KECERDASAN RUHANIAH KONSELOR DAN IMPLIKASINYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

KECERDASAN RUHANIAH KONSELOR DAN IMPLIKASINYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar SarjanaPendidikan (S.Pd) pada Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Konsentrasi Bimbingan Konseling Islam (BKI)

Oleh:

ABDI RAHMAN NIM. 1314030268

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI) KONSENTRASI BIMBINGAN KONSELING ISLAM (BKI) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) IMAM BONJOL PADANG 1438 H/ 2017 M

HALAMAN PERSEMBAHAN

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha mulia

Yang mengajar manusia dengan pena,

Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS: Al- ’Alaq 1-5) Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ? (QS: Ar-Rahman 13), Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-

orang yang diberi ilmu beberapa derajat (QS : Al-Mujadilah 11)

Ya Allah,

Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih, bahagia, dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman bagiku, yang telah memberi warna-warni kehidupanku. Kubersujud dihadapan Mu, Engaku berikan aku kesempatan untuk bisa sampai

Di penghujung awal perjuanganku Segala Puji bagi Mu ya Allah,

Seorang seniman sejati tidak akan membiarkan kertas menjadi kosong. Aku pun sama, aku ingin menulis semua kebaikan. Tentang orang-orang yang pernah baik dan selalu baik padaku. Aku bingung bagaimana caranya berterima kasih kepada Allah. Dia telah mengirimkan orang-orang terbaik dalam hidupku. Hingga kapan pun, aku akan terus merasakan kebaikan dan kehangatan dari mereka. Terima kasih, Kalianlah, selama ini memberikan begitu banyak dukungan, perhatian, kasih sayang, dan mengajarkan bagaimana mengeja cinta. Aku tidak sekadar menulis nama kalian di lembar persembahan ini. Aku ingin mengukir nama kalian dengan pahat terbaik di hatiku.

Biarkan, biarkanlah nama kalian terus mengabadi hingga aku paham bahwa kalian akan terus menjadi istimewa. Namun, aku pun paham bahwa suatu saat kita tidak bisa lagi untuk saling melempar senyuman. Yang kita punya hanyalah kenangan, maka dengan kerendahan hati izinkan aku mengenang kalian.

Kebersamaan yang kita bina selama ini hanya mampu ditautkan oleh Sang Pemilik Cinta, Allah swt. Jikalaulah tanpa kuasa-Nya, kurasa kita tidak akan seperti ini. Ya Rabb, lantas

nikmat-Mu yang manakah harus kudustakan?. Andai aku jadikan seluruh lautan sebagai tinta dan pepohonan sebagai kanvas untuk menulis semua nikmat-Mu, maka tidak akan pernah cukup ya Rabb. Nikmat-Mu begitu banyak. Maafkanlah hamba-Mu yang lemah

ini. Seringkali aku lalai untuk bersyukur dan mengoptimalkan semua potensi kebaikan

yang aku miliki.

Shalawat beriring salam semoga selalu tercurah kepada manusia pembawa risalah. Manusia yang mengajarkan kepada umat manusia betapa indahnya iman dan Islam. Manusia yang memiliki cinta yang teramat luas kepada umatnya. Aku senantiasa berdoa, semoga suatu saat aku bisa bertemu dengannya di telaga Al-Kautsar, aamiin. Aku rindu

padamu ya Rasulullah.

Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku merintih, menadahkan doa dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukmu. Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayahanda dan Ibundaku tercinta, yang tiada pernah hentinya Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku merintih, menadahkan doa dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukmu. Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayahanda dan Ibundaku tercinta, yang tiada pernah hentinya

mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang separuh nyawa hingga segalanya.. Maafkan anakmu Ayah,,, Ibu,, masih saja ananda menyusahkanmu.. Dalam silah di lima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam.. seraya tangaku menadah”.. ya Allah ya Rahman ya Rahim... Terimakasih telah kau tempatkan aku diantara kedua malaikatmu yang setiap waktu ikhlas menjagaku,, mendidikku,, membimbingku dengan baik,, ya Allah berikanlah balasan setimpal syurga firdaus untuk

mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari panasnya sengat hawa api nerakamu..

Untukmu Ayah (Darwin),,,Ibu (Rahmadani)...Terimakasih.... we always loving you...

Selanjutnya rasa bangga dan terima kasih atas do’a, cinta, senyuman adik-adikku tersayang; One Sucita Julita sebagai sosok yang paling dewasa, pribadi menginspirasi dengan sifat keIbuan yang menawan,rekan satu visi untuk punya yayasan pendidikan

suatu saat, One Meisy Sri Darmahayani sebagai sosok kreatif yang tak pernah mau kalah dari kakaknya, bagaimanapun itu,yang sekarang lagi semangat-semangatnya berdakwah dimedia sosial sembari memperbaiki diri, mau jadi Dokter sekaligus Ustazah

katanya, siBungsu Nur Anisa Rahmi sebagai sosok humoris yang sosialis insyaAllah Hafizh Qur’an dan jadi guru katanya, yang kabarya hari ini sudah punya dua orang murid

Bimbel dirumah. ” Tetap sumangaik dan istiqamah diek “Semoga kita bisa menjadi pribadi sukses yang berbakti kepada Ayah dan Ibu.

Teruntuk keluarga besarku, abak, amak ate, amak uncu, pak aciek, Aa, etek Nov, Aciek akmal, uncu Bas, amak lakang, pak anga atas segala do’a yang terus tercurah semoga

