Peraturan mengenai Izin Lokasi

- 30 - hak, dan untuk menggunakan tanah tersebut guna keperluan usaha penanaman modalnya. Tata cara memperoleh izin lokasi telah mengalami perubahan beberapa kali dan yang terakhir adalah melalui Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN PermenagKa.BPN Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin lokasi. Sebelumnya, izin lokasi diatur oleh Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN Nomor 2 Tahun 1993. Tabel di bawah ini adalah perbandingan tata cara memperoleh izin lokasi menurut PermenagKa.BPN Nomor 2 Tahun 1993 dan menurut PermenagKa.BPN Nomor 2 Tahun 1999. PermenagKa.BPN Nomor 2 Tahun 1993 PermenagKa.BPN Nomor 2 Tahun 1999 Syarat Pengajuan - Diajukan kepada Kantor Pertanahan dengan tembusan kepada Kanwil Pertanahan, BKPM, dan Bappeda - Surat Persetujuan Penanaman Modal bagi PMDN atau Surat Pemberitahuan Persetujuan Presiden bagi PMA atau Surat Persetujuan prinsip dari departemen teknis bagi non PMA PMDN - sesuai dengan tata ruang wilayah - Surat persetujuan penanaman modal - sesuai dengan tata ruang wilayah - tidak melebihi luas izin lokasi sesuai ketentuan, misalnya untuk kebun kelapa sawit dalam 1 provinsi tidak boleh lebih dari 20.000 Ha, dan secara nasional tidak boleh lebih dari 100.000 Ha.pihak pemegang izin harus memiliki surat penyataan yang menyatakan luasan tanah yang sudah dimiliki oleh perusahaan - syarat-syarat lain yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah yang dituangkan dalam Peraturan Daerah Perda. Proses persiapan - Kepala Kantor Pertanahan mengadakan koordinasi dengan instansi terkait. - Pertimbangan teknis tata guna tanah - Rapat Koordinasi antar Instansi disertai konsulasi dengan masyarakat yang tanahnya masuk dalam areal Izin Lokasi - Konsultasi dengan masyarakat meliputi: penyebaran informasi tentang penanaman modal, dan penjelasan rencana penanaman modal dan solusi bila ada masalah, pengumpulan informasi data sosial dan lingkungan dari masyarakat terkait, dan usulan dari masyarakat mengenai bentuk alternatif dan besarnya ganti rugi dalam pelaksanaan Izin Lokasi. Penerbit Izin - Kepala Kantor Pertanahan - Disiapkan oleh BPN, ditandatangani oleh Bupati Penerima Izin - Perusahaan Berbadan Hukum Indonesia - Perusahaan Perorangan WNI - Perusahaan Berbadan Hukum Indonesia - Perusahaan Perorangan WNI Masa Berlaku - 1 tahun dan dapat diperpanjang 1 tahun - Luasan Izin Lokasi tidak dibatasi - Izin Lokasi seluas sampai dengan 25 Ha = 1 satu tahun - Izin Lokasi seluas lebih dar 25 Ha sd 50 Ha = 2 dua tahun - 31 - - Izin Lokasi seluas lebih dari 50 Ha = 3 tiga tahun - Izin Lokasi dapat diperpanjang masa berlakunya selama 1 satu tahun apabila tanah yang sudah diperoleh mencapai lebih dari 50 dari luas tanah yang ditunjuk dalam Izin Lokasi. Fungsi - Sebagai dasar untuk memulai kegiatan perolehan tanah - Sebagai dasar memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman midal yang berlaku pula sebagai izin pemindahan hak, dan untuk menggunakan tanah tersebut guna keperluan usaha penanaman modalnya Sifat - Wajib dimiliki perusahaan - Wajib dimiliki perusahaan Kewajiban Pemegang Izin Lokasi - wajib menghormati kepentingan pihak-pihak lain atas tanah yang belum dibebaskan, tidak menutup atau mengurangi aksesibilitas yang dimiliki masyarakat di sekitar lokasi, dan menjaga serta melindungi kepentingan umum - berkewajiban untuk melaporkan secara berkala setiap 3 tiga bulan kepada Kepala Kantor Pertanahan mengenai perolehan tanah yang sudah dilaksanakannya berdasarkan Izin Lokasi dan penggunaan tanah tersebut.

