Pelaksanaan Utang piutang di Tanjung Medan Jorong Petok Selatan
1. Pelaksanaan Utang piutang di Tanjung Medan Jorong Petok Selatan
Nagari Panti Selatan Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman Timur
Pada dasarnya setiap segi kehidupan tidak terlepas dari proses bermuamalah. Setiap pribadi membutuhkan pertolongan orang lain. Manusia tidak dapat hidup tanpa pertolongan orang lain, sebab manusia merupakan makhluk sosial. Oleh sebab itu, banyak diantara manusia itu berupaya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dengan berbagai cara, diantaranya yaitu bekerja dengan berbagai profesi. Namun banyak juga orang yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya dengan berbagai alasan. Ada orang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan karena tidak bekerja, ada juga mereka yang sudah bekerja namun tetap juga belum bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.
Berdasarkan faktor itulah orang mau berutang kepada orang lain, baik dalam bentuk uang maupun materi. Demikian juga halnya dengan tujuan setiap orang berutang berbeda-beda. Ada orang yang berutang hanya karena ingin memperkaya diri, sedangkan mereka sebenarnya sudah mampu untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, misalnya saja untuk makan, pakaian, dan tempat tinggal. Namun mereka merasa belum Berdasarkan faktor itulah orang mau berutang kepada orang lain, baik dalam bentuk uang maupun materi. Demikian juga halnya dengan tujuan setiap orang berutang berbeda-beda. Ada orang yang berutang hanya karena ingin memperkaya diri, sedangkan mereka sebenarnya sudah mampu untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, misalnya saja untuk makan, pakaian, dan tempat tinggal. Namun mereka merasa belum
Tidak sedikit juga orang berutang dengan alasan bahwa mereka berutang untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak. Maksudnya adalah mereka berutang tidak untuk memenuhi keinginannya melainkan adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya untuk memenuhi kebutuhan makan, kebutuhan lain yang sangat mendesak yang memaksa mereka untuk berutang kepada orang lain. Alasan inilah yang banyak peneliti temukan di lapangan. Masyarakat berutang karena adanya hal yang sangat mendesak. Sedangkan mereka sama sekali tidak memiliki uang untuk menutupi kebutuhan tersebut.
Bagi mereka yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya, mereka bisa meminjam atau berutang uang ataupun barang kepada orang lain. Seseorang wajib berutang jika dalam kondisi terpaksa dalam rangka menghindarkan diri dari bahaya, seperti untuk membeli makanan agar dirinya tertolong dari kelaparan.
Setiap orang mempunyai kebutuhan dan penghasilan yang berbeda dengan yang lainnya. Sehingga mereka harus memenuhi semua kebutuhannya untuk bertahan hidup. Adapun yang membuat kebutuhan mereka berbeda adalah karena setiap keluarga memiliki penghasilan yang berbeda, jumlah anggota keluarga yang berbeda sehingga jumlah kebutuhan mereka juga berbeda.
Tidak semua orang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena sejatinya setiap orang tidak memiliki penghasilan yang sama. Ada orang yang berpenghasilan baik dan sebaliknya. Ketika seseorang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan ekonominya, mereka bisa melakukan banyak hal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut.
Diantara usaha yang dapat dilakukan adalah mereka dapat meminjam uang ke bank dan juga kepada mereka yang berpenghasilan lebih.
Selain itu, bagi mereka yang mempunyai penghasilan lebih, jika mereka mau menolong orang yang memang sangat membutuhkan pertolongan dan bantuan maka itu akan bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Memberikan utang kepada orang lain yang sangat membutuhkan lebih utama daripada bersedekah, karena bersedekah kepada orang lain belum tentu mereka butuh sedangkan mereka berutang tentu karena butuh.
Sejatinya kita tau bahwa utang piutang dapat dikatakan transaksi yang bersifat sukarela tetapi mempunyai nilai tanggung jawab penggantiannya sebab orang yang berpiutang dalam memberikan utang sifatnya sukarela tanpa memperoleh imbalan keuntungan dari perbuatannya, tetapi pada saat yang sama orang tersebut mempunyai hak untuk meminta kembali uang maupun barang dari orang yang berutang bila waktunya sudah tiba sesuai kesepakatan bersama. Saling tolong menolong kepada sesama memang sangat dianjurkan dalam agama.
