Faktor-faktor yang mempengaruhi Respon Petani Padi
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Respon Petani Padi
1. Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu seseorang yang berpengaruh dalam menanggapi (merespon) rangsangan (stimulus) dari luar. Analisis faktor internal mempengaruhi respon dimaksudkan untuk melakukan kajian terhadap faktor diri yang mempengaruhi baik-kurangnya respon seseorang terhadap hal yang baru. Faktor internal yang diteliti dalam penelitian ini meliputi usia, pendidikan formal, pendidikan non-formal, dan pendapatan petani responden GAPOKTAN Kamolyan. Faktor internal yang mempengaruhi respon petani dalam menggunakan pupuk Petroganik di Kecamatan Blora adalah sebagai berikut:
a. Usia Usia merupakan lama hidup petani responden sampai pada saat penelitian dilakukan dinyatakan dalam tahun. Analisis variabel usia responden di GAPOKTAN Kamulyan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.1 Usia Responden
Usia Skor Responden Prosentase
(orang)
Lebih dari 65 tahun
1 2 5,0 48 sampai 65 tahun
2 21 52,5 Kurang dari 48 tahun
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011 Usia seseorang dapat berpengaruh dalam menanggapi atau merespon sesuatu hal yang baru. Selain itu, usia juga mempengaruhi kondisi fisik yang dimiliki, khususnya dalam melakukan kegiatan usahatani. Berdasarkan Tabel 5.1, maka dapat diketahui bahwa sebesar 52,5 % petani responden yang tergabung dalam GAPOKTAN Kamolyan dalam kategori tua yaitu lebih dari 48 tahun. Usia terendah Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011 Usia seseorang dapat berpengaruh dalam menanggapi atau merespon sesuatu hal yang baru. Selain itu, usia juga mempengaruhi kondisi fisik yang dimiliki, khususnya dalam melakukan kegiatan usahatani. Berdasarkan Tabel 5.1, maka dapat diketahui bahwa sebesar 52,5 % petani responden yang tergabung dalam GAPOKTAN Kamolyan dalam kategori tua yaitu lebih dari 48 tahun. Usia terendah
Usia muda mempunyai semangat kerja tinggi karena mempunyai beban tanggungan keluarga sehingga mudah untuk menanggapi hal-hal yang baru. Dari segi fisik, usia muda cenderung lebih kuat dibanding usia tua. Walaupun demikian, usia tua sudah lebih dahulu dan lebih lama terjun dalam kegiatan usahatani, mereka cenderung mempunyai pengalaman.
b. Pendidikan Formal Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan yang ditamatkan petani responden pada bangku sekolah atau lembaga pendidikan formal saat penelitian dilakukan. Analisis variabel pendidikan formal yang telah ditempuh anggota GAPOKTAN Kamolyan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.2 Pendidikan Formal Responden
Pendidikan Formal Skor Responden Prosentase (orang)
Tamat Diploma-Sarjana
3 - - Tamat SMP-SMA
2 8 20,0 Tamat SD/SR
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011 Berdasarkan Tabel 5.2, maka dapat diketahui bahwa pendidikan formal petani responden sebagian besar dalam kategori rendah yaitu sebanyak 32 (80%) petani responden menempuh pendidikan SD/SR dan sebanyak 8 (20%) petani responden menyelesaikan pendidikan SMP dan SMA/SMK. Sebagaian besar petani responden tidak takut mencoba pupuk Petroganik sehingga seiring berjalannya waktu responden memperoleh manfaat dari pupuk Petroganik. Hal ini dibuktikan petani responden menggunakan pupuk Petroganik walaupun hanya 1 sak berukuran 40 kg.