Allah balas setiap niat baik kita Selanjutnya rasa terima kasih kepada Murobbi-murobbi-ku yang telah mentarbiyah ruhiyah dan fikriyahku tentang Islam yang kaffah. Juga Teman-teman satu lingkaran peradaban (akh fery j, raka, rahmad, fauzan, agus, khoir, idil,rizky, alex, tomi, akbar,

mezi, genta, bandi) yang telah menawarkan persaudaraan terbaik dan kita sama bermimpi insyaAllah juga kembali duduk dalam lingkaran ini nanti disyurga. Teruntuk penghuni rumah peradaban Al-Ikhwan yang telah menjadi rumah kedua bagiku. 3,5 tahun yang penuh harmoni. Dengan berbagai macam tingkah pola dan keunikan cerita masing-masing sembari Ada yang datang dan ada yang pergi. Rumah ini telah menjadi tempat persinggahan terbaik selama berkuliah. Syukran jazakallahu akh

ayung, irfan, adriansyah, feri h, diki, sahir, fajar, bayu, askan, febi, dani, rizki maek, mufid, habibi, saiful, nopa, latif, robi, dayat,fajri, suryadi, fauzi, hamzah, rovil, yahya dan seluruh ikhwah BP 17 yang abang belum hafal namanya semoga kita juga berada satu

rumah nantinya disyurga dengan Rasulullah

Kemudian salam cinta untuk rekan seperjuangan MPI A selamat bagi yang sudah selesai, “Waktunya bersiap menghadapi kehidupan sesungguhnya” dan yang lagi berjuang untuk

penyesaian skripsinya tetap semangat ya teman semoga cepat selesai dan semoga kita

sama bertemu dititik kesuksesan nantinya

Terakhir ucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah menjadi inspirasi dalam hidupku. Maaf tidak bisa dituliskan satu persatu. Sekali lagi Terima kasih semoga Allah

membalasi. Nama kalian terukir indah dihatiku

ABSTRAK

Skripsi berjudul “Kecerdasan Ruhaniyah Konselor dan Implikasinya

dalam Bimbingan dan K onseling Islam” yang ditulis oleh Abdi Rahman, Bp

1314030268, Jurusan Manajemen Pendidikan Islam konsentrasi Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Imam Bonjol Padang.

Latar belakang penelitian ini adalah dengan melihat realitas yang terjadi dalam lingkungan masyarakat khusunya dalam lingkungan pendidikan, yang mana semua berpacu dalam pencapaian materi dengan berlomba mengasah kemampuan otot dan otak saja, kalaupun mereka melakukan ibadah itupun hanya sebatas kegiatan seremonial saja tampa pemaknaan terhadap ibadah yang dilakukan sehingga mereka jauh dari Allah. Berangkat dari masalah inilah skripsi ini diangkat bagaimana seorang konselor yang memiliki kecerdasan Ruhaniah dapat mengimplimentasikan kecerdasan ruhaniah yang dimilikinya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sehingga diharapkan mampu membantu klien dalam pengentasan masalahnya.

Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) membantu individu agar tidak menghadapi masalah (2) membantu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya (3) membantu individu memlihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang tetap baik menjadi tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan library research yang berupaya mengumpulkan data dengan memperkaya referensi dan rujukan yang terkkait dengan masalah ynag diangkat. Adapun Sumber data pada penelitian library research ini dapat dibagi dua, yakni terdiri atas buku utama atau sumber data primer dan buku penunjang atau sumber data sekunder. Dalam mengolah data yang telah penulis peroleh, maka penulis akan menganalisanya dengan menggunakan teknik analisis isi (content analysis) yaitu satu teknik dengan analisis dalam kajian kepustakaan dengan cara menganalisa terhadap berbagai sumber informasi termasuk bahan cetak (buku, artikel, majalah, dan sebagainya), dan bahan non cetak seperti gambar.

Hasil penelitian yang penulis lakukan menunjukkan bahwa ada kesamaan ciri dan fungsi kecerdasaan ruhaniah dengan pelaksanaan Bimbingan dan Konseling islam karena sama berangkat dari kesempurnaan penciptaan manusia dan sumber permasalahan dalam Bimbingan dan Konseling Islam adalah larinya manusia dari tujuan penciptaannya yang mana hal ini merupakan bentuk dari kecerdasan Ruhaniah yangt tidak terkembangkan dengan baik.

KATA PENGANTAR

Segala puji berserta syukur kehaderat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Selanjutnya shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad SAW yang telah membawa jalan terang kepada kehidupan kaum muslimin melalui risalah suci Rabbul „Izzati.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis banyak menemukan kesulitan karena keterbatasan pribadi penulis. Namun berkat izin Allah SWT dan bimbingan, dorongan serta Do‟a dari berbagai pihak akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sangat tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Duski Samad, M. Ag selaku pembimbing I dan Ibu Dr.NurSyamsi, M. Pd selaku Pembimbing II atas segala waktu, fikiran, tenaga, Do‟a untuk mendorongan , mengarahkan, serta memotifasi penulis demi terwujudnya skripsi ini

2. Bapak Rektor dan Wakil Rektor UIN Imam Bonjol Padang

3. Bapak Dekan, Bapak/ Ibuwakil dekan, Ibu ketua dan Wakil ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Islam, Bapak/ Ibu dosen dan seluruh karyawan/ti Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Imam Bonjol Padang, yang telah mendidik dan mengajar serta membantu penulis memberi fasilitas selama kuliah dan penyelesaian skripsi.

4. Ayahhanda dan Ibunda tercinta, Darwin dan Rahmadani atas segala cinta dan kasih sayang, perhatian dan do‟a serta dukungan moril dan materil yang tak akan pernah dapat terbalaskan. Demikian juga kepada adek- adekku tercinta Sucita Julita, Meisy Sri Darma Hayani dan Nur Anisa Rahmi yang senantiasa memberikan dukungan semangat dan do‟a terbaiknya untuk kesuksesan penulis. Demikian juga kepada kakek nenek dan seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan dukungan moril maupun materil kepada penulis.

5. Bapak/ Ibu Pimpinan Perpustakaan Institut dan Fakultas beserta para karyawan/ti perpustakaan yang telah memberikan fasilitas peminjaman bahkan ikut mencarikan literature untuk penulis.

6. Para sahabat seperjuangan MPI A tercinta atas segala dukungan dan Do‟a kepada penulis guna selesainya penulisan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas segala pemberian, petunjuk dan pertolongan tersebut dan semoga diberkahi. Terakhir, sebagai manusia biasa, penulis menyadari kekurangan dan keterbatasan, karenanya penulis harapkan para pembaca dapat memberikan saran dan kritikan yang membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Padang, 18 Agustus 2017 Penulis

ABDI RAHMAN

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………….. 85

A. Kesimpulan ………………………………………………… 85

B. Saran ……………………………………………………….. 87

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia memiliki berbagai macam potensi yang tersimpan dalam dirinya, namun tidak semua potensi yang dimiliki manusia dapat berkembang dengan baik dan optimal. Banyak orang yang tidak mengetahui potensi yang ada dalam dirinya, ketidaktahuan mengenai potensi diri, menjadikan potensi tersebut tidak tergali dan tidak berfungsi dengan baik, sehingga dapat menyebabkan manusia mengalami kesulitan dalam mengatasi berbagai persoalan yang muncul di tengah-tengah kehidupannya.

