3.2.1 Semen
Semen yang digunakan adalah semen type I yang diproduksi PT Semen Padang. Bahan mentah yang digunakan dalam pembuatan semen adalah batu kapur, batu silika,
tanah liat dan pasir besi. Dari total kebutuhan bahan mentah, batu kapur yang depositnya terdapat di bukit karang putih ± 2 km dari pabrik digunakan sebanyak 81 . Batu
silika yang depositnya berasala dari bukit ngalau ± 1,5 km dari pabrik digunakan sebanyak ± 9 dan tanah liat diperoleh disekitar Kecamatan Kuranji, Kota Padang
digunakan sejumlah ± 9. Sedangkan kebutuhan pasir besi ± 1 didatangkan dari Cilacap. Pada penggilingan akhir ditambahkan gypsum 3-5 yang didatangkan dari
Thailand. Gypsum alam dan gypsum sintetis dari PT Petro Kimia Gresik. Secara garis besar proses produksi semen melalui 5 tahapan, yaitu:
1. Penambangan dan penyimpanan bahan mentah,
2. Penggilingan dan pencampuran bahan mentah,
3. Homogenisasi hasil penggilingan bahan mentah,
4. Pembakaran,
5. Penggilingan akhir hasil pembakaran
Dalam Proses kering, penggilingan bahan di Raw Mill udara panas dialirkan dari tanur putar Kiln sehingga dihasilkan Raw Mix dengan kandungan air 1 Setelah
menjalani proses homogenisasi, Raw Mix dibakar di Tanur putar kiln dengan bahan bakar batu bara. Hasil pembakaran adalah berupa butiran hitam yang disebut
terakklinker.
Universitas Sumatera Utara
Proses selanjutnya adalah penggilingan akhir klinker di tromol semen Cement Mill dengan menambahkan sejumlah gypsum dengan perbandingan tertentu. Hasil dari
penggilingan akhir ini adalah semen yang siap untuk kepasaran dalam kemasan kantongcurah.
3.2.2 Agregat halus
Material agregat halus yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir yang berasal dari PT Kraton, dan pemeriksaan yang dilakukan terhadap agregat halus antara
lain pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Pemeriksaaan yang dilakukan terhadap agregat halus
No. Pemeriksaaan
Tujuan Pemeriksaan
1. Fineness Modulus
Menentukan pembagian butiran gradasi agregat dan modulus
kehalusan. Data distribusi butiran pada
agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton.
2. Specific Gravity, Gs
1. Berat Jenis Bulk
2. Berat Jenis Semu Apparent
3. Berat Jenis SSD
4. Penyerapan Absorbtion
Menentukan bulk dan apparent specific gravity serta penyerapan
absorption dari agregat halus menurut
prosedur ASTM C-128. Nilai ini
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1 lanjutan diperlukan untuk
menetapkan besarnya komposisi volume agregat dalam adukan
beton.
3.
Bobot Isi Padat Menentukan berat isi agregat
halus, kasar atau campuran
4. Jumlah bahan dalam Agregat yang
lolos Saringan 200 kadar lumpur lolos ayakan No.200
Menentukan persentase berat bahan dalam agregat halus yang
lolos saringan no. 200 dengan cara pencucian
5.
Kadar Organik Menentukan kandungan bahan
organik dalam agregat halus berdasarkan
stándar warna Hellitage Tester ASTM C – 40. Kandungan
bahan organik yang berlebihan pada unsur bahan
beton dapat mempengaruhi kualitas beton.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1 lanjutan 6.
Soundmess test of fine aggregate by use sodium sulfate Weighted
Percentage Loss
3.2.3 Agregat kasar