c. Pendidikan non-Formal Pendidikan non-formal merupakan pendidikan yang pernah diperoleh petani responden diluar pendidikan non-formal meliputi penyuluhan dalam pupuk Petroganik dan pelatihan pupuk organik. Analisis variabel jenis kegiatan pendidikan non-formal responden GAPOKTAN Kamolyan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 5.3 Jenis Kegiatan Pendidikan non-Formal
Jenis Kegiatan Skor Responden Prosentase (orang)
(%)
Penyuluhan Mengikuti 8-10 kali pertemuan
3 - - Mengikuti 5- 7 kali pertemuan
2 - - Mengikuti kurang dari 5 kali
1 40 100,0 pertemuan
Jumlah 40 100,0
Pelatihan Mengikuti pelatihan 2 atau lebih
3 - - Hanya mengikuti pelatihan 1 kali
2 6 15,0 Tidak mengikuti pelatihan
1 34 85,0
Jumlah 40 100,0
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011 Berdasarkan Tabel 5.3, maka dapat diketahui bahwa 40 petani responden (100%) dalam satu tahun terakhir tidak mendapatkan penyuluhan tentang pupuk Petroganik. Hal ini dikarenakan penyuluhan pupuk Petroganik sudah didapatkan pada tahun sebelumnya. Sebanyak 6 (15%) petani responden mengikuti kegiatan pelatihan pembuatan pupuk organik yang diadakan oleh PT Sido Muncul Semarang. Untuk mengetahui total pendidikan non-formal responden GAPOKTAN Kamloyan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.4 Pendidikan non-Formal Responden
Responden (orang) Prosentase (%) non-Formal
- - Sedang
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011
Berdasarkan Tabel 5.4, maka dapat diketahui bahwa pendidikan non-formal petani responden GAPOKTAN Kamolyan sebagian besar berada dalam kategori rendah. Sebanyak 6 (15%) petani responden dalam kategori sedang, sedangkan 34 (85%) petani responden dalam kategori rendah. Berdasarkan temuan dilapang, responden mengikuti kegiatan penyuluhan dalam bidang pertanian, seperti pengaturan jarak tanam, pemilihan bibit/benih dan pemberantasan hama penyakit. Penyuluhan dan pelatihan mempengaruhi pengetahuan responden tentang adanya inovasi baru yang ada di dunia pertanian saat ini berdasarkan bukti-bukti yang nyata. Diharapkan dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan bidang pertanian aliran informasi kepada petani dapat dilakukan dengan tepat.
d. Pendapatan Usahatani Padi Pendapatan merupakan total pendapatan yang diterima petani responden yang berasal dari usahatani dan non-usahatani dalam satu musim tanam (4 bulan) yang dinyatakan dalam rupiah. Analisis pendapatan usahatani dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.5 Pendapatan Usahatani Padi Responden dalam 1 Musim
Tanam
Pendapatan Usahatani Padi Skor Responden Prosentase (orang)
Lebih dari Rp 5.300.000,-
3 4 10,0 Rp.3.600.000,- - Rp.5.300.000,- 2 17 42,5
Kurang dari Rp.3.600.000,-
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011 Berdasarkan Tabel 5.5, dapat diketahui bahwa pendapatan usahatani padi petani responden GAPOKTAN Kamolyan sebagian besar dalam kategori rendah. Sebanyak 19 (49,5%) petani responden memperoleh pendapatan kurang dari dari Rp. 3.600.000,-. Sebanyak
17 (42,5%) petani responden memperoleh pendapatan antara Rp. 3.600.000,- hingga Rp. 5.300.000,-, dan 4 (10%) petani responden 17 (42,5%) petani responden memperoleh pendapatan antara Rp. 3.600.000,- hingga Rp. 5.300.000,-, dan 4 (10%) petani responden