Adapun bentuk kebaikan yang dapat dikaitkan dengan pembahasan di atas adalah keikhlasan seseorang yang mau memberikan utang kepada orang lain yang sangat membutuhkan. Selain itu, memberikan kelapangan kepada orang yang berutang jika memang mereka tidak mampu untuk membayar utang tersebut juga merupakan suatu kebaikan yang dianjurkan dalam agama.
Selanjutnya peneliti akan menguraikan tentang hasil penelitian mengenai kebiasaan masyarakat terhadap utang uang dibayar dengan padi di desa Tanjung Medan Jorong Petok Selatan Nagari Panti Selatan Kacamatan Panti Kabupaten Pasaman Timur.
Menurut penelitian yang telah penulis lakukan di lapangan bahwa praktek utang piutang yang terjadi di Tanjung Medan Jorong Petok Selatan Nagari Panti Selatan Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman Timur Menurut penelitian yang telah penulis lakukan di lapangan bahwa praktek utang piutang yang terjadi di Tanjung Medan Jorong Petok Selatan Nagari Panti Selatan Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman Timur
Namun seiring berjalannya waktu, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan untuk anak-anak mereka yang menyebabkan masyarakat setempat mau berutang kepada orang lain. Mereka tidak memiliki uang tunai dalam jumlah yang besar yang sangat dibutuhkan pada saat tertentu. Terlebih lagi jika kondisi padi saat itu masih hijau. Butuh waktu yang lebih lama lagi untuk memanennya. Sebagai mana yang kita ketahui bahwa biaya untuk sekolah tidaklah sedikit. Mereka berutang kepada orang lain dengan jumlah yang lebih besar. Untuk mengembalikan utang tersebut mereka tidak punya uang, dengan alasan itulah Aisyah membuat kesepakatan agar pembayaran utang tersebut dengan padi saja pada saat panen. Selain itu, masyarakat tentunya tidak akan sulit jika utang tersebut dibayar dengan padi karena sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah bertani. (Aisyah 2017 )
Praktek utang piutang tersebut sudah sangat banyak sekali ditemukan di Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman. Suatu praktek yang lahir dari masyarakat dan sudah menjadi sebuah kebiasaan. Selain Aisyah, praktek utang piutang tersebut juga dilakuan oleh anaknya yang bernama Hasna Warni yang berprofesi sebagai guru. Adapun cara pembayaran utang yang dilakukan oleh Hasna Warni sama dengan Aisyah yang merupakan ibu dari Hasna sendiri.
Semakin banyaknya orang yang membutuhkan biaya untuk berbagai alasan semakin banyak pula masyarakat setempat yang memberikan utang dengan cara tersebut. Sekarang di Kecamatan Panti ada sekitar 7 orang yang melakukan pembayaran utang dengan cara tersebut.
Selain dirasa dapat membantu orang yang sedang dalam kesusahan, pertimbangan lain mengapa pihak pemberi utang mau melakukan praktek tersebut adalah karena ia merasa diuntungkan juga dan dapat menambah pendapatan mereka. (Aisyah 2017)
Orang berutang karena mereka membutuhkan biaya, tidak peduli apakah orang tersebut kaya maupun miskin. Sekalipun ia adalah orang yang mampu untuk menghidupi keluarganya, namun jika pada saat tertentu ia sangat membutuhkan uang dan pada saat itu pula ia sedang tidak memiliki uang, maka ia akan berutang kepada orang lain dan mengembalikannya jika sudah mampu.
