Kecerdasan Ruhaniyah Konselor dan implikasinya dalam Bimbingan Konseling Islam
2. Kecerdasan Ruhaniyah Konselor dan implikasinya dalam Bimbingan Konseling Islam
Sebelum penulis memulai membahas tentang implikasi kecerdasan ruhaniah konselor dalam bimbingan dan konseling islam, alangkah lebih baiknya penulis memberikann pemahaman sedikit tentang makna implikasi, menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) arti kata implikasi adalah keterlibatan atau keadaan terlibat. Sehingga setiap kata imbuhan dari implikasi seperti kata berimplikasi atau mengimplikasikan yaitu berarti mempunyai hubungan keterlibatan
atau melibatkan dengan suatu hal. 73 Kecerdan Ruhaniah konselor adalah kemampuan seseorang
konselor untuk mendengarkan hati nuraninya atau bisikan kebenaran yang meng-Ilahi dalam cara dirinya mengambil keputusan atau melakukan pilihan-pilihan, berempati, dan beradaptasi. Untuk itu, kecerdasan ruhaniah seorang konselor sangat di tentukan oleh upaya untuk membersihkan dan memberikan pencerahan qalbu (tazkiyah, tarbiyatul quluub ) sehingga mampu memberikan nasehat dan arah tindakan serta caranya seorang konselor mengambil keputusan. Qalbu
73 http:// ciputrauceo.net/blog/2016/1/18/arti kata implikasi (13 juni 2017 21:38 wib) 73 http:// ciputrauceo.net/blog/2016/1/18/arti kata implikasi (13 juni 2017 21:38 wib)
Rasulullah saw. bersabda, “Mintalah nasehat pada dirimu, minta nasehat pada hati
nuranimu (istafti nafsaka, istafti qalbaka) wahai Habishah (nabi mengulangi tiga kali). Kebaikan adalah sesuatu yang membuat jiwa tenang dan membuat hati tenang. Dosa adalah sesuatu yang membuat jiwa tidak tentram dan terasa bimbang di dalam hati.”(HR Ahmad)
Dengan itulah, Allah ingin memanusiakan manusia, memuliakannya dari segala makhluk yang diciptakan-Nya. Sebaliknya, karena qalbu itulah, manusia membinatangkan dirinya sendiri, hal ini bisa terjadi dikarenakan qalbu merupakan titik sentral kecerdasan dan sekaligus kebodohan rohaniah bagi manusia. Itulah sebabnya, Allah menempatkan qalbu sebagai sentral kesadaran manusia sehingga Allah tidak mempedulikan tindakan yang tampak kasat mata, bahkan Allah memaafkan kesalahan yang tidak dengan sengaja disuarakan oleh hati nuraninya pelakunya.
Didalam qalbu terhimpun perasaan moral, mengalami, dan menghayati tentang salah benar, baik-buruk, serta berbagai keputusan yang harus dipertanggung jawabkannya secara sadar, sehingga kualitas qalbu akan menentukan apakah dirinya bisa tampil sebagai subjek, bahkan sebagai wakil Tuhan dimuka bumi ataukah terpuruk dalam kebinatangan yang hina, bahkan lebih hina dari binatang yang melata.
Qalbu merupakan awal dari sikap sejati manusia yang paling autentik, yaitu kejujuran, keyakinan, dan prinsip-prinsip kebenaran.
Perasan moral tersebut akan ditampilkan dalam bentuk tindakan yang beoreintasi pada prestasi. Dengan pemahaman ini, tumbuhlah kecerdasan ruhaniah yang paling awal, yaitu kesadaran untuk bertanggung jawab. Sehingganya sebagai seorang konselor ia akan merasa bertanggung jawab terhadap kliennya, dan akan merasa menghianati dirinya apabila tidak mau melayani klien dengan baik.