Berdasarkan hasil di lapangan, diketahui bahwa luas lahan terkecil responden 0,33 ha dan lahan terbesar 1 ha. Rata-rata luas lahan adalah 0,58 ha, dengan produksi padi sebelum menggunakan pupuk petroganik adalah 2465 kg/musim tanam. Sedangkan, produksi padi setelah menggunakan pupuk petroganik adalah 2610 kg/musim tanam. Dari uraian di atas dapat diketahui selisih sebelum dan sesudah menggunakan pupuk Petroganik sebesar 5,88 % atau 145 kg per musim tanam. Untuk mengetahui pendapatan usahatani padi dari rata- rata luas lahan respnden dalam satu musim tanam dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 5.6 Analisis Usahatani Padi rata-rata luas lahan responden
dalam Satu Musim Tanam
LUAS
TANPA
PETROGANIK SELISIH LAHAN
Hasil Produksi
Penerimaan (TR) Rp 7.395.000,-
Rp 7.830.000,- Rp.435.000,-
Biaya (TC)
Rp 3.176.880,-
Rp 3.109.950,- Rp 66.900,-
= TR/TC
=TR/TC
= Rp 7.395.000, - = Rp 7.830.000,-
R/C Ratio
= ΔPenerimaan Δ Biaya
B/C Ratio
= Rp 435.000, - Rp 66.900, - = 6,502
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011 Berdasarkan Tabel 5,6, diketahui bahwa pendapatan yang diperoleh petani sebelum menggunakan pupuk petroganik adalah Rp 4.218.120,-. Sedangkan pendapatan yang diperoleh petani setelah menggunakan pupuk petroganik adalah Rp 4.720.050,-. Dari uraian diatas dapat diketahui selisih pendapatan yang diperoleh sebelum dan Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011 Berdasarkan Tabel 5,6, diketahui bahwa pendapatan yang diperoleh petani sebelum menggunakan pupuk petroganik adalah Rp 4.218.120,-. Sedangkan pendapatan yang diperoleh petani setelah menggunakan pupuk petroganik adalah Rp 4.720.050,-. Dari uraian diatas dapat diketahui selisih pendapatan yang diperoleh sebelum dan
Mengingat pendapatan usahatani Padi diperoleh semusim sekali, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sebagian responden membudidayakan tanaman holtikultura seperti jagung, bayam bubut, cabe merah, kacang panjang. Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa 97,5 % pendapatan usahatani non padi responden kurang dari Rp 1.130.000,-. Dengan pendapatan tertinggi Rp. 3.000.000,-.
Selain itu, sebagaian besar petani responden mencari pekerjaan diluar usahatani. Pekerjaan tersebut antara lain pegawai negeri, karyawan swasta, membuka warung klontong, berdagang, dan menjadi buruh tani. Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa
80 % pendapatan non-usahatani responden kurang dari Rp 2.400.000,- . Untuk mengetahui pendapatan total petani responden dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 5.7 Pendapatan Total Responden dalam 1 Musim Tanam
Pendapatan Skor Responden Prosentase (orang)
Lebih dari Rp.10.100.000,-
3 1 2,5 Rp.6.200.000,- - Rp.10.100.000,- 2 5 12,5 Kurang dari Rp.6.200.000,-
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011 Berdasarkan Tabel 5.7, dapat diketahui bahwa pendapatan petani responden sebagian besar dalam kategori rendah. Sebanyak 36 (85%) petani responden memperoleh pendapatan kurang dari Rp 6.200.000,-. Sebanyak 5 (12,5%) petani responden memperoleh pendapatan antara Rp 6.200.000,- sampai dengan Rp. 10.100.000,-, dan sebanyak 1 (2,5%) petani responden memperoleh pendapatan lebih dari Rp. 10.100.000,-. Pendapatan terendah adalah Rp 2.400.000,- dan pendapatan tertinggi Rp 14.000.000,-. Dengan adanya subsidi pupuk Petroganik dari pemerintah, diharapkan petani terbantu dalam memperoleh pupuk Petroganik.
2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi respon Faktor Ekternal merupakan faktor dari luar yang mempengaruhi seseorang memberikan tanggapan (respon). Dalam hal ini faktor dari luar berasal dari pupuk Petroganik bila digunakan dalam usahatani. Faktor- faktor tersebut antara lain: manfaat yang diharapkan, waktu antara awal penggunaan dengan penerimaan manfaat dan besar enersi atau korbanan yang dikeluarkan sehingga dapat menggunakan pupuk Petroganik.
