Garis Besar Pergerakan Mustafa Kemal Ataturk

daerah-daerah Turki di Asia Tengah untuk mengganti wilayah-wilayah yang hilang di Timur Dekat. Pada bulam Oktober 1921, Mustafa Kemal menandatangani Perjanjian Kars dengan Rusia. Dalam perjanjian itu, Mustafa Kemal menyerahkan Batumi wilayah Gerogia saat ini untuk Rusia, dan sebaliknya menerima Kars di Armenia dan Ardahan. Dia juga pernah memimpin pasukan Turki menghadapi pemberontakan di Hejaz daratan Arab, menghadapi pemberontakan orang Arab yang didukung Inggris, sebelum akhirnya dikirim ke Palestina untuk melawan ekspedisi Inggris yang ingin menguasai tanah Palestina yang diakhiri dengan sebuah kegagalan. Peperangan-peperangan yang melibatkan Turki Usmani, menyebabkan banyak wilayah-wilayah kekuasaan yang hilang. Dan yang paling menonjol pada masa itu adalah adanya perubahan haluan dalam pengaruh pemikiran idiologis pada masyarakat melihat semakin tertinggalnya Turki Usmani dengan negara- negara Eropa yang sudah sangat maju dibandingkan dengan kondisi Turki Usmani sekarang.

