Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat adalah sekelompok orang yang menempati suatu wilayah tertentu yang secara langsung atau tidak langsung saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhannya yang terkait oleh suatu sistem sosial melalui perasaan solidaritas dengan dilatarbelakangi oleh adanya persamaan sejarah, politik dan kebudayaan Lukman, 1994 : 93. Setiap masyarakat yang menempati suatu wilayah tertentu pasti memiliki kebudayaan. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Kebudayaan adalah hasil budi daya manusia. Namun karena hasil budi daya manusia meliputi sebagian besar dari kehidupan bangsa, maka yang akan dibicarakan dalam skripsi ini adalah kebudayaan Jepang. Salah satu budaya Jepang yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah budaya Gimu dan Giri. Gimu dan Giri adalah dua cara untuk membayar On. Bagi orang Jepang, On merupakan perasaan berhutang yang paling utama dan selalu ada dalam kehidupan manusia Benedict, 1992:121. Dengan kata lain, On adalah nilai-nilai penting yang harus dipertahankan di dalam kehidupan masyarakat Jepang yang berkaitan dengan adanya jaringan hubungan kewajiban yang saling timbal balik. Karena adanya rasa berhutang budi, maka orang Jepang Universitas Sumatera Utara merasa berkewajiban untuk membalas budi baik orang tua, para penguasa, masyarakat dan negara. Rasa berkewajiban itu disebut Gimu. Gimu adalah konsep pembalasan kebaikan setulus hati Hamzon, 1995:66. Maksudnya adalah kebaikan yang telah diterima tersebut harus dibalas tanpa memikirkan untung rugi. Gimu adalah pembayaran kembali yang maksimal pun dari kewajiban ini dianggap masih belum cukup, dan tidak ada batas waktu pembayarannya. Gimu terbagi atas tiga kategori yaitu Chu adalah kewajiban terhadap Kaisar, hukum dan negara. Ko adalah kewajiban terhadap orang tua dan nenek moyang yang dimaksud: terhadap keturunannya, sedangkan Nimmu adalah kewajiban terhadap pekerjaan seseorang Benedict, 1982:125. Giri menurut Mattulada dalam Nur Afni 2005:3 adalah rasa berkewajiban untuk membalas sikap atau kebaikan yang telah diterima dari orang lain, yang setimpal. Giri adalah hutang yang harus dibayar atau dilunasi dengan perhitungan yang pasti atas suatu kebajikan yang telah diterima oleh seseorang dan kebajikan itu harus dibayar yang mempunyai batas waktu tertentu. Giri terbagi dalam dua kategori yaitu, pertama, giri terhadap dunia yang mencakup kewajiban terhadap pelindung, sanak keluarga jauh, kewajiban terhadap orang orang yang bukan keluarga karena On yang diterima dari mereka, kewajiban terhadap keluarga yang tidak begitu dekat. Kedua, giri terhadap nama seseorang. Kewajiban untuk seseorang untuk “membersihkan” reputasi dari penghinaan atau tuduhan atas kegagalan, yaitu kewajiban membalas dendam, kewajiban seseorang untuk tidak menunjukkan atau mengakui kegagalan atau ketidaktahuannya dalam melaksanakan jabatannya, kewajiban seseorang untuk mengindahkan sopan satun Universitas Sumatera Utara Jepang, juga mewajibkan untuk hidup sesuai dengan kedudukan dan tempatnya di dalam kehidupan bermasyarakat. Gimu dan giri merupakan etika yang melandasi perilaku dalam interaksi sosial orang Jepang. Konsep Gimu dan Giri menekankan adanya kewajiban sosial maupun moral yang dipikul seseorang untuk mengembalikan semua kebaikan dan pemberian dari orang lain. Dengan kata lain Gimu dan Giri berhubungan rasa berhutang sehingga pemenuhan Gimu dan Giri sangat diperhatikan oleh masyarakat Jepang. Karena Gimu dan Giri adalah konsep etika yang berlaku dalam kehidupan masyarakat Jepang, maka tidak menutup kemungkinan tercermin dalam sebuah karya sastra seperti dalam kehidupan masyarakat yang di dalamanya terdapat nilai budaya, nilai moral yang dapat dijadikan cerminan dan pengembangan tata kehidupan pembacanya. Nilai–nilai budaya tersebut juga tercermin dalam komik yang berjudul “Say Hello To Black Jack” karya Syuho Sato. Komik ini pernah mendapat penghargaan dalam Media Arts Festival Award dengan predikat Excellence pada tahun 2002. Manga Artis Society juga memilih karya ini sebagai manga komik terbaik 2004. http:www.suarakarya- online.comnews.html?id=272024 Komik “Say Hello To Black Jack” mengupas realitas permasalahan kedokteran di Jepang. Kisahnya dimulai dari mahasiswa kedokteran, Eijiro Saito, yang baru lulus dari universitas Eiroku dan menjadi dokter magang di rumah sakit universitas. Ceritanya berjalan dalam divisi-divisi kedokteran, dari bedah jantung, penyakit dalam, perawatan bayi, anak-anak. Sedikit cuplikan yang menunjukkan adanya budaya Gimu dan Giri adalah : Universitas Sumatera Utara Cuplikan hal 6-7, dan 13 edisi 1 Wisuda fakultas kedokteran universitas Eiroku. Prof. Kasukabe : “8 ribu orang.... tiap tahun 8 ribu orang lulus dari 81 fakultas kedokteran di seluruh Jepang..” “dan kalian adalah 80 yang terbaik dari 8 ribu tersebut. Tanggung jawab kedokteran ada di pundak kalian” Seluruh mahasiswa kedoteran mengambil sumpah kedokteran. hal 6-7. Suasana setelah selesai operasi : Dekune : “hah...” “aku benci kalau bisa menikmati makan setelah operasi. Ya kan Saito..? kalau begini terus, aku akan kehilangan perasaan.” Saito : “apa maksud mu? ingat, kita yang memegang kedokteran di Jepang.” hal 13. Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa selaku mahasiswa kedokteran yang telah mendapat ijin praktek dokter, mengambil sumpah dan diberi tanggung jawab, Dr. Saito merasa berkewajiban untuk menyelesaikan tugas sampai tuntas. Bahkan sampai-sampai waktu tidurnya dikurangi. Dr. Saito hanya tidur 2 jam sedangkan Dr. Dekune hanya 3 jam karena harus menyelesaikan tugas. Hal itu menunjukkan perilaku gimu yaitu Nimmu. Nimmu adalah kewajiban untuk bertangung jawab terhadap pekerjaan. Kemudian Dr. Saito mempertegas dengan berkata “Ingat, kita memegang kedokteran di Jepang”. Hal ini menunjukkan adanya kewajiban mereka terhadap Universitas Sumatera Utara negara Jepang khususnya dibidang kedokteran. Hal ini menceritakan Sebagai seorang dokter Eijiro Saito memiliki kewajiban terhadap kedokteran di negaranya sendiri yaitu Jepang, untuk menyelamatkan para pasien sejak mereka diberi sumpah dan ijin praktek. Kewajiban ini tidak ada batas waktu pembayarannya. Kewajiban ini disebut perilaku Gimu yaitu Chu karena kewajiban ini ditujukan untuk negara. Sehingga dapat disimpulkan peristiwa di atas menunjukkan perilaku gimu yaitu Nimmu dan Chu. Cuplikan hal 15-16 edisi 1. Suasana di rumah sakit Seido : Profesor RS. Seido : “jadi begini Saito, ... hari ini saya minta bantuan mu kerja sampingan di rumah sakit ini..” Saito : “Eijiro Saito, 25 tahun, lulusan Universitas Eiroku,... Pertama kali tugas di rumah sakit ini..” Profesor RS. Seido : “lulusan Eiroku ya.. Orang terbaik ya...” Saito : “ya Saya berusaha untuk tidak mempermalukan almamater” Profesor RS. Seido : “karena ini hari pertama, akan ada satu dokter yang akan menemanimu. Selamat bekerja” Universitas Sumatera Utara Dari percakapan diatas dapat dilihat bahwa Saito berusaha untuk mempertahankan nama baik almamater, maksudnya nama baik universitas Eiroku yaitu bekerja dengan baik. Hal ini merupakan tindakan yang mencerminkan Giri terhadap nama baik, yaitu kewajiban untuk menjaga agar reputasinya tidak ternoda. Hal ini merupakan salah satu contoh Giri terhadap nama baik. Black Jack artinya adalah lingkaran setan yang diibaratkan seperti nebula. Nebula adalah matahari yang sudah mati berubah menjadi magnet yang menyedot benda benda sekitarnya. Black Jack adalah situasi atau kondisi tatanan masyarakat yang sudah salah dan sudah tidak mengikuti aturan budaya Gimu dan Giri, dan yang telah masuk kealamnya sangat sulit untuk keluar kembali. Sama halnya seperti Korupsi, Nepotisme, dan Korupsi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, pemerintahan dan khususnya di dunia pekerjaan. Sulit bagi mereka yang telah melakukan KKN untuk tidak melakukannya lagi. Situasi dan kondisi inilah yang dihadapi oleh Eijiro Saito sehingga dia berkata “Say Hello To Black Jack” yang artinya “katakan halo kepada Black Jack”. Saito menyapa atau berkenalan dengan situasi, kondisi dan orang-orang yang sudah tidak mementingkan kepentingan masyarakat, melainkan diri sendiri. Dapat dilihat dalam komik ini menceritakan tentang permasalahan dunia kedokteran di Jepang terutama di universitas Eiroku. Banyak terjadi konflik- konflik antara tokoh cerita yang diakibatkan para dokter atau pihak rumah sakit Eiroku bertindak seenaknya, tidak memikirkan pasien, dan hanya mencari kekuasaan, uang dan ketenaran. Melihat ini Eijiro Saito memberontak dengan cara Universitas Sumatera Utara berusaha menyelamatkan pasien, sehingga orang disekitarnya tergerak hatinya untuk ikut menyelamatkan pasien, meskipun masih ada pro dan kontra didalamnya. Dalam perilakunya Eijiro Saito menunjukkan adanya perilaku Gimu dan Giri dalam dirinya. Hal inilah yang ingin disampaikan oleh pengarang dan tujuannya untuk melestarikan budaya Gimu dan Giri dan berharap para pembaca dapat meningkatkan atau melahirkan budaya Gimu dan Giri dalam diri masing- masing pembaca. Dengan alasan di atas, maka dalam penulisan skripsi ini penulis membahas tentang Gimu dan Giri dalam komik “Say Hello To Black Jack” edisi 1-4 karya Syuho Sato.

1.2 Perumusan Masalah