Adapun praktek utang piutang yang terjadi di Tanjung Medan Jorong petok Selatan Nagari Panti Selatan Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman Timur yaitu kebiasaan masyarakat dalam berutang dengan cara utang uang yang dibayar dengan padi. Maksudnya adalah ketika seseorang berutang sejumlah uang kepada orang lain maka orang yang berutang tersebut akan mengembalikan utang tersebut dalam bentuk barang yaitu padi setiap kali panennya
Kesepakatan awal antara orang yang berutang dengan orang yang memberi utang yaitu ketika orang tersebut berutang uang dengan jumlah tertentu, maka orang yang berutang akan membayar utang uang tersebut saat panen tiba. Di awal akad, biasanya mereka membicarakan jumlah uang yang akan dipinjam, dan bagaimana cara pelunasan utang tersebut. Apakah orang yang berutang tersebut sendiri yang akan menggarap sawah miliknya, atau sebaliknya orang yang memberi utang sendiri yang Kesepakatan awal antara orang yang berutang dengan orang yang memberi utang yaitu ketika orang tersebut berutang uang dengan jumlah tertentu, maka orang yang berutang akan membayar utang uang tersebut saat panen tiba. Di awal akad, biasanya mereka membicarakan jumlah uang yang akan dipinjam, dan bagaimana cara pelunasan utang tersebut. Apakah orang yang berutang tersebut sendiri yang akan menggarap sawah miliknya, atau sebaliknya orang yang memberi utang sendiri yang
Adapun jumlah uang yang diberikan berbeda jumlahnya antara sistem sasih sawah yang digarap oleh pemilik sawah itu sendiri, dengan sasih sawah yang digarap oleh orang yang memberikan utang tersebut. Jika sasih sawah tersebut digarap oleh orang yang memang pemilik sawah itu maka jumlah uang yang diterima adalah Rp 600.000,- Berbeda halnya, ketika yang menggarap sawah milik orang yang berutang tersebut adalah orang yang memberikan utang, maka jumlah uang yang diberikan adalah Rp 700.000,- dari angsuran yang harus dibayarkan sesuai besar utang. Alasan mengapa orang yang berutang lebih memilih menggarap sawahnya sendiri selain dirasa uang yang diberikan lebih kecil juga karena masyarakat merasa tak ada usaha lain selain bertani.
Sebenarnya dalam transaksi utang piutang ini yang menjadi patokan bukanlah berapa luas sawah orang yang berpiutang tetapi seberapa besar uang yang diutangkan. Semisal si “B” berutang kepada si “A” dengan kesepakatan utang dibayar berupa padi. Maka, si ”B” harus membayar angsuran utangnya setiap kali panen padi tergantung besar uang yang diutangkan dikali untuk berapa kali panen sesuai kesepakatan mereka. Dalam penggarapan sawah, jika yang menggarap sawah tersebut orang yang mempiutangkan maka si penggarap mendapat dua hasil yang mana sisa dari padi tersebut juga dibagi dua setelah si penggarap mengeluarkan angsuran padi si pengutang. Namun jika yang menggarap sawah adalah pemilik sawah itu sendiri maka sisa dari panen tersebut tidak dibagi dua.
Adapun hal-hal yang biasanya dijelaskan pada saat akad dilakukan adalah dari pihak pertama dan kedua biasanya menjelaskan berapa uang yang diutang dan cara membayar utang uang tersebut. Apakah utang tersebut akan dibayar dengan cara pihak yang memberi utang yang akan Adapun hal-hal yang biasanya dijelaskan pada saat akad dilakukan adalah dari pihak pertama dan kedua biasanya menjelaskan berapa uang yang diutang dan cara membayar utang uang tersebut. Apakah utang tersebut akan dibayar dengan cara pihak yang memberi utang yang akan
Adapun utang uang tersebut akan dibayar dengan padi saat panen. Utang tersebut akan dibayar dengan cara diangsur setiap panen padi karena angsuran setiap satu kali panen yaitu sebesar Rp 1.000.000,- dengan jumlah padi sebanyak 48 kaleng dengan jumlah utang sebesar Rp 5.000.000,- Jadi, setiap kali panen dibayar sebanyak 48 kaleng padi. Satu kaleng padi beratnya adalah 11,5 kg. Jadi 48 kaleng dikali 11,5 adalah 552 kg.
Adanya kebutuhan yang sangat mendesak seperti kebutuhan sehari-hari yang sangat pokok untuk dipenuhi, misalnya kebutuhan untuk makan. Belum lagi kebutuhan anak sekolah yang memerlukan biaya yang tidak sedikit. Tidak jarang juga tahun ajaran baru berdekatan dengan hari raya idul Fithri, dimana kita tahu semua itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Jika tidak berutang kepada orang lain maka mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan.
Selain itu, penulis menemukan alasan lain mengapa masyarakat berutang dengan cara tersebut. Mereka mau berutang dengan cara utang uang yang dibayar dengan padi karena tidak ada lagi tempat lain yang bersedia memberikan utang kepada mereka. Mereka sudah mencoba berutang kepada beberapa orang yang dirasa bisa, namun tidak pernah dapat. Kemudian ada tempat yang bisa memberikan mereka utang namun dengan cara utang tersebut dibayar dengan padi. (Fitri 2017)
Berdasarkan wawancara tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa utang uang tersebut dibayar dengan padi pada saat panen tiba. Cara pembayarannya yaitu diangsur setiap kali panen. Lama waktu pembayaran utang berdasarkan besar jumlah utang.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa informan dapat disimpulkan bahwa yang menjadi alasan
1.1 Masyarakat mau berutang dengan cara utang uang yang dibayar dengan padi karena tidak ada lagi tempat lain yang bisa memberikan mereka utang selain dengan cara tersebut.