Salah satu fungsi qalbu adalah merasakan dan mengalami; itu artinya dia mampu menangkap fungsi indrawi yang dirangkum dan dipantulkan kembali kedunia luar dan kita sebut saja sebagai menghayati. Dalam proses mengalami dan menghayati itu, dia sadar akan dirinya dalam konteksnya dengan dunia luar. Sedangkan, dalam proses menghayati, dia sadar akan seluruh tanggung jawab perbuatannya. Pengalaman bersifat kuantitatif physical (badani, nafsiah), sedangkan penghayatan bersifat kualitatif psychical spiritual (ruhaniyah). Disini seseorang konselor yang mempunyai kecerdasan ruhaniah yang baik akan memaksimalkan fungsi qalbunya untuk merasakan dan menghayati permasalahan klien yang dengannya akan lahir rasa empati terhadap permasalahan kliennya.
Pada diri kita terdapat tiga rasa yang melekat. Pertama, rasa indrawi (badaniyah), misalnya pahit, manis, dan asin. Kedua, rasa vital (nafsiyah): segar, bugar. Ketiga, rasa qalbiyah: cinta, benci, bahagia, dan Pada diri kita terdapat tiga rasa yang melekat. Pertama, rasa indrawi (badaniyah), misalnya pahit, manis, dan asin. Kedua, rasa vital (nafsiyah): segar, bugar. Ketiga, rasa qalbiyah: cinta, benci, bahagia, dan
Rasa ruhaniah merupakan rasa yang paling fitrah, sebuah potensi yang secara hakiki ditiupkan kedalam tubuh manusia ruh kebenaran, yang selalu mengajak kepada kebenaran. Pada ruh tersebut terdapat potensi berTuhan. Nilai kehidupan yang hakiki, tidak lain berada pada nilai yang sangat luhur tersebut, apakah seseorang tetap setia pada hati nuraninya untuk mendengarkan kebenaran ataukah dia tersungkur menjadi orang yang hina karena seluruh potensinya telah terkubur dalam kegelapan.
Pada dasarnya, permasalah an bimbingan dan konseling agama islam berkisar pada masalah akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah sesuai dengan pembidangan islam itu sendiri sebagai suatu system agama (teologi).
a. Permasalahan dalam bidang akidah antara lain tentang iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhirat, dan iman kepada takdir.
b. Permasalah dalam bidang ibadah, antara lain tentang thaharah, syahadat, shalat, puasa, zakat, haji, doa, dzikir, membaca Al- Qur‟an, dan sebagain ya.
c. Permasalahan dalam bidang akhlak, antara lain tentang kemauan untuk berakhlak dengan akhlak mahmuda dan meninggalkan akhlak mazmumah.
d. Permasalahan dalam bidang muamalah antara lain tentang pembinaan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dan kehidupannya. Jalan untuk pemecahan permasalahan keberagamaan islam tersebut antara lain dapat ditempuh melalui metode takziyat al- nafs (penyucian jiwa atau penyucian batin)
Permasalahan diatas terjadi karna terlepasnya manusia dari cahaya ilahi sebab manusia adalah makhluk yang sangat kreatif, penuh dengan daya imajinasi. Apabila potensi yang dimilikinya itu terlepas dari cahaya ilahi, maka masuklah kedalam qalbunya kekuasaan setan sehingga seluruh kretifitasnya, imajinasinya, dapat menyesatkan pandangan lahir manusia lainnya. Nafsu sebagai salah satu potensi manusia disadari perlu di kontrol sedemikian rupa sehingga ia tidak menjadikan manusia terhalang dari Tuhan, Lupa kepada persaksiannya yang mengatakan bahwa Allah-lah Tuhan-nya. Maka untuk mencapai tingkat kesempurnaan dan kesucian jiwa tersebut di perlukan sekali latihan dan pendidikan kerohanian yang panjang. Oleh karena itu pada tahap awal amalan tasauf diformulasikan kepada pengaturan sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku (akhlak) yang baik serta kehati- hatian yang ekstra ketat terhadap prilaku menyimpang.
Tahap pertama (dalam perjalanan ruhaniah ) adalah upaya mengalihkan hati yang sakit menjadi hati yang sehat. Tahap kedua, memberikan bekal harian yang lazim disertai dengan santapan yang di butuhkan setiap saat, sehingga hati mampu memelihara dan mempertahankan kondisi keimanan yang tinggi. Kondisi rohani yang demikian merupakan suatu hak yang harus dipenuhi oleh setiap orang sepanjang hayatnya. dengan kata lain, setiap orang harus melakuan dan mempertahankan proses atau kondisi ruhani yang demikian selama hayatnya, hingga akhirnya ia “menjumpai” Allah.