Kecerdasan adalah potensi alamiah yang dimiliki manusia, sebagai anugerah tertinggi dari Allah SWT dan yang memuliakan manusia dengan makhluk lainnya. Indikasi adanya potensi kecerdasan pada manusia disebutkan dalam Al- Qur‟an yang mengajak manusia untuk mengadakan pemikiran dan penalaran terhadap segala fenomena yang terjadi di tengah- tengah kehidupannya. Allah berfirman dalam Al- Qur‟an surat Ali-Imran ayat 160 yang berbunyi:

Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda

bagi orang-orang yang berakal, (QS Ali-Imran 190 1 )

Disiplin ilmu psikologi mengenal adanya beberapa jenis kecerdasan, diantaranya kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional merupakan kecerdasan yang telah lazim diketahui oleh kebanyakan orang. Penulis akan membahas sedikit mengenai Kecerdasan yang ketiga yaitu kecerdasan spiritual yang nantinya akan merujuk kepada kecerdasan ruhaniah. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

Kecerdasan spiritual membantu seseorang untuk menemukan makna hidup dan kebahagian. Inilah sebabnya kecerdasan spiritual dinilai sebagai kecerdasan yang paling penting dalam kehidupan seseorang karena menemukan makna dari kehidun spiritual dinilai sebagai kecerdasan yang paling penting dan tinggi karena terkait dengan

kemampuan seseorang dalam meraih kebahagian. 2

Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan temuan terkini secara ilmiah, yang pertama kali digagas oleh Danah Zohar dan Ian

1 Kementrian Agama RI, Al- Qur‟an Tajwid dan Terjemahannya, ( Jakarta : Insan PT Media Pustaka, 2004 ) h. 407

2 Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual bagi Anak, (Jogjakarta: Kata Hati 2010), h. 10

Marshal, masing-masing dari Harvard University dan Oxford University melalui riset yang komprehensif. Beberapa pembuktian ilmiah tentang kecerdasan spiritual dipaparkan Zohar dan Marshal dalam SQ (Spiritual Quetient), the ultimate intelegence, dua diantaranya adalah pertama riset psikologi/ saraf, Michael Persinger pada awal tahun 1990-an dan lebih mutakhir lagi tahun 1997 oleh ahli saraf VS Ramachandran dan timnya dari California University , yang menemukan eksistensi Got Spot dalam otak manusia telah built in sebagai pusat spiritual (spiritual center) yang terletak di bagian depan otak. Buku kedua adalah riset ahli saraf Australia, Wolf Singer era 1990-an atas makalahnya: The Binding Problem , yang menunjukkan ada proses saraf dalam otak manusia yang terkonsentrasi pada usaha untuk menyatukan serta memberi makna dalam pengalaman hidup kita, suatu jaringan saraf secara literal “mengikat” pengalaman kita secara bersama untuk hidup lebih bermakna. 3

Danah Zohar dan Ian Marshal berpendapat bahwa SQ tidak sama dengan Agama

SQ tidak mesti berhubungan dengan Agama. Bagi sebagian orang mungkin, SQ mungkin menemukan cara mengungkapkannya melalui Agama formal, namun beragama tidak menjamin SQ tinggi. Banyak orang humanis dan ateis memiliki SQ sangat tinggi; sebaliknya, banyak orang yang aktif beragama memiliki SQ sangat rendah. Beberapa penelitian oleh psikolog Gordon Allport, lima puluh tahun silam, menunjukkan bahwa orang memiliki pengalaman keagamaan lebih banyak di luar batas-batas arus utama lembaga keagaannya dari pada di dalamnya. Agama formal adalah seperangkat aturan dan kepercayaan yang di bebankan secara eksternal, ia bersifat top down , di warisi dari pendeta, nabi dan kitab suci atau di tanamkan melalui keluarga dan tradisi. SQ sebagaimana di jelaskan dalam buku ini, adalah kemampuan internal bawaan otak atau jiwa manusia yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta ini. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa, ia adalah kecerdasan yang dapat membantu menyembuhkan dan membangun diri kita secara utuh. SQ adalah kesadaran yang dengannya kita tidak hanya mengakui nilai-nilai yang ada tetapi, tetapi juga secara aktif kita menemukan nilai-nilai baru. SQ tidak bergantung pada budaya maupun nilai, SQ mendahului seluruh nilai-nilai spesifik dan budaya manapun, oleh karna itu, iapun mendahului bentuk ekspresi agama manapun yang

3 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power, (Jakarta: Arga, 2001), h. 11 3 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power, (Jakarta: Arga, 2001), h. 11

Toto tasmara dalam bukunya berpendapat tentang kecerdasan spiritual, ia berpendapat bahwa Kecerdasan spiritual yang datang dari barat ini lebih menekankan pada makna spiritual sebagai potensi yang khas di dalam jasad tampa mengkaitkannya secara jelas dengan kekuasan dan kekuatan Tuhan. Kecerdasan spiritual sebagaimana kecerdasan lainnya dengan pusat utamanya pada alam. Mereka membedah kecerdasan spiritual dengan pusat utamanya pada kekuatan otak manusia (brainwere), dan karenanya dengan sangat tegas mengatakan , “Spiritual is not a religion “. Seorang mungkin memiliki pengetahuan tentang agama, tetapi belum tentu cerdas secara spiritual. Dan untuk membedakannya dengan pandangan dunia barat tentang makna spiritual ini, saya mencoba memberanikan diri untuk memakai istilah kecerdasan ruhaniah (transcendental intiligence TC) sebagai bagian dari upaya untuk menggali pesan- pesan Qur‟an dan hadits yang justru kita yakini sebagai the way of life . Kecerdasan ruhaniah adalah kecerdasan yang berpusat pada rasa cinta yang mendalam kepada Allah Rabbul-Alamin dan seluruh ciptaan-Nya. Sebuah keyakinan yang mampu mengatasi seluruh perasaan yang bersifat jasadi, bersifat sementara dan fana, kecerdasan ruhaniah justru merupakan esensi dari seluruh kecerdasan yang ada. Atau dapat dikatakan, sebagai