1.2 Adanya kebutuhan yang sangat mendesak Ini merupakan alasan yang paling dominan atau yang paling banyak penulis temui. Mereka mengatakan bahwa kebutuhan yang mendesak yang menyebabkan mereka berutang kepada orang lain. Mereka berutang pun karena terdesak dan di samping itu, mereka tidak memiliki tabungan yang dapat mereka gunakan di saat terdesak. Jika mereka tidak berutang kepada orang lain maka akan mengakibatkan masalah lainnya. Adapun kebutuhan mendesak diantaranya yaitu;
Kebutuhan mendesak terbagi kepada dua, pertama yaitu kebutuhan mendesak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kedua kebutuhan mendesak lainnya yang terjadi pada waktu tertentu.
1.2.1 Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Ini adalah kebutuhan yang sangat wajib dipenuhi. Alasan kebanyakan dari masyarakat berutang kepada orang lain yaitu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebagaimana kita ketahui bahwa yang termasuk kebutuhan sehari-hari yaitu kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Jika mereka tidak berutang uang kepada orang lain maka mereka tidak bisa memenuhi makan mereka, yang akan menyebabkan mereka kelaparan dan jatuh sakit.
Kita tahu bahwa setiap orang wajib menjaga agama, jiwa, keturunan, akal, harta. Menjaga jiwa dalam pandangan Islam menempati kedudukan yang sangat penting. Islam menempatkan jiwa sebagai salah satu dari lima kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang harus dipelihara (ad-dharuriyah al- Kita tahu bahwa setiap orang wajib menjaga agama, jiwa, keturunan, akal, harta. Menjaga jiwa dalam pandangan Islam menempati kedudukan yang sangat penting. Islam menempatkan jiwa sebagai salah satu dari lima kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang harus dipelihara (ad-dharuriyah al-
Misalnya melaksanakan shalat dan berpuasa sebagai bentuk perwujudan dalam pemeliharaan agama, untuk menjaga jiwa manusia membutuhkan makan dan minum, melaksanakan pernikahan sebagai bentuk perwujudan dalam memelihara keturunan. Memelihara akal diantaranya dengan menuntut ilmu.
Jadi, selain alasan mereka berutang adalah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan dan jika mereka tidak berutang kepada orang lain mereka akan kelaparan, maka hukum mereka berutang adalah wajib, karena dalam agama pun orang wajib untuk menjaga badan atau kesehatan jasmani dan tidak menganiaya diri sendiri.
1.2.2 Kebutuhan mendesak lainnya Selanjutnya yang menjadi alasan masyarakat berutang adalah karena adanya kebutuhan mendesak lainnya. Adapun kebutuhan mendesak ini seperti kebutuhan sekolah anak dan kebutuhan lainnya.
Jika mereka tidak berutang kepada orang lain maka akan mengakibatkan masalah lain seperti anak mereka akan putus sekolahnya. Itulah mengapa mereka berutang kepada orang lain.
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa utang piutang adalah penyerahan harta berbentuk uang untuk dikembalikan pada waktunya dengan nilai yang sama. Di desa Tanjung Medan pun terjadi praktek utang piutang dimana orang berutang uang dengan pengembaliannya berupa padi. Kebiasaan utang piutang yang Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa utang piutang adalah penyerahan harta berbentuk uang untuk dikembalikan pada waktunya dengan nilai yang sama. Di desa Tanjung Medan pun terjadi praktek utang piutang dimana orang berutang uang dengan pengembaliannya berupa padi. Kebiasaan utang piutang yang
Adapun bagi mereka yang ingin berutang uang dikarenakan mereka mempunyai kebutuhan yang sangat mendesak. Kebanyakan dari mereka yang berutang adalah petani yang mempunyai sawah sendiri. Karena sebagian besar mata pencaharian masyarakat setempat adalah petani.