Apabila kita mengkaji kecerdasan rohaniah konselor dan penerapanya dalam bimbingan dan konseling islam tentunya harus dipahami juga apa itu bimbingan dan konseling islam.
Adapun pengertian bimbingan dan konseling islam menurut Thohari Musnamar dalam bukunya yaitu. Bimbingan Islam merupakan proses pemberian bantuan.
artinya bimbingan tidak menentukan atau mengharuskan, melainkan sekedar membantu individu-individu dibantu, dibimbing agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah. Maksudnya adalah sebagai berikut:
1. Hidup selaras dengan ketentuan Allah artinya sesuai dengan kodrat yang di tentukan Allah , sesuai dengan sunna tullah, sesuai dengan hakekatnya sebagai makhluk Allah.
2. Hidup selaras dengan petunjuk Allah artinya sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan Allah melalui Rasulnya.
3. Hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah berarti menyadari eksistensi diri sebagai makhluk Allah yang diciptakan Allah untuk mengabdi kepada Nya mengabdi dalam arti seluas luasanya.
Adapun pengertian konseling islam adalah proses pemberi bantuan terhadap individu agar menyadari kembali akan eksitensi Adapun pengertian konseling islam adalah proses pemberi bantuan terhadap individu agar menyadari kembali akan eksitensi
Menurut H. M. Arifin konseling islam adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain, yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniyah dalam lingkungan hidupnya supaya orang tersebut mampu mengatasinya sendiri, karena timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagian hidup saat sekarang dan masa datang.
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa bimbingan dan konseling islam adalah Suatu proses pemberian bantuan terhadap individu atau kelompok agar mereka bisa kembali lagi kefitrahnya dan bisa hidup sesuai dengan tuntunan Al-quran dan sunah rasululah sehingga tidak ada lagi gangguan dan keraguan kebatinan dalam beribadah kepada Allah swt dan mencapai kebahagian dunia dan akhirat.
Konseling dalam perspektif islam, pada prinsipnya bukanlah teori yang baru, karena ajaran Islam yang tertuangan dalam Al-quran yang disampaikan melalui Rasulullah saw merupakan ajaran agar manusia memperoleh kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Kebahagian yang dimaksud bukanlah hanya bersifat materialistik tapi lebih kepada ketentraman jiwa, ketenangan hidup dan kembali jiwa itu pada yang Maha Kuasa dalam keadaan suci dan tenang juga.
Konseling Islam meletakkan premis dan prinsipnya diatas syariat Islam, diantaranya adalah:
1. Memberi nasehat itu adalah tiang dan tapak agama.
2. Bimbingan dan konseling termasuk amal yang paling mulia disisi Allah swt.
3. Bimbingan dan konseling adalah perkhidmatan psikologikal untuk mencari keredhaan Allah.
4. Persiapan perkhidmatan konseling itu wajib kepada pemerintah di dalam masyarakat islam.
5. Setiap orang yang baligh dan berakal bertanggung jawab atas per buatanya.
6. Tujuan konseling adalah mengembangkan kemauan dan keinginan seseorang untuk mencari yang bermanfaat dan meninggalkan yang mudarat menerusi penyuluhan dan usaha menyakinkan.
7. Tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk menolong mencapai kemaslahatan dan menghindari kerusakan.
8. Mencari bimbingan dan konseling wajib atas tiap muslim.
9. Konseling adalah fardu‟ain bagi setiap orang yang pakar dalam psikologi konseling.
10. Memberiakan konseling secara sukarela kepada kaum muslim adalah wajib bagi setiap orang yang berkesanggupan.
11. Seorang konselor muslim memberikan konseling sesuai dengan hukum syariat dalam perkara itu.
12. Manusia bebas mengambil keputusan dengan dirinya sendiri.
13. Orang tidak bebas menghebahkan maksiat dan kerusakan sebab penghebahan itu menyiksa orang lain secara langsung atau tidak langsung dan menyebabkan tersebarnya keburukan itu yang akan merusak masyarakat. Sedangkan tanggung jawab menjaga masyarakat dari kerusakan adalah tanggung jawab kolektif.
