3.4 Prosedur Pengujian dan Pengambilan data
3.4.1 Pengujian silinder beton
Ambil benda uji berupa silinder beton yang akan ditentukan kekutan tekanan dari bak perendam, kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain pelembab.
Tentukan berat dan ukuran benda uji.Letakkan benda uji pada mesin kompres berkapasitas 200 ton secara sentries. sesuai dengan tempat yang tepat pada mesin tes
kuat tekan beton.Jalankan benda uji atau mesin tekan dengan penambahan beban konstan berdasar 2 sampai 4 kgcm2 per detik.Lakukan pembebanan sampai benda uji
menjadi hancur dan catatlah beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.Pengujian kuat tekan beton ini dilakukan pada saat beton berumur 28 hari lalu
diambil rata-rata.
3.4.2 Pengujian balok beton bertulang
Pengujian balok bertulang dilakukan setelah balok tersebut berumur 28 hari.Alat yang digunakan adalah Jack Hydraulik yang berkapasitas 25 ton. Balok uji ditempatkan
pada perletakan dan diberi beban terpusat P yang merupakan titik pembebanan membagi balok dengan jarak yang sama masing-masing 100cm. Untuk mengukur lenturan balok
ditempatkan 3 buah dial indicator, yaitu sisi kiri atas Y1, sisi kanan atas Y2 dan bawah Y3 dengan jarak msing-masing 60cm. Sebelum dibebani, jarum-jarum
penunjuk dial indicator ini harus pada posisi nol. Bebap P pada tahap awal diberi sebesar 1 ton dan selanjutnya ditambah secara bertahap sebesar 0.5 ton. Besarnya beban P yang
diberikan dapat dibaca pada manometer jack. Untuk setiap tahap pembebanan dibaca
Universitas Sumatera Utara
dan dicatat lenturan yang terjadi pada ketiga dial indicator. Selama pembebanan berlangsung diperhatikan dan dicatat saat mulainya retak pertama retak kasat mata atau
retak yang dapa diilihat dengan mata; pola retakan beton yang terjadi dan beban maksimum saat terjadi kegagalan kapasitas daya dukung dari balok uji tersebut.
Pengukuran regangan balok dilakukan bersamaan dengan pengukuran lenturan yang terjadi. Untuk setiap balok uji, pengukuran regangan dilakukan pada 3 tiga
tempat dengan membaca regangan dari 3 tiga pasang pointer yang telah ditentukan titik pengamatan, yaitu pada daerah tarik, garis tengah penampang dan pada daerah
tekan balok. Posisi pointer diletakkan dengan jarak 15 cm dari garis tengah balok terhadap posisi kanan dan kiri. Pada setiap tahap pembebanan, dibaca dan dicatat
besarnya penambahan dan pengurangan panjang diserat atas, tengah dan bawah penampang. Pengukuran dilakukan dengan alat stain meter.
Untuk mengukur retak pada balok yang terjadi dilakukan dengan menggunakan alat microscope crack dan panjang retaknya diukur dengan pendekatan benang. Retak
diamati dengan membuat segmen-segmen pada balok uji, yang dibagi dalam 48 segmen.
Gambar 3.2 Segmen segmen pada balok uji
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Agregat halus
Pengujian material agregat halus dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri Medandan hasil uji laboratorium pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil pengujian agregat halus
No. Pemeriksaaan
Hasil Pengujian
1. Fineness Modulus
2.98 2.
Specific Gravity, Gs -
Berat Jenis Bulk -
Berat Jenis Semu Apparent -
Berat Jenis SSD -
Penyerapan Absorbtion 2.625
2.705 2.654
1.121
3.
Bobot Isi Padat 1.490 grcm3
4. Jumlah bahan dalam Agregat yang
lolos Saringan 200 kadar lumpur lolos ayakan No.200
2.661
5.
Kadar Organik Berdasarkan hasil pengujian
dengan menggunakan NaOH 3, kadar organic pasir sesuai dengan
Standard ASTM C-40 dengan kategori organic No.815 Tester
masuk ke kategori no.2 sehingga masih layak untuk digunakan
dalam konstruksi
6. Soundmess test of fine aggregate by
use sodium sulfate Weighted Percentage Loss
3.95
Universitas Sumatera Utara