pulau Jawa. Selain itu hutan juga berfungsi sebagai menjaga kestabilan udara dan menyimpan air.

B. Keadaan Penduduk

1. Jumlah Penduduk Berdasarkan hasil registrasi, pendudukan Kecamatan Blora pada akhir tahun 2009 tercatat sebanyak 88.573 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 43.731 jiwa atau 49,37% dan penduduk perempuan sebanyak 44.842 jiwa atau 50,63%. Berdasarkan jumlah penduduk tersebut, maka dapat diketahui sex ratio di Kecamatan Blora berdasarkan rumus sebagai berikut :

Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki. Pembagian pekerjaan berat di bidang pertanian lebih banyak dikerjakan oleh laki-laki dibanding perempuan seperti membajak, mencangkul dan menyemprot. Hal ini terjadi karena laki-laki dianggap mempunyai tenaga yang lebih kuat daripada perempuan. Sedangkan, peran perempuan dalam usahatani Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki. Pembagian pekerjaan berat di bidang pertanian lebih banyak dikerjakan oleh laki-laki dibanding perempuan seperti membajak, mencangkul dan menyemprot. Hal ini terjadi karena laki-laki dianggap mempunyai tenaga yang lebih kuat daripada perempuan. Sedangkan, peran perempuan dalam usahatani

2. Keadaan Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Penduduk merupakan sumberdaya tenaga kerja sebagai potensi pengembangan usaha di suatu daerah. Komposisi penduduk di Kecamatan Blora berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.2 Penduduk di Kecamatan Blora menurut Umur dan Jenis

Kelamin

Kelompok umur

Laki-laki

Perempuan

Jumlah Presentase

Sumber : Kecamatan Blora dalam Angka tahun 2009 Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa penduduk Kecamatan Blora tahun 2009 terbesar berada pada kelompok umur 15-19 tahun sebanyak 9.401 orang (10,61%), terdiri dari 4831 jiwa penduduk laki-laki dan 4570 jiwa penduduk perempuan. Sedangkan kelompok penduduk terkecil pada kelompok umur 55-59 tahun sebanyak 2.838 orang (3,20%).

Triyono (2009) mengklasifikasikan penduduk menjadi tiga bagian yaitu usia belum produktif (0-14 tahun), usia produktif (15 - 64 tahun) dan usia tidak produktif (lebih atau sama dengan 65 tahun). Jumlah penduduk usia belum produktif adalah 29.130 orang (32.9%) dan penduduk usia produktif adalah 59.443 orang (67,10%). Angka Beban Tanggungan

(ABT) penduduk Kecamatan Blora dapat diketahui dengan menghitung nilai ABT dengn tumus sebagai berikut:

Berdasarkan perhitungan diatas menunjukkan bahwa setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 49 orang penduduk usia non produktif. Usia produktif adalah usia dari 15 tahun sampai 64 tahun. Sedangkan usia non produktif terdiri dari usia 0 - 14 tahun yang terdiri dari bayi, balita, anak- anak dan usia diatas 65 tahun.

C. Sarana dan Prasarana

1. Sarana Pendidikan Sarana pendidikan merupakan fasilitas tempat berupa bangunan yang digunakan para pendidik membimbing siswa-siswanya agar siap untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Adapun fasilitas atau sarana pendidikan yang berada di Kecamatan Blora adalah sebagai berikut : Tabel 4.3 Sarana Pendidikan di Kecamatan Blora

No. Sarana Pendidikan Jumlah (unit)

2 Madrasah Diniyah

4 SD/MI

5 SMP/Mts

14 Sumber : Kecamatan Blora dalam Angka tahun 2009

6 SMA/MA/SMK

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa Kecamatan Blora terdapat sarana Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 11 unit, Madrasah Diniyah 26 unit, sekolah Taman Kanak-kanak (TK) 55 unit. Jumlah Sekolah Dasar (SD) adalah 69 unit. Tingkat Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP) ada 15 unit. Dan pada tingkat Sekolah Lanjutan Atas (SLTA) terdapat 14 unit.

2. Sarana Kesehatan Sarana kesehatan merupakan tempat layanan kesehatan umum bagi masyarakat. Diharapkan dengan adanya pelayanan kesehatan yang memadai tingkat harapan hidup masyarakat menjadi tinggi. Berikut sarana kesehatan di Kecamatan Blora.

Tabel 4.4 Sarana Kesehatan di Kecamatan Blora No. Sarana kesehatan

Jumlah (unit)

1 Rumah sakit 2

2 Rumah bersalin

3 Puskesmas 2

4 Puskesmas pembantu 5

5 Posyandu 122

6 Polindes 9

7 Apotik/toko obat 14 Sumber : Kecamatan Blora dalam Angkatahun 2009

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sarana pelayanan terbesar adalah Posyandu yaitu 122 unit. Posyandu merupakan pelayanan kesehatan bagi balita disetiap dusun. Sarana ini lebih diprioritaskan daripada sarana lain karena balita rentan terhadap berbagai penyakit. Diharapkan dengan adanya balita yang tanggguh, sehat dan cerdas maka generasi penerus bangsa menjadi berkualitas.

