Persetujuan yang terjadi antara dokter sebagai pemberi pelayanan kesehatan di satu pihak dan pasien sebagai penerima pelayanan kesehatan di lain
pihak menimbulkan suatu hubungan antara keduanya yang dinamakan perikatan. Dengan adanya perikatan maka terbitlah hak dan kewajiban bagi masing-masing
pihak untuk dipenuhi. Apabila antara dokter dan pasien sudah terjadi perikatan maka akibatnya
antara mereka terjadi hubungan hukum. Adanya hubungan hukum antara dokter dan pasien akan melahirkan tanggung jawab hukum liability. Dokter sebagai
pemberi pelayanan kesehatan berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dan berhak menerima imbalan jasa atas pemberian pelayanan
tersebut. Sebaliknya pasien berkewajiban menyerahkan biaya perawatan kepada dokter sebagai imbalan jasa dokter memberikan pelayanan kesehatan dan berhak
menerima pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya. Ini sesuai dengan rumusan perikatan pada umunya yang berbunyi :
Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara satu pihak dengan pihak lainnya yang mana pihak yang satu berhak menuntut suatu prestasi dan pihak lainnya
berkewajiban memenuhi prestasi tersebut.
27
B. Dasar Hukum Perjanjian Perlindungan Kesehatan
Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perjanjian perlindungan kesehatan tidak diatur di dalam KUH Perdata. Kontrak seperti inilah
27
Soerjono Soekanto, dan Kartono Mohammad, Aspek Hukum dan Etika Kedokteran di Indonesia, Jakarta, Grafiti Press, 1983, hal 8.
Universitas Sumatera Utara
yang dinamakan kontrak tidak bernama atau kontrak innominat, karena tidak terdapat di dalam KUH Perdata tidak seperti kontrak-kontrak lainnya yang diatur
secara khusus dalam KUH Perdata, seperti misalnya kontrak jual beli, sewa menyewa, hibah dan lain-lain. Namun peraturan-peraturan umum yang terdapat
dalam KUH Perdata berlaku juga bagi kontrak terapeutik, sebagai acuan tentang kontrak-kontrak yang diatur di luar KUH Perdata atau kontrak innominat
sebagaimana diatur dalam Pasal 1391. Oleh sebab itu walaupun di dalam hukum perikatan tidak mengatur
hubungan antara pasien, tenaga kesehatan, dan rumah sakit, namun ketentuan- ketentuan yang ada dalam Buku III KUH Perdata harus dipatuhi dalam
pelaksanaan perjanjian perlindungan kesehatan antara pasien, tenaga kesehatan, dan rumah sakit. Misalnya pada pasal-pasal seperti di bawah ini:
a. Pasal 1313 KUH Perdata
Pasal ini mengatur tentang definisi perjanjian atau kontrak yang menyatakan bahwa suatu perjanjian atau persetujuan ialah suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.
b. Pasal 1320 KUH Perdata
Pasal ini mengatur tentang syarat-syarat mengadakan suatu kontrak agar kontrak tersebut sah adanya. Syarat- syarat sahnya kontrak secara umum
menurut Pasal 1320 KUH Perdata terdiri dari : 1
Kesepakatan kehendak para pihak
Universitas Sumatera Utara
2 Kecakapan atau wewenang berbuat
3 Perihal tertentu atau adanya objek yang diperjanjikan, dan
4 Suatu sebab yang halal kausa yang legal.
c. Pasal 1338 KUH Perdata
Pasal ini mengatur tentang semua perjanjian yang dibuat secara sah telah memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata merupakan undang-
undang bagi mereka yang membuatnya. Dengan kalimat “Semua perjanjian yang dibuat secara sah, dikenallah Pasal 1338 KUH Perdata ini
dengan asas “kebebasan berkontrak” atau party otonomi. Sedangkan kalimat merupakan undang-undang bagi mereka yang membuatnya berarti
perjanjian itu harus dipatuhi dengan itikad baik, maka pasal 1338 KUH Perdata selain dikenal dengan asas kebebasan berkontrak juga dikenal
dengan asas Pacta sun sarvanda perjanjian itu harus ditepati dan asas itikad baik.
d. Pasal 1365 KUH Perdata
Pasal 1365 KUH Perdata ini mengatur tentang perbuatan melawan hukum yang berbunyi “setiap perbuatan melanggar hukum yang membawa
kerugian kepada seseorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut.
e. Pasal 1366 KUH Perdata
Pasal ini mengatur tentang pertanggungjawaban orang yang melanggar hukum. Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang
Universitas Sumatera Utara
disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya.
f. Pasal 1367 KUH Perdata
Pasal ini mengatur tentang tidak hanya orang yang bersangkutan melakukan suatu perbuatan yang melawanmelanggar hukum dapat
dihukum, tetapi juga orang lain yang berada dibawah pengawasannya melakukan suatu perbuatan melawanmelanggar hukum, yang
bersangkutan sebagai atasannya dapat dikenakan sanksi hukum. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan disebutkan
juga tentang perlindungan terhadap pasien, yaitu Pasal 55 yang berisikan ketentuan antara lain sebagai berikut :
1 Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atas kelalaian
yang dilakukan tenaga kesehatan, 2
Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran diundangkan untuk mengatur praktik kedokteran dengan tujuan agar dapat
memberikan perlindungan kepada pasien, mempertahannkan dan meningkatkan mutu pelayanan medis dan memberikan kepastian hukum kepada masyarakat,
dokter dan dokter gigi.
Universitas Sumatera Utara
C. Hubungan Hukum Para Pihak dalam Perjanjian Perlindungan Kesehatan