Selain alasan berutang karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang sangat wajib untuk dipenuhi, alasan lain bagi mereka berutang adalah karena adanya suatu hal yang sangat mendesak untuk dipenuhi sedangkan mereka tidak memiliki tabungan atau di saat mereka butuh uang keadaan padi masih hijau dan belum siap dipanen, maka ini juga merupakan alasan mereka berutang. Salah satu kebutuhan yang sangat mendesak yaitu kebutuhan sekolah anak yang butuh biaya banyak. Apalagi ketika tahun ajaran baru berdekatan dengan bulan puasa hingga jelang hari raya dimana membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Sebagaimana kita tahu bahwasannya orang yang sangat membutuhkan uang, mereka bisa meminjam ke bank maupun koperasi. Namun kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk berutang kepada toke maupun orang yang biasa tempat mereka berutang. Adapun alasan mereka lebih memilih untuk berutang kepada toke maupun orang lain karena lebih mudah. Jika mereka berutang ke bank akan banyak prosedur dan ketentuannya.
Selain itu, meminjam ke bank juga memerlukan jaminan yang harus diberikan. Sedangkan meminjam kepada toke maupun orang lain tidak terlalu sulit. Tidak memerlukan jaminan dan Selain itu, meminjam ke bank juga memerlukan jaminan yang harus diberikan. Sedangkan meminjam kepada toke maupun orang lain tidak terlalu sulit. Tidak memerlukan jaminan dan
Sebagian besar mata pencaharian di desa yang peneliti lakukan adalah sebagai petani. Pada dasarnya dalam setahun petani hanya menghasilkan dua kali panen padi saja, jika mereka melakukan pinjaman ke bank atau tempat pinjaman lain yang mengharuskan angsuran perbulan jelas tak sebanding dengan penghasilan mereka yang hanya 6 bulan sekali apalagi jika mereka tidak memiliki usaha lain selain bertani. Itulah sebabnya mengapa warga masyarakat memilih berutang kepada toke ataupun orang yang mempunyai penghasilan lebih.
Mereka lebih memilih berutang kepada toke ataupun orang lain karena sistem pembayarannya berdasarkan waktu panen yaitu dua kali dalam setahun. Sedangkan jika mereka berutang uang ke bank akan lebih menyulitkan lagi karena berutang ke bank orang akan mengangsur utang setiap bulannya. Sedangkan bagi mereka yang petani hanya bisa memanen padi dua kali setahun. Jadi dengan berutang kepada orang lain akan lebih memudahkan urusan karena mereka tidak perlu memikirkan lagi setiap bulannya untuk mengangsur utang seperti di bank. (Royani 2017)
Transaksi utang piutang yang ada di desa Tanjung Medan ini kerap sekali terjadi. Mereka berutang uang kepada toke maupun orang lain yang memang biasa memberikan mereka utang. Kebanyakan mereka berutang ketika padi belum dipanen, misalnya saat keadaan padi masih hijau dan belum bisa dipanen. Ketika saat panen tiba, barulah mereka membayar utang uang tersebut dengan padi secara berangsur sesuai kesepakatan awal.
toke maupun orang lain dikarenakan setelah panen mereka harus berutang lagi untuk keperluan membajak, pupuk, serta upah yang harus dikeluarkan petani tersebut, sementara hasil panen yang didapatkan terkadang hanya cukup untuk membayar utang dan sisanya untuk makan sehari-hari itupun kalau tidak terserang hama.