4 Danah zohar dan Ian marshal, SQ-Kecerdasan Spiritual, (Jakarta : Mizan pusataka 2007), h. 8-9 4 Danah zohar dan Ian marshal, SQ-Kecerdasan Spiritual, (Jakarta : Mizan pusataka 2007), h. 8-9

Bimbingan Konseling Islam dirumuskan oleh para ahlinya secara berbeda dalam istilah dan redaksi yang digunakannya, namun sama dalam maksud dan tujuan, bahkan satu dengan yang lain saling melengkapinya. Berdasarkan beberapa rumusan tersebut dapat diambil suatu kesan bahwa yang dimaksud dengan Bimbingan Konseling Islam adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis terhadap individu atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami dirinya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat hidup secara harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya demi tercapainya

kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah 6 .

Dalam bukunya bimbingan dan konseling dalam islam, Aunur Rahim Faqih membagi tujuan Bimbingan dan Konseling islam dalam tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan umumnya adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya dan agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.

2. Tujuan khususnya adalah:

5 Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, (Jakarta : Gema insani 2001), h. xii

6 Ahmad Mubarok, Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus (Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2002), h. 4-5

1) membantu individu agar tidak menghadapi masalah

2) membantu individu untuk mengatasi masalah yang

dihadapinya

3) membantu individu memlihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang tetap baik menjadi tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan

orang lain. 7

Berdasarkan teori-teori di atas penulis tertarik untuk meneliti keterkaitan Kecerdasan Ruhaniah Konselor dengan Bimbingan dan

Konseling Islam yang lebih di rincikan dengan “Kecerdasan Ruhaniah Konselor Konselor dan Implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling Islam”

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka penulis memberikan rumusan masalah yaitu bagaimana keterkaitan Kecerdasan Ruhaniah Konselor dalam Bimbingan dan Konseling Islam ?

Agar lebih terarahnya penelitian ini, maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut : “ Penerapan Kecerdasan Ruhaniah Konselor dalam Bimbingan dan Konseling Islam “.

7 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, UII press. Jakarta: 2001 h.35-36

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan batasan masalah di atas , maka tujuan dari penelitian ini adalah :

“Ingin mendiskripsikan implikasi Kecerdasan Ruhaniah Konselor dalam Bimbingan dan Konseling Islam ”

Setelah dilakukan penelitian, hasil penelitian ini diharapkan akan berguna baik dibidang teoritis maupun praktis, yaitu sebagai berikut :

1. Bidang teoritis :

a. Untuk menambah dan memperluas wawasan penulis khususnya mengenai masalah yang dibahas.

b. Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi para konselor dan mahasiswa jurusan Manajemen Pendidikan Islam.

c. Memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Bimbingan dan Konseling khususnya implikasi Kecerdasan Ruhaniah Konselor dalam Bimbingan dan Konseling Islam

2. Bidang praktis :

a. Sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Imam Bonjol Padang.

b. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pembaca, agar mengetahui serta memahami bagaimana implikasi Kecerdasan Ruhaniah Konselor dalam Bimbingan dan Konseling Islam.

D. Penjelasan Judul

Supaya tidak terjadi kesalah pahaman dan kekeliruan dalam memahami judul ini, maka penulis akan menjelaskan istilah yang di pakai dalam judul tersebut di antaranya:

Kecerdasan Ruhaniah adalah kemampuan seseorang untuk memaknai segala sesuatu yang mana semua bermuara kepada keyakinan terhadap Allah Rabbul-Alamin. Sebuah keyakinan yang mampu mengatasi seluruh perasaan yang bersifat jasadi, bersifat sementara dan fana,

Konseor adalah seorang yang memiliki keahlian dalam bidang pelayanan konseling dan tenaga profesional. Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu, agar menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah,

sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhir. 8 Jadi yang dimaksud dari judul skripsi ini adalah bagaimana implikasi atau keterlibatan

kecerdasan ruhaniah seorang konselor terhadap Bimbingan dan Konseling Islam.

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun menjadi lima bab, yang berdiri sendiri namun saling berhubungan antara satu bab dengan bab lainnya dan merupakan satu kesatuan

8 Tohari Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami(Jakarta: UII Press, 1992),h.5 8 Tohari Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami(Jakarta: UII Press, 1992),h.5

BAB kesatu merupakan PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan istilah, dan sistematika penulisan.

BAB kedua merupakan LANDASAN TEORITIS yang terdiri atas pengertian Kecerdasan Rohaniah Konselor dan pengertian Bimbingan Konseling Islam

BAB ketiga merupakan METODE PENELITIAN yang meliputi: jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan analisis data.

BAB keempat merupakan HASIL PENELITIAN yang mengulas masalah tetang Kecerdasan Rohaniah Konselor dan implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling Islam.

Bab kelima, merupakan PENUTUP yang terdiri atas kesimpulan dan saran-saran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kecerdasan Ruhaniah Konselor

1. Pengertian Kecerdasan Ruhaniah

kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang menuntut kemampuan fikiran. Berbagai batasan-batasan yang dikemukakan oleh para ahli didasarkan pada teorinya masing-

Kecerdasan adalah

masing. 9 Intelegence dapat pula diartikan sebagai kemampuan yang

berhubungan dengan abstraksi-abstraksi, kemampuan mempelajari sesuatu, kemampuan menangani situasi-situasi baru. 10

Dalam Kamus Arab Indonesia karya Mahmud Yunus, terdapat kata Kata حور untuk ruh, Kata حير (rih) yang berarti angin, Kata حور (rawh) yang berarti rahmat , يوبحور نويوبحور

rohani, tidak berbenda 11 . Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 12 kata ruhaniah dapat diartikan alam

