Era Tanzimat Reformasi KONDISI SOSIAL-POLITIK TURKI USMANI

tahun 1826 dia menghapuskan kebiasaan lamanya, yakni mengambil alih harta milik para petinggi yang tidak disukai. Tahun 1834 dia menghapuskan cara lama dalam pengangkatan kembali para fungsionaris tinggi pemerintahan, yang biasanya setahun sekali. Kedua, dia menggantikan sistem pemerintahan sublime porte yang masih tradisional dan campur aduk dengan divisi kerja yang sesuai bagi ambisi-ambisi baru pemerintah pusat.

C. Era Tanzimat Reformasi

Sultan Mahmud II wafat karena penyakit TBC pada tanggal 30 Juni 1839, sebelum berita kekalahan tentara Usmani oleh pasukan Mesir di Nizip sampai ke Istambul. Dia digantikan oleh putra sulungnya, Abdul Majid, yang memerintah dari tahun 1839-1861. Periode 1839 sampai 1876 merupakan periode Tanzimat reformasi. Istilah Tanzimat-i Hayriye reformasi yang bermaslahat untuk pertama kalinya dipakai ketika kerajaan memerintahkan pembentukan Dewan Tinggi untuk regulasi yudisial pada tahun 1838, sesuatu yang mengilustrasikan kontinuitas antara periode Mahmud II dan periode para penerusnya. Bermulanya Tanzimat bertepatan dengan upaya untuk menyelesaikan krisis dengan Mesir. Ketika nasib Usmani sudah pada titk terendah. Pada tanggal 3 November 1839 sebuah maklumat kerajaan ditulis oleh reformis terkemuka dan menteri luar negeri, Resit Paha, namun dengan mengatasnamakan sultan baru, diumumkan di luar gerbang istana. Maklumat itu merupakan pernyataan tekad pemerintahan Usmani, yang menjanjikan empat reformasi utama: 1. Menegakkan jaminan bagi kehidupan, kehormatan, dan kekayaan warga sultan. Universitas Sumatera Utara 2. Sistem perpajakan yang tertib untuk menggantikan sistem pajak tanah. 3. Sistem wajib militer bagi anggkatan perang. 4. Persamaan derajat semua warga negara di hadapan hukum, apapun agama mereka. 63 Sejak pengumuman maklumat tersebut timbullah kontroversi mengenai karakter dan khususnya kesungguhan maklumat tersebut dan tentang kebijakan- kebijakan Tanzimat yang berdasarkan maklumat tersebut. Namun pada akhirnya, maklumat tersebut merupakan sebuah langkah diplomatis yang bertujuan untuk mendapatkan dukungan dari negara-negara Eropa, khususnya Inggris bagi kesultanan itu dalam perjuangannya melawan Mehmed Ali. Namun di satu sisi, maklumat tersebut mencerminkan kepedulian murni kelompok reformis yang dipimpin oleh Resit Pasha. Reformasi yang dijanjikan jelas merupakan kontinuasi dari kebijakan-kebijakan Mahmud II. Tuntutan bagi adanya jaminan untuk kehidupan, kehormatan, dan kepemilikan warga negara, di samping mendengungkan pemikiran liberal klasik sebagaimana dipahami oleh para negarawan Usmani yang telah berkiblat ke Eropa dan mengetahui bahasa-bahasa Eropa, juga mencerminkan hasrat kaum birokrat Usmani untuk melepaskan diri dari posisi yang rentan sebagai budak-budak sultan. C.1. Konflik Internal dan Politik Internasional C.1.1. Konflik di Libanon Konflik internal paling besar yang terjadi pada tahun-tahun adalah yang terjadi di Libanon. Sebab terjadinya konflik ini, dikarenakan adanya pemberlakuan pembagian wilayah pleh pemerintahan Usmani, di mana Libanon 63 Muhammad Ali, Op Cit, Hal 113. Universitas Sumatera Utara bagian utara di kuasai oleh seorang gubernur beragamaa Kristen, dan Libanon selatan di kuasai oleh orang Druze. Karena pembagian ini tidak mempertimbangkan bercampurnya karakter penduduk di selatan dan utara, ketegangan pun memuncak, dan pada tahun 1845 ketegangan ini meletus menjadi perang berskala luas. Orang-orang Druze membakar hangus sejumlah desa umat Kristen Maronite. Di bawah tekanan negara-negara besar, Prancis membentuk protektorat de facto atas umat Kristen Maronite di Libanon, Inggris atas Druze, dan Rusia atas umat Kristen Ortodoks. Usmani menghukum secara keras para pemimpin Druze dan mendirikan dewan-dewan perwakilan yang memiliki komunitas-komunitas yang berada di kedua wilayah pembagian tersebut, dan akhirnya seluruh kekuatan asing menahan diri dari intervensi langsung. C.1.2. Pertempuran Crimea Pertempuran Crimea terjadi selama tiga tahun 1853-1856, disebabkan oleh perselisihan paham tentang apakah gereja Katolik atau gereja Ortodoks yang harus menguasai tempat-tempat suci di Palestina. Perancis