Ketika mereka telah membayar utang kepada orang tempat mereka berutang, biasanya mereka menambah pinjaman lagi dengan penambahan tahun angsuran. Dimana ketika setelah panen mereka harus mengeluarkan angsuran kepada yang bersangkutan belum lagi upah dan sebagainya. Sementara hasil panen dirasa masih kurang, maka tak jarang masyarakat menambah pinjaman lagi. Oleh sebab itu sampai detik ini ada dari mereka masih memiliki sangkutan dengan pihak pemberi utang.” (Fitri 2017)
Adapun tanggapan bagi orang yang berutang, mereka menerima apa yang sudah ditetapkan oleh orang yang mempiutangkan terhadap jumlah padi yang ditetapkan saat pembayaran utang tiba. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Fitri yaitu :
Bu Fitri pergi ke rumah Bu Hasna (orang yang memberi utang) dengan tujuan untuk berutang uang. Kesepakatan awal diantara Bu Fitri dengan Bu Hasna adalah berutang uang sebesar Rp 5.000.000,-. Adapun kesepakatannya yaitu utang uang tersebut dibayar dengan padi setiap kali panen. Dalam satu kali panen besar angsuran untuk Rp 1.000.000,- dari utang tersebut adalah sebanyak 48 kaleng padi. Mulai dari angsuran awal sampai akhir dari angsuran utang tersebut Bu Fitri membayar lebih jika diuangkan. Sebagaimana proses pembayaran utang dengan angsuran sebesar Rp 1.000.000,- tersebut yaitu jika diuangkan dari Bu Fitri pergi ke rumah Bu Hasna (orang yang memberi utang) dengan tujuan untuk berutang uang. Kesepakatan awal diantara Bu Fitri dengan Bu Hasna adalah berutang uang sebesar Rp 5.000.000,-. Adapun kesepakatannya yaitu utang uang tersebut dibayar dengan padi setiap kali panen. Dalam satu kali panen besar angsuran untuk Rp 1.000.000,- dari utang tersebut adalah sebanyak 48 kaleng padi. Mulai dari angsuran awal sampai akhir dari angsuran utang tersebut Bu Fitri membayar lebih jika diuangkan. Sebagaimana proses pembayaran utang dengan angsuran sebesar Rp 1.000.000,- tersebut yaitu jika diuangkan dari
Selain itu penulis menemukan tanggapan yang sama dari Surma Yeti terhadap praktek utang piutang tersebut. Adapun hasil dari wawancara tersebut adalah :
Bu Surma pergi ke rumah Bu Hasna untuk mencoba mendapatkan pinjaman uang. Jika telah terjadi kesepakatan antara si pengutang dengan orang yang memberi utang tersebut baru akan diberi jumlah uang yang akan diutang. Sesuai dengan kesepakatan, Surma diberi pinjaman uang dengan pembayaran berupa padi. Dengan ketentuan utang untuk Rp 5.000.000.- uang dibayar dengan 48 kaleng padi per Rp 1.000.000,- selama lima kali panen padi. Artinya setiap kali panen Bu Surma membayar padi sebanyak 48 kaleng jika diuangkan seharga Rp 1.200.000,- Maka Bu Surma telah membayar lebih kepada orang tersebut. Namun Bu Surma tidak merasa terbebani dengan cara seperti itu, karena Bu Surma sudah terbantu dengan utang yang ia terima pada saat membutuhkan uang untuk keperluan mendesak. (Yeti 2017)
Menurut hasil wawancara yang telah penulis lakukan di atas dapat disimpulkan bahwasannya orang lebih memilih berutang kepada toke maupun orang lain karena lebih mudah tidak seperti di bank yang memerlukan jaminan. Selain itu, cara pembayaran dengan padi pun sangat memudahkan masyarakat setempat, karena sebagian masyarakat bermata pencaharian sebagai petani.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bu Hasna Warni terhadap alasannya menetapkan pembayaran utang dengan padi sebagai berikut :
Bu Hasna mau memberikan utang uang dan pembayaran dengan padi karena sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah bertani. Untuk pembayaran utang tersebut dapat dibayar pada saat panen tiba. Menurut Bu Hasna orang tidak akan merasa kesusahan dengan cara tersebut. Sebab orang hanya mengangsur utangnya jika panen saja. Lain halnya jika orang berutang ke bank yang memang harus mengangsur utang setiap bulannya. Sedangkan kita tau bahwa petani hanya bisa memanen dua kali dalam setahun.” (Warni 2017)
Pada sistem sasih sawah yang digarap langsung oleh si pemberi utang, maka si pemberi utang tersebut yang membiayai semuanya mulai dari musim tanam sampai pada musim panen. Adapun musim panen yang ada di Jorong Petok Selatan dalam setahun biasanya sebanyak 2 kali panen. Di sela musim panen, mayarakat Tanjung Medan bercocok tanam selain padi.
Mereka bercocok tanam seperti bertani kacang tanah, jagung. Para petani memanfaatkan tanah kosong bekas lahan sawah yang sudah dipanen. Kebanyakan dari mereka bertani kacang tanah di lahan tersebut yang biasa dipanen sekali tiga bulan. Seterusnya jika sudah dipanen, maka baru kembali membuka lahan persawahan sebagaimana biasanya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam setahun petani dapat memanen padi di sawah sebanyak dua kali, dan juga dapat memanen kacang tanah sebanyak dua kali juga di lahan yang sama.