14. Berpegang teguh pada prinsip memelihara ciri-ciri sistem masyarakat Islam. 74
Analisis penulis penulis terhadap implikasi atau keterlibatan kecerdasan ruhaniah seorang konselor terhadap bimbingan konseling islam, sebagai seorang yang cerdas secara ruhaniah kita bisa melihat dari beberapa ciri, yang mana ciri ini akan berimplikasi terhadap pelayanan Bimbingan dan Konseling yang dia lakukan, dan dapat diinternalisasikan kepada klien untuk menyelesaikan masalah yang dihadai, diantaranya :
a. Seorang yang cerdas secara ruhaniah dia akan memiliki visi
Visi atau tujuan setiap muslim yang cerdas secara ruhaniah akan menjadikan pertemuan dengan Allah sebagai puncak dari pernyataan visi
74 ABD. Rahman B. Ahmad, Bimbingan dan Kaunseling dari Perspektif Islam (Selangor Darul Ehsan: Human Resource enterprise, 1989). Hal 52 74 ABD. Rahman B. Ahmad, Bimbingan dan Kaunseling dari Perspektif Islam (Selangor Darul Ehsan: Human Resource enterprise, 1989). Hal 52
Artinya : “Barang siapa yang mengharapkan pertemuan (liqa) dengan Tuhannya, hendaklah ia melakukan amal shaleh dan janganlah beribadah dengan mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat kepada 75 Tuhannya” (Q.S. Al-Kahfi:110).
Tentu saja dalam konteks ini seseorang yang cerdas secara ruhani akan meyakini bahwa untuk dapat bertemu dengan Allah tidak serta merta bisa didapat tampa melakukan apa-apa. Dia akan menyadari fungsi sebagai seorang hamba yang mempunyai kewajiban beribadah kepada Allah. Tentu saja ibadah yang dimaksud bukan saja ibadah mahdah, namun jauh lebih luas dari itu. Sebagai seorang manusia juga menyadari bahwa dia diciptakan sebagai khalifah (pemimpin) yang mana nanti akan diminta pertanggung jawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang konselor tentu mempunyai kewajiban terhadap kliennya atas terentaskan masalah dan yang lebih penting dari itu semua adalah sebagaimana tujuan utama dari bimbingan dan konseling islam adalah kembalinya manusia kepada fitrahnya. Selanjutnya mengingatkan klien kepada misi tertinggi hidupnya merupakan langkah awal klien keluar dari masalah yang dihadapinya.
75 Ibit ., hal. 775.
b. Merasakan kehadiran Allah Mereka yang cerdas secara ruhani merasakan kehadiran Allah dimanapun mereka berada, mereka menyakini bahwa dirinya senantiasa berada dalam pengawasan Allah SWT. Ada kamera Illahiyah yang terus menyoroti Qolbunya dan Tentunya sebagai seorang konselor dia harus menyadari bahwa apapun yang dia lakukan terhadap kliennya akan dicatat oleh Allah.
Mereka yang memiliki kecerdasan ruhaniah merasakan dirinya berada dalam limpahan karunia Allah. Dalam suka dan duka atau dalam sempit ataupun lapang, mereka tetap merasakan kebahagian , karena kepada Allah mereka bertawakal. Nilai inilah yang seharusnya dia yakinkan kepada klien bahwa apapun masalahnya, akan terasa mudah apabila kita meyakini bahwa pertolongan Allah itu dekat.
c. Berdzikir dan berdo‟a Seorang konselor yang cerdas secara rohani akan meyakini bahwa zikir memberikan makna kesadaran diri “aku dihadapan Tuhanku” sebagai esensinya meyakini bahwa dia senantiasa diawasi , sedang esensi dari do‟a adalah rasa optimisme atau pengaharapan untuk melihat kedepan
Nilai inilah yang harusnya ditanamkan dalam bimbingan dan konseling islam agar klien senantiasa ingat dengan Allah dan memiliki Nilai inilah yang harusnya ditanamkan dalam bimbingan dan konseling islam agar klien senantiasa ingat dengan Allah dan memiliki
d. Memiliki kualitas sabar Proses konseling bukan proses sekali jadi atau proses yang bisa dipastikan keberhasilannya. Oleh karna itu seseorang konselor yang cerdas secara rohaniah akan menjadiakan sabar sebagai perantara usahanya dengan ketentuan Allah sebab bagaimanapun manusia berusaha tetap hidayah adalah hak preogatif Allah. Sabar berarti memiliki ketabahan dan daya sangat kuat untuk menerima beban, ujian dan tantangan. Nilai ini dapat diinternalisasikan kepada klien dalam pengentasan masalahnya, sebab kualitas sabar seseorang menetukan seberapa besar beban yang dapat ditanggungnya, dan dengan sabarlah seseorang bisa lebih tenang dalam menghadapi masalahnya.