9 Munandir, Ensiklopedia Pendidikan, (Malang: UM Press, 2001), hal 122). 10 Kartini Kartono, & Dali Gulo, Kamus Psikologi (Bandung: Pioner Jaya, 2000), hal

11 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, ( Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qu r‟an, 1973), h. 149

12 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka, 2002), h. 1202

Menurut terminologi, terdapat berbagai rumusan tentang Kecerdasan Ruhaniah namun pada intinya sama dan hanya berbeda dalam redaksinya

a. Menurut Toto Tasmara Kecerdasan Ruhaniah adalah kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya atau bisikan

kebenaran yang meng-ilahi dalam cara dirinya mengambil keputusan atau melakukan pilihan-pilihan, berempati, dan

beradaptasi 13 .

b. Menurut Ary Ginanjar Agustin Kecerdasan spiritual/Ruhaniah adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap

setiap prilaku dan kegiatan, malalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya hanif, dan memiliki pola pemikiran tauhidi , serta prinsip

“hanya karna Allah”. 14

c. Menurut Prof. Dr. H. Achmad Juntika Nurihsan, M.Pd Kecerdasan rohaniah adalah kemampuan seseorang untuk

mendengarkan hati nuraninya atau bisikan kebenaran yang meng-Ilahi dalam cara dirinya mengambil keputusan atau melakukan pilihan-pilihan, dan beradaptasi.

d. Menurut Dadang Hawari kecerdasan spiritual atau Kecerdasan Ruhaniyah adalah komponen utama bila dibandingkan dengan

13 Toto Tasmara : Op.Cit., h. 4 14 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual:

The ESQ Way, (Jakarta:Arga Wijaya Persada, 2001), h. 57

IQ, EQ, dan CQ. Untuk mengembangkannya adalah dengan menghayati dan mengamalkan agama; yaitu rukun iman, rukun

islam dalam kehidupan. 15

Berdasarkan pendapat di atas Kecerdasan Ruhaniah dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk memaknai hidup dengan nilai-nilai keagamaan. Kecerdasan ini berkaitan dengan abtraksi pada suatu hal diluar kekuatan manusia suatu kekuatan penggerak kehidupan yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Manusia yang memiliki Kecerdasan Ruhaniah yang baik akan memiliki hubungan yang kuat dengan Allah, sehingga akan berdampak pula kepada kepandaian dia dalam berinteraksi dengan manusia, karena dibantu oleh Allah yaitu hati manusia dijadikan cenderung kepada-Nya. Dalam surat Al‟araf ayat 56 Allah swt jelaskan bahwa:

Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS,

Al‟araf: 56) 16

15 Dadang Hawari, Al- Qur‟an: Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa ,( Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), hal 223-232

16 Kementrian Agama RI,. Op.Cit. hal 157

Berdasarkan keterangan diatas dapat kita ketahui bahwa kecerdasan Ruhaniah seseorang itu berpengaruh terhadap kemudahan dia dalam menjalani kehidupan ini, jika keceredasan spiritual atau Kecerdasan Ruhaniah seseorang baik, maka mereka akan menjadi orang yang paling cerdas dalam kehidupan, untuk itu yang terbaik bagi kita adalah memperbaiki hubungan kita kepada Allah, yaitu menguatkan sandaran vertikal kita dengan cara memperbesar taqwa dan menyempurnakan

tawakal serta memurnikan pengabdian kita kepada-Nya. 17

2. Nash Al- Qur’an dan Hadist tentang Kecerdasan rohaniah

e. Al. Qur‟an

Artinya :Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu

sedikit sekali bersyukur. (As Sajadah : 9) 18

Tafsir ayat

Maka jelaslah disini bahwa ruh atau nyawa sekalian manusia itu Allah SWT sendirilah yang empunya, harta Allah

17 Mas Udik Abdullah, Meledakkan IESQ dengan Langkah Takwa dan Tawakal, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2005), h. 181-182

18 Kementrian Agama RI,. Op.Cit. hal 415

SWT. “dan dia jadikan untuk kamu pendengaran dan penglihtan dan hati.” Pendengaran dan penglihatan adalah untuk

menghubungkan diri kita dengan alam yang sekeliling kita dan bahwa hasil penglihatan dan pendengaran kita itu ke dalalam hati kita, untuk menginsafi kebenaran Allah SWT guna di sembah dan

pertalian hidup dengan sesama untuk dikasihi. 19

Artinya :7.dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), 8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. 9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, 10. dan Sesungguhnya

merugilah

orang yang

mengotorinya.(QS:Asy-Syam 7-10) 20

Tafsir ayat

Dia, yaitu Allah yang mendirikan langit menghamparkan bumi, dan menyempurnakan kejadian insan. Di beri-Nya ilham “kepadanya” yaitu kepada diri insan tadi. Setelah Allah memberikan ilham dan petunjuk, mana jalan yang salah dan mana jalan kepada ketakwaan, terserahlah pada manusia itu sendiri, mana yang akan di tempuhnya, sebab dia di beri akal budi, maka

19 Hamka, Tafsir Al-Azhar jilid 7 , Amin Jundi, Gema Insani, Depok, 2015, hal:124 20 Kementrian Agama RI,. Op.Cit. hal 595 19 Hamka, Tafsir Al-Azhar jilid 7 , Amin Jundi, Gema Insani, Depok, 2015, hal:124 20 Kementrian Agama RI,. Op.Cit. hal 595

dn jangan mengotorinya. 21

Ayat ini memberikan isyarat bahwa manusia terlahir dengan dibekali potensi (kecerdasan) ruhaniah. Apa itu kecerdasan ruhaniah? Kecerdasan ruhaniah ialah kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya atau bisikan kebenaran yang meng- Ilahi dalam cara dirinya mengambil keputusan atau melakukan pilihan-pilihan, dan beradaptasi.

Kecerdasan ruhaniah sangat ditentukan oleh upaya untuk membersihkan dan memberikan pencerahan qolbu (tazkiyah, tarbiyatul quluub) sehingga mampu memberikan nasihat dan arah tindakan sertacaranya kita mengambil keputusan.qolbu harus senantiasa berada pada posisi menerima curahan cahaya ruh yang bermuatan kebenaran dan kecintaan kepada Ilahi.