Adapun lama waktu untuk menggarap sawah milik orang yang berutang oleh pemberi utang adalah berdasarkan jumlah
5.000.000,- maka orang tersebut akan menyerahkan sawahnya untuk digarap oleh si pemberi utang selama lima kali panen.
Adapun kebiasaan utang uang yang dibayar berupa padi, yaitu ketika seseorang berutang Rp 1.000.000,- kepada orang lain, maka dalam pembayarannya orang yang berutang tersebut mengembalikan uang dengan padi. Praktek utang piutang ini sering terjadi di desa Tanjung Medan Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman Timur. Kebiasaan utang piutang yang berupa utang uang dibayar dengan padi adalah jika seseorang membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan yang sangat mendesak seperti kebutuhan anak sekolah, perlengkapannya, kebutuhan makanan dan sebagainya yang sangat mendesak, maka mereka datang kepada orang yang menyediakan jasa peminjaman dengan cara tersebut.
Praktek utang uang bayar dengan padi ini tidak memerlukan prosedur yang rumit. Prosesnya sederhana dimana orang cukup datang dan menyampaikan maksud kedatangannya kepada orang yang memberi utang bahwa ia sangat membutuhkan uang. Kemudian orang yang mempiutangkan akan memberikan sejumlah uang dengan kesepakatan bahwa orang yang berutang akan membayar utang tersebut dengan padi yang sudah ditetapkan jumlahnya.
Adapun utang uang dibayar dengan padi pada waktu panen misalnya si pemberi utang mengutangkan uang sebesar Rp 5.000.000,- kepada orang yang berutang. Orang yang berutang tersebut akan membayar utangnya dengan cara mengangsur setiap panen padi selama lima kali panen. Setiap kali panen dibayar sebanyak 48 kaleng padi. Satu kaleng padi beratnya adalah 11,5 kg. Jadi 48 kaleng dikali 11,5 adalah 552 kg.
Adapun alasan mengapa ditetapkan pembayaran utang uang dengan padi sebanyak 48 kaleng padi di daerah Tanjung Medan tersebut karena sebagian besar bahkan hampir semua orang yang memberikan utang dengan standar 48 kaleng padi dengan jumlah utang sebesar Rp 1.000.000,- berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan Bu Hasna Warni adalah sebagai berikut:
Bu Hasna memberikan standar pembayaran utang uang yang dibayar berupa padi untuk jumlah utang Rp 5.000.000,- senilai 48 kaleng dengan angsuran Rp 1.000.000,- setiap kali panennya. Adapun alasan Bu Hasna menetapkan pembayaran utang dengan jumlah 48 kaleng untuk Rp 1.000.000,- dalam satu kali angsuran setiap kali panen adalah karena pada umumnya orang atau toke lain pun menetapkan pembayaran jumlah padi dengan jumlah yang sama yaitu senilai 48 kaleng padi.” (Warni 2017)
Setiap orang yang mempiutangkan atau pemberi utang memiliki cara yang berbeda dalam pengembalian utang yang mereka berikan. Ada dari mereka yang ketika jatuh tempo pembayaran utang dan tidak bisa membayar utangnya maka orang yang memberi utang tetap menerima seberapa adanya dari hasil panen yang didapat oleh orang yang berutang. Ada juga diantara orang yang memberi utang menetapkan untuk tetap membayar utang sesuai kesepakatan awal. Berikut hasil wawancara penulis dengan Nurrohmah ketika membayar utang kepada Feri :
Bu Nurrohmah datang kapada Pak Feri untuk berutang uang sebesar Rp 2.000.000,- dengan angsuran 24 kaleng setiap kali panen selama 2 kali panen. Seperti kesepakatan awal, diangsuran pertama Bu Nurrohmah membayar sesuai dengan jumlah yang
membayar utang di angsuran kedua, Bu Nurrohmah tidak bisa membayar utang sesuai kesepakatan awal, Bu Nurrohmah hanya bisa membayar setengah dari jumlah yang seharusnya dibayarkan. Alasan Bu Nurrohmah tidak bisa membayar utang sesuai dengan kesepakatan awal karena pada saat itu keadaan padi Bu Nurrohmah terserang hama, belum lagi padi yang harus dikeluarkan untuk makan sehari-hari. Jika Bu Nurrohmah membayarkan semua hasil panen yang didapatnya, maka Bu Nurrohmah dan keluarga tidak akan makan, sehingga Bu Nurrohmah terpaksa membayar utang dengan jumlah setengah dari kesepakatan awal. Namun Pak Feri tidak bersedia dengan pembayaran utang dengan jumlah yang kurang dari kesepakatan awal. (Nurrohmah 2017)