3. Sarana perekonomian Sarana perekonomian suatu wilayah Kecamatan merupakan tempat terjadinya perputaran uang melalui jual-beli barang maupun jasa, baik barang pangan maupun non pangan. Semakin besar perputaran uang terjadi di suatu wilayah maka penduduk cenderung semakin sejahtera. Adapun sarana perekonomian yang terdapat di Kecamatan Blora adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5 Sarana Perekonomian di Kecamatan Blora No. Sarana Perekonomian

Jumlah (unit)

1 pasar permanen 6

2 pasar non permanen 6 Sumber : Kecamatan Blora dalam Angkatahun 2009

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sarana perekonomian di kecamatan Blora terdapat pasar permanen maupun non permanen masing-masing 6 unit. Yang dimksud pasar permanen merupakan pasar yang setiap hari terdapat transaksi jual-beli dan buka hingga sore hari. Sedangkan pasar non permanen adalah pasar yang terbentuk berdasarkan hari pasaran jawa. Selain itu yang termasuk pasar non permanen adalah pasar pagi.

Kegiatan perekonomian di Kecamatan Blora cukup baik, diharapkan adanya peningkatan dalam mengelola dinas pasar disetiap daerah agar masyarakat dapat mengetahui informasi harga-harga kebutuhan pokok maupun harga komoditas pertanian. Sehingga masyarakat dapat hidup dengan sejahtera.

D. Keadaan Pertanian

1. Luas Areal Panen dan Produksi Padi dan Palawija Jagung merupakan tanaman primadona bagi produksi tanaman padi dan palawija di Kecamatan Blora. Tanaman ini dalam kurun waktu dua tahun terakhir mempunyai produksi terbesar dibanding tanaman padi dan palawija lainnya. Adapun untuk lebih lengkap hasil produksi tanaman padi dan palawija di Kecamatan Blora adalah sebagai berikut: Tabel 4.6 Luas Areal Panen dan Produksi Padi dan Palawija di Kecamatan

Blora

rata-rata No. komoditas

Jenis

Luas panen

(Kw/ha)

28.726 61,59 2 Padi Ladang

1 Padi sawah

35.491 43,87 4 Ketela Pohon

16 203 126,88 5 Ubi Jalar

15 170 113,33 6 Kedelai

417 12,49 7 Kacang Tanah

173 9,45 8 Kacang Hijau

33 31 9,39 Sumber : Kecamatan Blora dalam Angka tahun 2009

Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa produksi tanaman pangan terbesar di Kecamatan Blora ada jagung sebesar 35.491 ton kemuadian tanaman padi sawah 28.908 ton. Padi merupakan makanan pokok penduduk Indonesia sehingga produksinya akan membantu sektor lain sebagai pemenuhan kebutuhan pangan. Selain jagung, tanaman pangan yang potensial dikembangkan di Kecamatan Blora adalah ketela pohon dan ubi jalar. Ketela pohon maupun ubi jalar dapat mempunyai harga ekonomi cukup tinggi untuk pemenuhan pabrik olahan. Selain itu ubi jalar dan ketela Pohon data digunakan sebagai makanan selingan atau camilan sebagai pengganti beras.

Komoditas lain yang potensial dikembangkan adalah kedelai kacang tanah kacang hijau. Kebutuhan kedelai untuk konsumsi lokal masih mengandalkan impor, harapan kedepan, adanya perhatian dari dinas terkait untuk meningkatkan produksi kedelai.

2. Potensi Produksi Ternak Peternakan merupakan usaha yang dikembangkan guna memenuhi protein hewani masyarakat. Budidaya peternakan dilakukan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar. Melainkan sebagai pemenuhan kebutuhan pupuk kandang di lahan pertanian. Selain itu hean ternak besar juga sebagai tabungan masyarakat pedesaan dan mempunyai nilai jual tinggi mudah dalam mobilisasi. Adapun potensi produksi ternak di Kecamatan Blora adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7 Jumlah Ternak di Kecamatan Blora No. Jenis Ternak

Jumlah (ekor) 1 Sapi

815 6 Ayam Kampung

59.686 7 Ayam Potong

160.000 8 Itik/Angsa

6.296 Sumber : Kecamatan Blora dalam Angka tahun 2009

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa jenis ternak yang diusahakan di Kecamatan Blora meliputi ternak besar, ternak kecil dan unggas. Populasi ternak besar meliputi sapi, kuda dan kerbau masing- masing sebanyak 10.104 ekor, 15 ekor dan 91 ekor. Populasi ternak kecil meliputi kambing sebanyak 3.785 ekor dan domba sebanyak 815 ekor. Ternak unggas yang memiliki populasi cukup banyak adalah ayam kampung sebanyak 59.686 ekor dan ayam potong sebanyak 160.000 ekor. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kebutuhan daging di Kecamatan Blora lebih dari cukup. Untuk membantu distribusi hewan dan pengolahan daging perlu adanya pasar hewan dan rumah pemotongan daging.