Faktor ekternal yang mempengaruhi respon petani dalam menggunakan pupuk Petroganik di Kecamatan Blora adalah sebagai berikut:
a. Manfaat yang Diharapkan Manfaat yang diharapkan adalah keuntungan yang diperoleh petani responden menggunakan pupuk Petroganik. Analisis manfaat yang diharapkan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.8 Manfaat yang Diharapkan
Manfaat yang
Responden Prosentase diharapkan
- - Rendah
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011 Berdasarkan Tabel 5.8, maka dapat diketahui bahwa manfaat yang diharapkan dalam kategori tinggi. Sebanyak 40 (100%) petani responden menganggap pupuk Petroganik sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan pupuk, membantu dalam meningkatkan produksi padi, dan membantu atau mempermudah dalam pengolahan lahan.
b. Selang Waktu antara Awal Penggunaan dengan Memperoleh Manfaat Selang waktu antara awal penggunaan dengan memperoleh manfaat adalah jarak waktu dari awal penggunaan pupuk Petroganik hingga memperoleh keuntungan. Analisis waktu antara awal penggunaan dengan memperoleh manfaat dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9 Waktu antara Awal Penggunaan dengan Memperoleh Manfaat
Waktu antara awal Skor Responden Prosentase penggunaan dengan
(orang) (%) memperoleh manfaat
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011 Berdasarkan Tabel 5.9, maka dapat diketahui bahwa petani responden menganggap waktu antara awal penggunaan dengan memperoleh manfaat sebagian besar dalam kategori tinggi. Sebanyak
37 (92,5%) petani responden berpendapat bahwa sesuai dengan sifat pupuk organik, pupuk Petroganik lebih lama memberikan manfaat dibanding dengan pupuk kimia. Sebanyak 2 (5%) petani responden beranggapan bahwa lama memperoleh manfaat apabila menggunakan pupuk Petroganik sama dengan pupuk kimia. Sedangkan 1 (2,5%) petani responden menganggap pupuk petroganik lebih cepat manfaatnya. Responden tersebut pengguna pupuk kandang. Responden merasakan perbedaan penggunaan pupuk Petroganik karena mengandung bakteri pengurai tanah.
c. Besar Enersi/Korbanan yang Dikeluarkan Besar enersi/korbanan yang dikeluarkan adalah biaya membeli pupuk Petroganik yang digunakan petani responden untuk usahatani padi. Besar biaya dalam variabel ini yang diteliti adalah harga yang diterima petani, lokasi pembelian pupuk dan syarat pembelian pupuk. Analisis besar korbanan yang dikeluarkan dapat dilihat pada Tabel
Tabel 5.10 Besar Enersi/Korbanan yang Dikeluarkan
Besar Enersi/Korbanan
Responden Prosentase yang Dikeluarkan
- - Sedang
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011 Berdasarkan Tabel 5.10, maka dapat diketahui bahwa besar enersi /korbanan yang dikeluarkan responden sebagian besar dalam kategori rendah. Sebanyak 36 (90%) petani responden membeli pupuk dari GAPOKTAN. Sedangkan 4 (10%) petani responden mendapatkan pupuk berasal dari kios pertanian. Harga di GAPOKTAN cenderung lebih rendah dari pada di kios pertanian dikarenakan distribusi pupuk langsung dari gudang pabrik. Dengan demikian responden cenderung membeli pupuk di GAPOKTAN karena adanya jaminan persediaan pupuk selalu ada. Dengan pasokan pupuk yang cukup di Gapoktan maupun di kios pertanian seluruh kecamtan Blora, menjadikan syarat pembelian pupuk Petroganik semakin mudah. Petani hanya membawa biaya, pembelian pupuk sudah bisa dilayani.