e. Cenderung pada kebaikan Konselor yang cerdas secara ruhaniah akan cendrung kepada sesuatu yang menjurus kepada kebaikan, dan dia meyakini bahwa proses konseling yang dialakukan adalah satu bertuk kebaikan, karna tujuannya adalah kembali mendekatkan klien kepada Allah. Selanjutnya implikasi kecerdasan ruhaniah terhadap bimbingan dan konseling adalah memotifasi klien untuk kembali kefitrahnya yaitu manusia yang cenderung pada e. Cenderung pada kebaikan Konselor yang cerdas secara ruhaniah akan cendrung kepada sesuatu yang menjurus kepada kebaikan, dan dia meyakini bahwa proses konseling yang dialakukan adalah satu bertuk kebaikan, karna tujuannya adalah kembali mendekatkan klien kepada Allah. Selanjutnya implikasi kecerdasan ruhaniah terhadap bimbingan dan konseling adalah memotifasi klien untuk kembali kefitrahnya yaitu manusia yang cenderung pada
f. Memiliki empati Empati adalah kemampuan seorang untuk memahami orang lain., sehingga mereka mampu beradaptasi dengan merasakan kondisi batiniah dari orang lain. Seorang konselor dituntut memiliki rasa empati yang baik, sebab bagaimana mungkin dia bisa melakukan proses konseling tampa ikut merasakan apa yang dialami oleh kiliennya. Hal ini juga bisa dijadikan teknik dalam menyelesaikan masalah klien, yakni dengan menumbuhkan rasa empati klien terhadap orang lain. Dengan melihat keadaan orang lain yang jauh lebih memprihatinkan dari hidupnya, Hal ini dapat membawa klien untuk keluar dari masalahnya, betapa sesungguhnya dia bukan satu-satunya orang yang diuji oleh Allah dan ujian yang diterimanya bukanlah ujian terberat melainkan sesuai dengan batas kesanggupannya.
g. Berjiwa besar Jiwa besar adalah keberanian untuk memaafkan dan sekaligus melupakan kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang lain. Seorang konselor yang cerdas rohaninya, lebih dominan rasa cintanya daripada g. Berjiwa besar Jiwa besar adalah keberanian untuk memaafkan dan sekaligus melupakan kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang lain. Seorang konselor yang cerdas rohaninya, lebih dominan rasa cintanya daripada
Langkah selajutnya yang dapat dilakukan kepada klien untuk mengentaskan masalahnya adalah mengajak klien untuk memafkan dirinya dan orang lain. Dengan begitu klien akan lebih mudah menemukan jalan keluar dari permasalahannya.
h. Bahagia melayani Budaya melayani dan menolong merupakan bagian dari citra diri seorang konselor muslim. Mereka sadar bahwa kehadiran dirinya tidaklah terlepas dari tanggung jawab terhadap lingkungannya. Sebagai bentuk tanggung jawabnya, mereka menunjukkan sikapnya untuk senantiasa terbuka hatinya terhadap keberadaan orang lain dan merasa terpanggil atau ada semacam ketukan yang sangat keras dari lubuk hatinya untuk melayani. Hal ini mutlak harus ada pada diri seorang konselor.
Tahapan terakhir sebagai aplikasi nilai-nilai kecerdasan rohani dalam pengentasan masalah klien adalah mengajak klien untuk ikut memposisikan dirinya sebagai manusia seutuhnya, yakni menjadikan dirinya lebih bermamfaat bagi orang lain. Sehingga tujuan hidupnya bukan saja tercapainya tujuan pribadi namun lebih luas dari itu semua yakni bagaiman dia bisa bermamfaat bagi lingkungannya.