menengahi atas nama umat Katolik, sedangkan Rusia melindungi hak-hak umat Ortodoks. Gereja Katolik mendapat keunggulan pada tahun 1740, namun fakta bahwa sering kali lebih banyak rombongan umat Ortodoks daripada Katolik yang berziarah ke kota suci itu memperkuat posisi gereja Ortodoks. Perancis yang didukung oleh Austria, kini menuntut pengukuhan kembali keunggulan umat Katolik. Rusia tetap menginginkan diberlakukannya status quo. Eskalasi yang berbahaya bermula ketika, pada tanggal 5 Mei 1853, seorang duta Rusia untuk Istambul menuntut hak untuk melindungi gereja serta umat Ortodoks di Turki Usmani yang jumlahnya lebih dari sepertiga penduduk Universitas Sumatera Utara Usmani, namun atas dukungan dari para duta besar Inggris dan Prancis tuntutan tersebut ditolak. Rusia mengancam akan menduduki Wallachia dan Moldavia jika tuntutannya di tolak. Bulan Juli pasukan Rusia tiba di kedua wilayah tersebut, namun Usmani menuntut agar kedua wilayah tersebut dikosongkan oleh Rusia dan apabila hal ini tidak dipenuhi, pemerintah Usmani menyatakan perang kepada Rusia. Di bawah desakan rakyat yang sangat anti Rusia dan desakan parlemen Perancis, kabinet Inggris menyatakan siap perang, dan pada tanggal 28 Maret 1854 pertempuran dinyatakan secara resmi. Perang tersebut akhirnya memaksa militer Rusia untuk mundur dari kedua wilayah tersebut pada bulan Juli. Pertempuran tersebut tidak menghasilkan banyak manfaat, satu-satunya keberhasilan pasukan sekutu adalah mendapatkan benteng kota milik Rusia, namun tidak memadai untuk membayar ganti rugi penderitaan korban. Karena itu, tahun 1855, semua negara yang terlibat perang siap untuk berunding. Sebuah konferensi perdamaian di selenggarakan di Paris bulan Februari sampai Maret 1856 dan menghasilkan perjanjian yang meliputi lima tuntutan utama Perancis, Inggris, dan Austria. Walaupun pertempuran tersebut bertujuan untuk melindungi kesultanan Turki Usmani, namun perundingan resmi tidak ditempuh lebih dahulu, dan pemerintah Usmani harus menerima mereka sebagaimana adanya. Butir-butir terpenting dalam perjanjian itu adalah: 1. Demiliterisasi Laut Hitam juga di pihak Turki. 2. Berakhirnya pengaruh Rusia Di Moldavia dan Wallachia. Universitas Sumatera Utara 3. Jaminan kemerdekaan dan integritas Turki Usmani dari semua negara besar di Eropa.. 64 Pertempuran Crimea menimbulkan dampak yang luas bagi reformasi di dalam kesultanan Turki Usmani. Setidaknya, dengan adanya pertempuran ini serta disepakatinya perjanjian damai, integritas Usmani sebagai sebuah kesultanan yang besar terselamatkan dari kepentingan-kepentingan negara Barat. C.2. Perubahan-Perubahan Penting Era Tanzimat C.2.1. Reformasi Birokrasi di Pemerintah Pusat Perkembangan utama dalam sistem pemerintah di tingkat pusat dalam periode ini adalah rasionalisasi dan spesialisasi yang terus-menerus, di mana beberapa kementerian dan dewan yang berpola Eropa di bentuk secara bertahap. Selain pertumbuhan kementerian-kementerian baru, satu kecenderungan penting lainnya di tingkat pusat adalah berkembangnya sistem majelis dan komisi konsultatif. Badan-badan khusus yang menangani masalah-masalah tertentu seperti bangunan dan perdagangan mengalami perkembangan pesat dibeberapa kementerian. Tugas badan-badan itu adalah membantu mempersiapkan langkah- langkah baru dan legislasi baru. C.2.2. Reformasi Militer Angkatan bersenjata, kini bernama Nizamiye reguler, diperluas dan dilengkapi dengan peralatan modern. Wajib militer diberlakukan pada masa ini hampir diseluruh wilayah kekuasaan Turki Usmani. Yang paling spektakuler dalam pembenahan institusi militer ini adalah di bidang perangkat keras, yaitu pembinaan angkatan laut modern dengan kapal perang berlapis baja. Semasa 64 Erik J. Zurcher, ibid, hal 61-63. Universitas Sumatera Utara pemerintahan sultan Abdul Aziz 1861-1876 M sangat mementingkan apa saja yang menyangkut perlengkapan militer, angkatan laut itu dikembangkan menjadi angkatan laut terbesar ketiga di Eropa. Namun, kualitas personil armada laut ini jauh ketinggalan bila dibandingkan armada laut negara-negara Eropa, sehingga angkatan laut Usmani tidak pernah berkembang menjadi alat kekuasaan yang efektif. 