Namun ada orang yang memberikan utang kepada orang yang berutang dengan jumlah tertentu dan ketika orang tersebut tidak bisa membayar utang sesuai jumlah kesepakatan awal, orang yang memberikan utang tersebut mau menerima seberapa adanya, dan sisa utang tersebut bisa diangsur pada saat panen selanjutnya. Berikut hasil wawancara penulis dengan Bu Fitri :
Bu Fitri berutang uang kepada Bu Hasna dengan jumlah utang sebesar Rp 5.000.000,- dengan jumlah angsuran setiap panennya adalah Rp 1.000.000,- Adapun untuk Rp 1.000.000,- tersebut dibayar dengan padi sebanyak 48 kaleng. Pada angsuran pertama dan kedua Bu Fitri bisa membayar utang sesuai dengan jumlah kesepakatan awal. Namun pada saat panen ketiga Bu Fitri tidak dapat membayar utang tersebut sesuai kesepakatan karena tanaman padi Bu Fitri terserang hama. Bu Fitri hanya dapat memberikan setengah dari angsuran yang seharusnya dibayar. Bu Hasna menerima angsuran utang dari Bu Fitri tersebut yang tidak Bu Fitri berutang uang kepada Bu Hasna dengan jumlah utang sebesar Rp 5.000.000,- dengan jumlah angsuran setiap panennya adalah Rp 1.000.000,- Adapun untuk Rp 1.000.000,- tersebut dibayar dengan padi sebanyak 48 kaleng. Pada angsuran pertama dan kedua Bu Fitri bisa membayar utang sesuai dengan jumlah kesepakatan awal. Namun pada saat panen ketiga Bu Fitri tidak dapat membayar utang tersebut sesuai kesepakatan karena tanaman padi Bu Fitri terserang hama. Bu Fitri hanya dapat memberikan setengah dari angsuran yang seharusnya dibayar. Bu Hasna menerima angsuran utang dari Bu Fitri tersebut yang tidak
Adapun pendapat pemuka agama di Desa Tanjung Medan mengenai praktek utang piutang uang yang dibayar dengan padi adalah haram. Berikut wawancara penulis dengan Muslim (pemuka agama) :
Praktek utang piutang yang berupa utang uang dibayar dengan padi dimana utang tersebut dibayar maka akan berlebih. Pak Muslim berpendapat bahwa hal tersebut haram hukumnya dengan alasan hukum asal segala sesuatu yang menarik manfaat adalah riba. (Muslim 2017).
Selain itu, pendapat masyarakat berbeda-beda terhadap hukum dari praktek tersebut. Menurut Pak Muharman praktek tersebut boleh-boleh saja, dengan alasan tergantung dari tujuan masing-masing. Jika yang berutang karena terdesak dengan berbagai alasan. Belum lagi jika si pengutang sudah berusaha meminjam kepada yang lain namun tidak dapat, dilain pihak ada yang mau memberi utang dengan cara tersebut. Pak Muharman merasa justru orang yang bersedia memberikan uang tersebut lebih baik daripada mereka yang hanya mengatakan hukum praktek utang piutang tersebut riba namun tidak memberikan pinjaman. (Muharman 2017)
Kesimpulan yang dapat penulis ambil adalah ketika orang butuh uang karena adanya keperluan yang mendesak maka orang mau berutang kepada orang lain dengan cara utang uang dibayar dengan padi. Alasan mereka mau berutang dengan cara tersebut karena mereka sudah mencoba kepada orang lain namun tidak pernah dapat sedangkan mereka sangat butuh uang. Ada orang yang mau memberikan utang namun dengan cara utang tersebut Kesimpulan yang dapat penulis ambil adalah ketika orang butuh uang karena adanya keperluan yang mendesak maka orang mau berutang kepada orang lain dengan cara utang uang dibayar dengan padi. Alasan mereka mau berutang dengan cara tersebut karena mereka sudah mencoba kepada orang lain namun tidak pernah dapat sedangkan mereka sangat butuh uang. Ada orang yang mau memberikan utang namun dengan cara utang tersebut