3. Peraturan mengenai IUP

Izin Usaha Perkebunan IUP diatur dalam keputusan menteri yang telah beberapa kali mengalami perubahan sesuai konteks saat perubahan dilakukan. Sesuai dengan studi- studi kasus dalam volume ini, maka uraian mengenai IUP dalam analisis hukum ini akan dibatasi hanya untuk periode dari tahun 19911992 sampai dengan sekarang. Berikut adalah uraian ringkas aturan mengenai IUP dari waktu ke waktu.

a. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 229KptsKB.550491 dan Nomor

753KptsKB.5501292 tentang Pengembangan Perkebunan Besar dan Tata Cara Persetujuan Prinsip Usaha Perkebunan Karena keterbatasan akses terhadap dokumen- dokumen dimaksud, para penulis tidak dapat memperoleh salinan dari SK Menteri Pertanian Nomor 229KptsKB.550491 dan Nomor 753KptsKB.5501292 tentang Pengembangan Perkebunan Besar dan Tata Cara Persetujuan Prinsip Usaha Perkebunan. Oleh karena itu, detil pengaturan-pengaturan IUP ini tidak dapat diuraikan di sini. b. Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 786KptsKb.1201096 tentang Perizinan Usaha Perkebunan Berdasarkan keputusan ini, dokumen- dokumen yang harus dimiliki oleh perusahaan perkebunan, yaitu: - Surat pengarahan lahan dari Bupati setempat; - Rekomendasidukungan dari Gubernur c.g Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten setempat berdasarkan hasil prasurvey calon lokasi; - 32 - - Persetujuan Prinsip Usaha Budidaya Perkebunan; - Keputusan Pemberian Hak Guna Usaha; - Analisis Dampak Lingkungan AMDAL atau Upaya Pengelolaan Lingkunga UKL dan Upaya Pemantuan Lingkungan UPL; - Studi Kelayakan Usaha Budidaya Perkebunan untuk izin yang dikeluarkan oleh Menteri Pertanian c.q Direktur Jenderal Perkebunan; - Dukungan rekomendasidukungan dari Kepala Dinas Perkebunan Provinsi atau Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten, yang dibuat berdasarkan hasil penelitian lapangan.

c. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor: 107Kpts-II1999

Tentang Perizinan Usaha Perkebunan Berdasarkan keputusan ini, syarat untuk mendapat IUP adalah sebagai berikut: - Arahan lahan dari Bupati; - Rekomendasi Pertimbangan Teknis tentang Ketersediaan Lahan dari Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan dan Perkebunan Provinsi setempat; - Dukungan rekomendasi dari Gubernur ke Kepala Dinas Perkebunan Provinsi setempat; - Rencana Kerja Usaha Perkebunan; - Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP; - Akte Pendirian Perusahaan Perkebunan, serta akte perubahan yang terakhir; - Peta calon lokasi dengan skala 1:100.000; - Pernyataan pemilikan lahan perusahaan atau grup bahwa perkebunannya belum melampaui luasan maksimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 2. Setiap perusahaan perkebunan yang telah memperoleh IUP wajib: - Menyelesaikan hak atas tanah selambat- lambatnya 3 tiga tahun terhitung sejak IUP dikeluarkan; - Melaksanakan pembangunan paling lambat pada tahun keempat terhitung sejak IUP dikeluarkan; - Mengelola usaha perkebunannya secara profesional, transparan, partisipatif, efektif dan efisien; - Mengelola sumber daya alam secara lestari; - Melaksanakan AMDAL atau UPKLUPL; - Untuk usaha perkebunan skala besar: wajib bermitra dengan koperasi, dan usaha kecil, dan menengah; - Membuka lahan tanpa bakar; - Membuat proposal dan atau studi kelayakan; - Mengajukan permohonan persetujuan apabila akan mengadakan perubahan jenis tanaman atau perluasan operasi; - Melaporkan perkembangan usaha perkebunannya secara berkala setiap semester.

d. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 357KptsHk.35052002 Tentang

Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan Berdasarkan keputusan ini, syarat untuk mendapat IUP adalah sebagai berikut: - Akte pendirian dan perubahannya yang terakhir; - Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP; - Surat keterangan domisili; - Rencana Kerja Usaha Perkebunan; - Rekomendasi lokasi dari Bdan Pertanahan; - Pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari Dinas Kehutanan; - Rekomendasi teknis kesesuaian lahan dari Kepala Dinas Perkebunan ProvinsiKabupatenKota setempat yang didasarkan pada Perencanaan Makro, Zoning Komoditi dan RUTR; - Pernyataan penguasaan lahan perusahaan atau grup bahwa usaha perkebunannya belum melampaui batas maksimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7; - Pernyataan mengenai pola pengembangan yang dipilih dan ditandatangani notaris; - Peta calon lokasi dengan skala 1:100.000; - Surat Persetujuan Dokumen AMDAL dari Komisi AMDAL Daerah. Perusahaan perkebunan yang telah memperoleh izin usaha perkebunan wajib: - Menyelesaikan hak atas tanah selambat- lambatnya 2 dua tahun sejak diterbitkannya IUP; - Merealisasikan pembangunan kebun sesuai dengan rencana kerja yang telah disusun dan sesuai dengan perencanaan makro pembangunan perkebunan tingkat nasional dan regional;