35
G. Pengujian Keabsahan Data
Menurut Sugiyono 2009: 270 uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility, transferability, dependability, dan
confirmability. Namun, dalam uji keabsahan data, peneliti hanya menggunakan uji kredibilitas. Dalam uji kredibilitas, peneliti menggunakan triangulasi.
Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi teknik dan sumber. Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data
dengan sumber yang sama dengan teknik yang berbeda yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Jika dengan tiga teknik pengujian kredibilitas
data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain,
untuk memastikan data mana yang dianggap benar.
36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini mengungkap tiga temuan yakni permasalahan pencatatan dan pelaporan kesiswaan, pembinaan kedisiplinan siswa, dan layanan
perpustakaan. Deskripsi dari tiga temuan permasalahan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pencatatan dan Pelaporan Kesiswaan
Pencatatan administrasi sekolah yang meliputi buku induk dan buku presensi siswa bermasalah. Pencatatan buku induk bermasalah karena isinya
tidak lengkap. Hal yang demikian nampak pada kolom keterangan siswa, orang tua atau wali siswa, perkembangan siswa, meninggalkan sekolah, dan
foto siswa. Pencatatan buku induk menjadi terkendala karena sekolah tidak
mempunyai pegawai tata usaha. Buku induk tersebut dicatat oleh seorang kepala sekolah. Dengan demikian pekerjaan kepala sekolah menjadi
bertambah karena juga harus mengerjakan tugas yang lainnya. Jika sekolah akan disupervisi oleh dinas, maka kepala sekolah harus melengkapinya.
. Gambar 2. Buku Induk Siswa
37 Dalam hal pencatatan presensi siswa, tidak semua guru melakukan
presensi siswa. Dari tujuh guru, hanya ada dua guru yang mencatatnya. Dua guru tersebut adalah guru pendidikan Agama Islam dan guru kelas III.
Mereka mencatat presensi tersebut sebelum pembelajaran dimulai. Sedangkan, guru kelas I, IV, dan V tidak melakukan pencatatan presensi
siswa karena lupa. Sampai di kelas mereka langsung mengajar, memberikan materi, membahas pekerjaan rumah, dan memberikan soal. Lain halnya
dengan guru kelas II. Guru tersebut tidak pernah melakukan pencatatan presensi siswa karena jika ada siswa yang tidak hadir maka akan memberi
surat ijin atau surat pemberitahuan dari orang tua. Sementara itu, guru penjaskes tidak melakukan pencatatan presensi siswa karena setiap ada
penilaian pasti akan ketahuan siswa yang tidak berangkat atau tidak mengikuti olahraga.
Gambar 3. Daftar Presensi Siswa
2. Pembinaan Kedisiplinan Siswa
Temuan peneliti mengungkapkan bahwa pembinaan kedisiplinan di sekolah ini masih kurang. Beberapa guru kurang memberi keteladanan
kedisiplinan. Mereka kurang memberikan dalam hal keteladanan waktu.
38 Padahal, dalam tata tertib guru sudah ditetapkan bahwa guru datang ke
sekolah lima belas menit sebelum bel masuk. Tetapi, para guru tersebut terlambat datang ke sekolah. Keterlambatan itu lima sampai lima belas
menit. Para guru tersebut adalah guru kelas I, II, III, dan IV. Mereka datang terlambat ke sekolah karena harus mengurusi rumah tangga dan anaknya
yang masih kecil. Padahal, kepala sekolah sudah memberi contoh dengan datang tepat waktu. Kepala sekolah mendapat telepon atau sms dari guru
untuk minta ijin terlambat datang.
Gambar 4. Daftar Presensi Guru Bukan hanya datang terlambat di sekolah saja, guru juga terlambat
datang ke kelas. Keterlambatan guru tersebut membuat siswa tidak segera masuk kelas dengan alasan menunggu guru. Setelah istirahat guru juga
terlambat masuk kelas dikarenakan guru sudah tahu dan terbiasa bahwa siswa masih sibuk dengan makan jajannya.
Guru juga tidak memberi hukuman yang mendidik kepada siswa. Hal tersebut terlihat ketika upacara, piket kelas, pengerjaan tugas, datang ke
sekolah, dan sikap di dalam kelas ketika pembelajaran. Dalam pelaksanaan upacara, ada beberapa siswa yang kurang tertib. Mereka tidak memakai