65 65 Erik J. Zurcher, ibid, hal 66-67. C.2.3. Reformasi Sistem Perpajakan Pada tahun 1840 reorganisasi besar sistem perpajakan diumumkan, dengan tiga pajak yang tetap berlaku: ciziye, atau pajak yang dikenakan kepada umat non- Muslim, asar, atau pajak sepersepuluh, dan murettebat, atau pajak alokasi, yang sebenarnya merupakan pajak jasa. Sistem pajak pertanian diganti dengan pengumpulan langsung melalui para muhassil yang diangkat dan digaji dari pusat. Perubahan ini diharapkan akan meningkatkan pendapatan pemerintah pusat dan mengurangi beban bagi para petani. Di antara reformasi pajak yang mempengaruhi rakyat banyak pada masa ini, pertama adalah penghapusan ciziye pajak yang dikenakan kepada umat non- Muslim, yang jelas tidak selaras dengan kebijakan pemberlakuan persamaan hak terhadap umat non-muslim, namun, pajak ini diganti dengan pajak penggantian wajib militer yang dalam prakteknya jumlahnya sama besar. Kedua adalah reformasi pajak biri-biri, yang pada tahun 1856 diperluas dengan mencakup semua hewan ternak dan pengenaan pajak yang berlainan tergantung nilai hewan di pasaran. Universitas Sumatera Utara C.2.4. Reformasi Yudisial Dalam sistem yudisial, banyak perubahan-perubahan yang dilakukan menyangkut posisi komunitas-komunitas umat non-Muslim. Undang-undang hukum Islam tidak pernah dicabut, namun ruang lingkupnya nyaris terbatas pada undang-undang keluarga. Para negarawan menciptakan undang-undang dan istitusi-institusi sekuler baru untuk menggantikan sistem kanuni 66 tradisional. Pada tahun 1843 sebuah undang-undang pidana baru yang mengakui persamaan umat Muslim dan non-Muslim diberlakukan. Pada waktu yang sama, pengadilan campuran juga diberlakukan bagi kasus-kasus komersial dimana orang-orang asing ikut terlibat. Pada tahun 1844, hukuman mati bagi orang yang keluar kaidah Islam, peraturan Seriat, dihapuskan. Dan tahun 1867 dengan undang-undang yang pertama kalinya mengizinkan orang asing untuk memiliki tanah di wilayah Usmani. Pada tahun 1869 dibentuklah sebuah pengadilan sekuler yang harus menangani kasus-kasus yang melibatkan umat non-Muslim, yang disebut mahkamah Nizamiye. 67 Pendidikan juga mengalami perubahan yang berarti. Ini ditunjukkan dengan terbentuknya empat tipe sekolah di Usmani. Pertama, meliputi sekolah Islam tradisional, yang mengajarkan kurikulum ilmu pengetahuan Islam tradisional. Kedua, terdapat sekolah-sekolah sekuler yang diperluas pada masa pemerintahan sultan Abdul Hamid II, yang pada akhirnya sekolah ini nantinya melahirkan para kader pembaharu yang memimpin kesultanan dan Republik C.2.5. Reformasi Pendidikan 66 Kanuni adalah peraturan berdasarkan dekrit atau keputusan sultan. 67 Erik J. Zurcher, ibid, hal 72-73. Universitas Sumatera Utara Turki. Ketiga adalah sekolah yang didirikan dan didanai oleh beberapa millet 68 Sejumlah perkembangan menyebabkan timbulnya krisis di Usmani. Pembukaan Terusan Suez tahun 1869 berarti bahwa Mesir yang menjadi fokus perhatian kekuatan-kekuatan utama, Inggris dan Perancis. Kekalahan yang jelas dan tak diharapkan di pihak Prancis dalam perang tahun 1870 berarti perubahan dalam keseimbangan kekuasaan di Eropa. Prancis, kekuatan yang dikaitkan paling , dan keempat adalah sekolah yang diurus oleh misi Katolik dan Protestan luar negeri dan oleh Alliance Israelite Universelle Yahudi, yang juga diikuti oleh anak-anak Muslim dalam jumlah kecil, namun terus bertambah. C.2.6. Perubahan Kultural Perubahan kultural masyarakat Usmani terjadi disebabkan banyaknya warga Usmani yang melakukan pendidikan di negara-negara Eropa. Hal ini terlihat dari para pegawai pemerintahan yang mendominasi negara pada masa Tanzimat adalah orang-orang yang mempunyai latar belakang pendidikan Eropa. Mereka menggunakan jubah an pakaian yang dipakai oleh masyarakat Eropa. Gaya hidup baru ini bahkan mempengaruhi para sultan, yang kini mau menghadiri pertemuan-pertemuan sosial dan diplomatik, memperlihatkan diri kepada penduduk ibukota dan bahkan mau untuk melakukan perjalanan ke Perancis dan Inggris tahun 1867 yang ini dilakukan oleh sultan Abdul Aziz. Hal ini merupakan sesuatu yang benar-benar baru, karena baru pertama kalinya penguasa Usmani menginjakkan kaki di negeri asing.

D. Krisis di Turki Usmani dan Masa Pemberlakuan Konstitusi