21 Hamka, Tafsir Al-Azhar jilid 9 , Amin Jundi, Gema Insani, Depok, 2015, hal:594 21 Hamka, Tafsir Al-Azhar jilid 9 , Amin Jundi, Gema Insani, Depok, 2015, hal:594

Artinya :“ Dari Wabishoh bin Ma'bad ia berkata, "Saya datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan Maka beliau pun bersabda: "Kamu datang untuk bertanya mengenai kebaikan dan keburukan (dosa)." Saya berkata, "Benar." Beliau lalu bersabda : mintalah petunjuk dari jiwamu. Kebaikan itu adalah sesuatu yang dapat menenangkan dan menentramkan hati dan jiwa. Sedangkan keburukan itu adalah sesuatu yang meresahkan hati dan menyesakkan dada, meskipun manusia membenarkanmu dan manusia memberimu

fatwa (membenarkan)." (Musnad Ahmad, no.180001) 22

Salah satu Fungsi qolbu adalah merasakan dan mengalami, artinya dia mampu menangkap fungsi indrawi yang dirangkum dan dipantulkan kembali kedunia luar, dan proses ini kita sebut sebagai menghayati. Dalam proses mengalami dan menghayati itu, dia sadar akan dirinya dalam konteksnya dengan dunia luar. Sedangkan, di dalam proses menghayati, dia sadar akan seluruh tanggung jawab perbuatannya.Pengalaman bersifat kuantitafif

22 Abu Habib sofyan Saladin. 2011. Syarah Hadis Arba'in Annawawiyah, Bogor : h 163

(badani, nafsiah), sedangkan penghayatan bersifat kualitatif (ruhiyah) 23

3. Kepribadian Konselor yang memiliki kecerdasan ruhaniyah

Toto Tasmara, memberikan ciri-ciri kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan ruhaniah/ kejiwaan atau ruh sebagai wilayah batin yang selalu

berubah-ubah. 24 Adapun ciri-ciri pribadi yang memiliki keceerdasan ruhaniah tersebut adalah :

a. Memiliki visi Mereka yang cerdas secara spiritual atau ruhaniah sangat menyadari bahwa hidup ya ng dijalaninya bukanlah “kebetulan” tetapi sebuah kesengajaan yang harus dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab. Visi atau tujuan setiap muslim yang cerdas secara spiritual akan menjadikan pertemuan dengan Allah sebagai puncak dari pernyataan visi pribadinya, yang kemudian dijabarkan dalam bentuk perbuatan baik yang terukur dan terarah. Sebagaimana firman Allah

Artinya : “Barang siapa yang mengharapkan pertemuan (liqa) dengan Tuhannya, hendaklah ia melakukan amal shaleh dan janganlah beribadah dengan mempersekutukan seorangpun dalam

beribadat kepada Tuhannya” (Q.S. Al-Kahfi:110). 25

23 Toto Tasmara OP.Cit. hal 45 24 Jalaluddin Rakhmat, et.al, Menyinari Relung-relung Ruhaniah: Mengembangkan EQ

dan SQ Cara Sufi, Al Hikmah kerjasama dengan IMAN, Bandung, 2002, hal. 26. 25 Kementrian Agama RI,. Op.Cit. hal 304

Kesadaran ruhaniah yang paling mendalam adalah kesadaran bahwa hidup adalah kesementaraan yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab , sebuah perantauan yang harus dan niscaya kembali kekampung halaman dengan membawa bekal, dan perjalanan singkat untuk menempuh perjalanan yang panjang dan abadi. Dalam jiwanya terdapat keyakinan bahwa hanya orang-orang yang bertanggung jawab untuk menunaikan amanahnya yang akan memperoleh kemenangan dunia dan akhirat.

b. Merasakan kehadiran Allah Mereka yang cerdas secara ruhani merasakan kehadirat Allah dimanapun mereka berada, mereka menyakini bahwa dirinya senantiasa berada dalam pengawasan Allah SWT. Ada kamera Illahiyah yang terus menyoroti Qolbunya dan merasakan serta menyadari bahwa seluruh detak hatinya diketahui dan dicetak Allah tanpa satupun yang tercecer. Allah berfirman.

Artinya :„Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya. Kami lebih dekat

kepadanya dari pada urat lehernya”.(Q.S. Qof: 16) 26

Mereka yang memiliki kecerdasan ruhaniah merasakan dirinya berada dalam limpahan karunia Allah. Dalam suka dan duka atau dalam

26 ibit hal 304 26 ibit hal 304

c. Berdzikir dan berdo‟a Berdzikir dan berdo‟a merupakan sarana sekaligus motivasi diri

untuk menampakkan wajah seseorang yang bertanggung jawab. Dzikir mengingatkan perjalanan untuk pulang dan berjumpa dengan yang dikasihinya. Berdo‟a berarti memanggil diri sendiri. Jiwa dan kesadaran diseru dan dihentakkan ag ar sadar bahwa “aku sedang beraudiensi dengan Tuhan- ku”.

Mereka yang cerdas secara ruhani menyadari bahwa do‟a mempunyai makna yang sangat dalam bagi dirinya. Dengan berdo‟a berarti ada rasa optimisme yang mendalam dihati dan masih memiliki semangat untuk melihat ke depan. . Allah berfirman

Artinya :(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan Artinya :(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan

Artinya :dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka

Jahannam dalam Keadaan hina dina" 28 .( S.Q Al. Mu‟minun : 60)

d. Memiliki kualitas sabar Sabar berarti memiliki ketabahan dan daya sangat kuat untuk menerima beban, ujian dan tantangan tanpa sedikitpun mengubah harapan untuk menuai hasil yang ditanamnya, sehingga orang yang bertakqa tidak mengenal atau memiliki kosa kata “cengeng” karena makna dari kata sabar

itu sendiri bermuatan kekuatan bukan kelemahan. Sabar berarti terpatrinya sebuah harapan yang kuat untuk menggapai cita-cita atau harapan, sabar berkaitan pula dengan masa depan sebagaimana firman Allah

Artinya :Maka bersabarlah kamu, karena Sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi . (QS. Al.

Mu‟minun : 55) 29

27 ibit hal 252 28 Ibiit hal 346 29 Ibit hal 346

Salah satu mahkota sabar adalah sikap memaafkan. Keberanian untuk selalu berpihak pada “salam” sebagaimana yang di ucapkan setiap mengakhiri shalatnya (yang pada dasarnya merupakan awal dari aktualisasi sholat). Di dalam nilai-nilai sabar itu tampak sikapnya yang paling dominan antara lain sikap percaya diri(self confidence), optimis, mampu menahan beban ujian dan terus berusaha sekuat tenaga (mujahadah). Dan mereka sangat yakin akan janji Allah yang berfirman

Artinya :Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan- jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-

orang yang berbuat baik 30 . (QS. Al-ankabut : 69)

e. Cenderung pada kebaikan Orang yang bertaqwa adalah tipe manusia yang cenderung pada kebaikan dan kebenaran. Sabda Rasulullah SAW., “jadikanlah hidup hari ini lebih baik dari hari kemaren dan hari esok lebih baik lagi dari hari ini”, seakan-akan menembus cakra wala qalbunya dan menjadi hiasan

nuraninya setiap detik, mereka merasakan kerugian yang dahsyat ketika waktu berlalu begitu saja tanpa ada satupun kebaikan yang di lakukannya.

Amanah adalah segala bentuk kebaikan yang mengikat diri dan kemudian menjadi beban dan keharusan untuk dilaksankan dengan penuh tanggung jawab. Sehingganya, takwa kita pahami sebagai bentuk tanggug

30 Ibit hal 404 30 Ibit hal 404

f. Memiliki empati Empati adalah kemampuan seorang untuk memahami orang lain., sehingga mereka mampu beradaptasi dengan merasakan kondisi batiniah dari orang lain. Empati sosial telah di patrikan kepada jiwa agung Rasulullah SAW. Sebagaimna firman-Nya,

              

Artinya :Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS.

At.Taubah : 128) 31

Hal ini di contohkan oleh Umar Ibnul-Khattab r.a, pada saat penduduk dalam keadaan kelaparan, tampak Umar Ibnul-Khattab r.a menggigil karena tidak makan gandum dan minyak samin hampir satu

31 Ibit hal 207

bulan lamanya. Seorang bertanya, “ Wahai Amirul Mukminin, betapa seorang Amir seperti engkau kelihatan sangat lesu, wajahmu pucat dan hanya makan roti kering . Engkau kelihatannya sedang menyiksa diri, padahal dengan kekuasaanmu, engkau hanya tinggal meminta kepada kas Negara ( Baitu mal)”, Umar menjawab, “ Bagaimana mungkin aku menjadi pemimpin rakyat bila tidak merasakan derita yang mereka rasakan ?”. Para pemimpin yang berempati akan melahirkan solidaritas, lalu menular menjadi satu kesadaran kolektif. Kepemimpinan adalah keteladanan dan siakap yang penuh perhatian terhadap yang di pimpinnya.

g. Berjiwa besar Jiwa besar adalah keberanian untuk memaafkan dan sekaligus melupakan kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang lain. Orang yang cerdas secara ruhaniah adalah mereka yang mampu memaafkan betapapun besarnya kesalahan yang pernah diperbuat orang lain pada dirinya. Karena mereka menyadari bahwa sikap pemberian maaf, bukan saja sebagai bukti kesalehan, melainkan salah satu bentuk tanggung jawab hidupnya, karena apapun yang ia pilih atau putuskan pada akhirnya akan mempengaruhi orang lain.

Seorang yang cerdas secara ruhaniah, memiliki sikap pemaaf yang sangat besar seakan melebur dalam cintanya yang sangat mendalam terhadap kebenaran dan sekaligus sangat besar kepeduliannya terhadap kemanusiaan. Pada saat Rasulullah di lecehkan oleh penduduk Thaif, wajah beliau bercucuran darah karena lemparan batu penduduk tersebut.

Pada saat itu malaikat menawarkan kekuatan untuk membalas kepedihan hati kekasih Allah yang telah di hinakan melempaui batas-batas kemanusian. Tetapi, keagungan akhlak Rasulullah tampak dan menggaung ke seantero jagat. Tawaran malaikat di jawabnya dengan do‟a, “ Ya Allah, ampunilah mereka , karena sesungguhnya mereka tidak tahu.‟

Keagungan akhlak tersebut di tampakkan lagi secara monumental ketika Rasulullah SAW, memasuki kota Mekah yang di kenal dengan fatthul Makkah. Pada saat itu, musuh-musuh Islam menggigil ketakutan. Mereka merasa khawatir kaum muslimin akan membalas dendam kerena kekejian yang telah mereka perbuat kepada kaum muslimin.

Dalam suasana yang mencekam, Rasulullah berdiri di depan Ka‟bah dan berkata dengan lantang, “Aku akan berkata sebagaimana Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya. Tidak ada dendam dan kebencian di hati kita semua. Kalian (musuh-musuh Islam) kalau mau, silahkan pergi dan bebas kemana engkau mau, karena kalian telah kami maafkan.” Inilah keteladanan yang menunjukkan jiwa besar Rasulullah SAW. Padahal sebelumnya beliau dan pengikutnya mendapatkan siksaan di luar batas kemanusian , begitulah seorang yang cerdas rohaninya, lebih dominan rasa cintanya daripada kebenciannya. Lebih besar rasa perdamaiannya daripada permusuhannya. Sehingga, tidak mungkin keluar dari mulutnya kata dan kalimat yang mencerminkan sikap kebencian, dendam, dan caci maki.

h. Bahagia melayani

Budaya melayani dan menolong merupakan bagian dari citra diri seorang muslim. Mereka sadar bahwa kehadiran dirinya tidaklah terlepas dari tanggung jawab terhadap lingkungannya. Sebagai bentuk tanggung jawabnya, mereka menunjukkan sikapnya untuk senantiasa terbuka hatinya terhadap keberadaan orang lain dan merasa terpanggil atau ada semacam ketukan yang sangat keras dari lubuk hatinya untuk melayani.

Sikap melayani melekat pada fitrah dirinya, sebagaimana setiap hari minimal 17 kali kita membaca surat al-fatiah, sebagai pernyataan dan

komitmen yang di ungkapkan dengan penuh kesadaran, “Iyyaka na‟budu hanya pada Engkaulah kami menyembah‟!. Kata “abdun” dapat berarti menghamba, taat melayani (sebagaimana seorang hamba melayani tuhannya).

Menarik untuk disimak, pernyataan ” Iyyaka na‟budu di ungkapkan dalam bentuk jamak. Ada unsur kebersamaan (bukan a‟budu aku mengabdi). Dalam melayani, ego keakuan kita hilang diganti dengan rasa kebersamaan. Hanya dengan melayani atau saling melayani, niscaya kehidupan kita meningkat menuju keluhuran budaya. Melayani bukan bukan hanya sekedar kenunjukan sikap luar seperti tersenyum, berpakaian rapi, atau hal lain yang seringkali di jadikan tema pelatihan pelayanan prima. Tetapi yang paling hakiki adalah bahwa melayani merupakan bentuk keterpanggilan untuk memenuhi janji atau amanah, ungkapan hati nurani dan karenanya merupakan salah satu bentuk ketakwaan seseorang.

Salah satu bentuk kualitas pelayanan adalah tidak pernah tersirat sedikitpun dalam pikiran seorang muslim untuk mengingkari janji. Karena itu mereka yang cerdas secara ruhani akan tampak dari sikapnya yang sangat perhatian terhadap janji dan amanah.

Artinya :dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya 32 . (QS.Al.Isra‟ :34)

Melayani dengan cinta, bukan karena tugas atau pengaruh luar. Tetapi, benar- benar sebuah obsesi yang sangat mendalam bahwa “aku ada karena aku melayani”. Dengan penghayatan seperti itu, sadarlah mereka bahwa “siapapun di luar dirinya adalah customer” yang berhak mendapatkan pelayanan dirinya. Mereka menyadari bahwa keberadaannya tidak mungkin berarti kecuali bersama dengan orang lain. Dengan melayani orang lain berarti dirinya ikut di berdayakan menuju kualitas akhlak yang lebih luhur dan bermakna .

Dengan demikian seorang muslim akan menjadikan setiap geraknya adalah pelayanan yang berkualitas. Sehingga, orang yang di sekitarnya merasakan kedamaian. Itulah sebabnya setiap mengakhiri sholat kita mengucapkan “salam”, semacam ada gemuruh yang menggaungkan sebuah ungkapan, “dengan mengakhiri sholatku ini, sesungguhnya aku memulai hidupku untuk menebarkan salam. Sebab itu wahai saudarku siapapun engkau adanya, janganlah gentar dan takut karena sesungguhnya

32 ibit hal 285 32 ibit hal 285

mengulurkan tangan dan melayani maka bertambah investasinya. 33

4. Langkah-langkah pencapaian Kecerdasan Rohaniah

Kecerdasan Ruhaniah yang baik akan memiliki hubungan yang kuat dengan Allah, namun nafsu sebagai salah satu potensi manusia disadari perlu di kontrol sedemikian rupa sehingga ia tidak menjadikan manusia terhalang dari Tuhan. Maka untuk mencapai tingkat kesempurnaan dan kesucian jiwa di perlukan sekali latihan dan pendidikan

kerohanian yang panjang. 34 Tahap pertama (dalam perjalanan ruhaniah ) adalah upaya

mengalihkan hati yang sakit menjadi hati yang sehat. Tahap kedua, memberikan bekal harian yang lazim disertai dengan santapan yang di butuhkan setiap saat, sehingga hati mampu memelihara dan mempertahankan kondisi keimanan yang tinggi. Kondisi rohani yang demikian merupakan suatu hak yang harus dipenuhi oleh setiap orang sepanjang hayatnya. dengan kata lain, setiap orang harus melakuan dan mempertahankan proses atau kondisi ruhani yang demikian selama

hayatnya, hingga akhirnya d 35 ia “menjumpai” Allah.

33 Toto Tasmara : op, cit., hal. 6-39 34 Duski Samad: Lebih dekat dengan tasauf, (Padang: Duski Samad Institut, 2014), hal.42

35 Sa‟id Hawwa: Perjalanan Ruhani menuju Allah, terj. Imam fajaruddin (Solo: Era Intermedia, 2002), hal.133

Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali yang dikenal sebagai sufi yang mampu mengkompromikan sedemikian rupa antara tasauf dengan amalan syari‟at dianggap sebagai tokoh yang membuat sistem pembinaan akhlak yang bertujuan untuk menguasai nafsu tidak menjadi penghalang bagi manusia menuju ma‟rifah dengan Tuhannya. Sistem yang di susun Al- Ghazali di kenal dengan konsep Takhalli, Tahalli dan Tajalli.

a. Takhalli Takhalli secara terminologis berarti membersihkan diri dari segala bentuk godaan kehidupan duniawi yang dapat menghalangi si salik (orang yang konsentrasi menuju Tuhan) dari ma‟rifahnya kepada Tuhannya. Usaha untuk mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan duniawi, bisa ditempuh jika seseorang benar-benar mampu menjauhkan dirinya dari semua kemaksiatan dalam segala bentuknya dan berusaha melenyapkan dorongan hawa nafsunya, sebab hawa nafsulah yang menjadi pangkal dari segala sifat yang tidak baik.

Sikap mental sufi yang sudah tercemar oleh pengaruh duniawi dan material dipandang akan merugikannya dari perjuangan (mujahadah) menuju Tuhan. Oleh karenanya sikap ria, takabur, hasad, dan sikap hati yang tercela itu mesti dapat dibersihkan dari jiwa seseorang yang menuju kepada kehidupan spiritual.

b. Tahalli Konsep ini mengandung pengertian menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan sifat dan sikap serta perbuatan yang baik. Yakni b. Tahalli Konsep ini mengandung pengertian menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan sifat dan sikap serta perbuatan yang baik. Yakni

agama formal seperti shalat, puasa, zakat dan haji, sedangkan yang dimaksud dengan ketaatan batin yaitu seperti iman, ikhlas, dan sebagainya.