B. Garis Besar Pergerakan Mustafa Kemal Ataturk

Secara garis besar, pergerakan Mustafa Kemal Ataturk dapat dibagi dalam beberapa tahapan, dan tahapan-tahapan ini akan dibahas satu per satu: B.1. Prinsip Pemikiran Pembaruan Mustafa Kemal Ataturk Kekalahan Turki Usmani pada perang dunia I yang bersekutu dengan Jerman mengakibatkan banyaknya wilayah kekuasaan yang hilang. Disamping itu, perdebatan politik dan sosial acap kali terjadi sebagai perdebatan idiologis diantara tiga aliran. Diantaranya, aliran Barat, aliran Islam, dan Aliran Nasionalis. Universitas Sumatera Utara Menurut aliran Barat, Turki mundur karena bodoh, dan kebodohan itu disebabkan oleh syariat yang menguasai seluruh segi kehidupan bangsa Turki. Oleh karena itu, Turki akan maju apabila menjadikan Barat sebagai guru. Pendapat tersebut ditentang oleh aliran Islam. Menurutnya agama tidak pernah menjadi penghalang kemajuan, Turki justru mundur karena tidak menjalankan syariat Islam. Oleh karena itu, syariat mesti diberlakukan di Turki agar Turki bisa maju. Sedangkan aliran Nasionalis berpendapat bahwa Turki mundur disebabkan oleh keengganan umat Islam yang tidak mengakomodir perubahan-perubahan. 87 Diantara tokoh aliran Barat adalah Tewfik Fikret 1867-1951, tokoh aliran Islam adalah Mehmed Akif 1870-1936, dan diantara tokoh nasionalis adalah Zia Gokalp 1875- 1924. 88 Dalam perdebatan-perdebatan mengenai masalah fundamental ini, dua tema yang secara konstan muncul adalah langkah Westernisasi yang diperlukan dan bisa diterima, serta masalah mengenai apa yang harus menjadi landasan bagi identifikasi dan loyalitas terhadap negara Turki Usmani di masa depan. Pada aspek kedua inilah orang-orang Usmani, Turki, dan Islam berbeda pendapat. Mustafa Kemal dan rekan-rekannya, berkeinginan untuk meninggalkan peradaban Usmani tradisional dan mengadopsi cara-cara Eropa secara utuh sebagai penggantinya. 89 87 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1975, hal 131-132. 88 DR. Jaih Mubarok, Op Cit, hal 120. 89 Erik J. Zurcher, Op Cit, hal 162. Pedebatan ini banyak ditentang oleh orang-orang aktivis keagamaan, sehingga kelompok tersebut berupaya menghasilkan sintesis dari pedebatan itu yang menginginkan bagaimana agar menjadi modern tanpa mengubah Usmani. Kenyataan dari masalah itu bahwa nasionalisme telah Universitas Sumatera Utara mengakar pada masyarakat Usmani, terbukti bahwa umat Muslim Albania pun lebih memilih identitas Albania ketimbang Usmani. Pembaruan Turki sesungguhnya telah sejak lama dilakukan oleh generasi Turki, jauh sebelum pembaruan yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Ataturk. Pembaruan di bidang militer dan administrasi, sampai kepada pembaruan di bidang ekonomi, sosial dan keagamaan, telah dilakukan oleh generasi Turki pada era Tanzimat yang berlangsung dari tahun 1839 sampai dengan tahun 1871. Kemudian pada era Usmani Muda yang berlangsung dari dekade 1860-an sampai dengan dekade 1870-an merupakan reaksi atas program Tanzimat yang mereka anggap tidak peka terhadap tuntutan sosial dan keagamaan; dan pada akhir dekade 1880-an, terbentuklah era baru generasi muda Turki. Generasi baru Turki ini menamakan diri mereka sebagai Kelompok Turki Muda atau Komite Persatuan dan Kemajuan KPK. Kelompok ini secara nyata mempertahankan kontinuitas dinasti Turki Usmani, tetapi secara tegas mereka melakukan agitasi terhadap restorasi rezim parlementer dan kontitusional. Pemikiran pembaruan Turki yang dimiliki oleh Mustafa Kemal Ataturk boleh dianggap merupakan sintesa dari pemikiran ketiga generasi Turki sebelumnya. Bahkan, prinsip pemikiran pembaruan Turki yang ia ke tengahkan di dalam frame kebangsaan masyarakat Turki saat ini adalah reduksi pemikiran dari seorang pemikir Turki yang dianggap sebagai Bapak Nasionalisme Turki, yakni Ziya Gokalp. 90 Dalam catatan kaki Ajid Thohir, di dalam bukunya Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam : Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, 90 DR. Jaih Mubarok, Log Cit Universitas Sumatera Utara dan Budaya Umat Islam, disebutkan bahwa pemikiran pembaruan Turki telah dilakukan oleh tokoh-tokoh, seperti : Mustafa Rasyid Pasha 1800 dan Mehmet Shidiq Ri’at 1807 dari generasi Tanzimat; Ziya Pasha 1825-1876, Namik Kemal 1840-1880 dan Midhat Pasha 1822-1883 dari generasi Usmani Muda; dan, Ahmad Riza 1859-1931 dan Mehmed Murad 1853-1912 dari generasi Turki Muda. Sedangkan, pemikiran yang paling dekat dengan gerakan pembaruan Turki yang dilaksanakan oleh Mustafa Kemal adalah pemikiran Ziya Gokalp, yang secara sistematis mencanangkan program-program pembaruannya dalam berbagai aspek yang ia sebut sebagai The Programe of Turkism, yakni : Linguistic Turkism, Aesthetic Turkism, Ethical Turkism, Legal Turkism, Economic Turkism, Political Turkism, dan Philosopical Turkism. 91 Prinsip Pemikiran Pembaruan Mustafa Kemal di awali ketika ia ditugaskan sebagai attase militer pada tahun 1913 di Sofia. Dari sinilah ia berkenalan dengan peradaban Barat, terutama sistem parlementernya. Adapun prinsip pemikiran pembaharuan Turki yang kemudian menjadi corak ideologinya terdiri dari tiga unsur, yakni : nasionalisme, sekularisme dan westernisme. 92 Pertama , unsur nasionalisme: dalam pemikiran Mustafa Kemal diilhami oleh Ziya Gokalp 1875-1924 yang meresmikan kultur rakyat Turki dan menyerukan reformasi Islam untuk menjadikan Islam sebagai ekspresi dari etos Turki. Dalam koridor pemahaman Mustafa Kemal, Islam yang berkembang di Turki adalah Dalam membahas tiga unsur dalam prinsip pemikiran pembaruan Mustafa Kemal di atas, penulis mengulasnya sebagai berikut : 91 Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam : Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004 hal 212-213. 92 Mukti Ali, Islam dan Sekularisme di Turki Usmani, Jakarta: Djambatan, 1994, hal 71. Universitas Sumatera Utara Islam yang telah dipribumikan ke dalam budaya Turki. Oleh karenanya, ia berkeyakinan bahwa Islam pun dapat diselaraskan dengan dunia modern. Turut campurnya Islam dalam segala lapangan kehidupan akan membawa kemunduran pada bangsa dan agama. Atas dasar itu, agama harus dipisahkan dari negara. Islam tidak perlu menghalangi adopsi Turki sepenuhnya terhadap peradaban Barat, karena peradaban Barat bukanlah Kristen, sebagaimana Timur bukanlah Islam. Kedua , unsur sekularisme: unsur ini sebenarnya adalah implikasi dari pemahaman westernisme Mustafa Kemal. Pada prinsip ini, indikasi ketinggian suatu peradaban terletak pada keseluruhannya, bukan secara parsial. Peradaban Barat dapat mengalahkan peradaban-peradaban lain, bukan hanya karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya, tetapi karena keseluruhan unsur- unsurnya. Peperangan antara Timur dan Barat adalah peperangan antara dua peradaban, yakni peradaban Islam dan peradaban Barat. Di dalam peradaban Islam, agama mencakup segala-galanya mulai dari pakaian dan perkakas rumah sampai ke sekolah dan institusi. Turut campurnya Islam dalam segala lapangan kehidupan membawa kepada mundurnya Islam, dan di Barat sebaliknya sekularisasilah yang menimbulkan peradaban yang tinggi itu. Jika ingin terus mempunyai wujud, rakyat Turki harus mengadakan sekularisasi terhadap pandangan keagamaan, hubungan sosial dan hukum. Menurut Mustafa kemal, sekularisme bukan saja memisahkan masalah bernegara legislatif, eksekutif dan yudikatif dari pengaruh agama melainkan juga membatasi peranan agama dalam kehidupan orang Turki sebagai satu bangsa. Sekularisme ini adalah lebih Universitas Sumatera Utara merupakan antagonisme terhadap hampir segala apa yang berlaku di masa Usmani. 93 Ketiga , unsur wasternisme: dalam unsur ini, Mustafa Kemal berpendapat bahwa Turki harus berorientasi ke Barat. Ia melihat bahwa dengan meniru Barat negara Turki akan maju. 94 Unsur westernisme dalam prinsip pemikiran Mustafa Kemal mendapat momennya ketika dalam salah satu pidatonya ia mengatakan bahwa kelanjutan hidup suatu masyarakat di dunia peradaban modern menghendaki perobahan dalam diri sendiri. Di zaman yang dalamnya ilmu pengetahuan mampu membawa perobahan secara terus-menerus, maka bangsa yang berpegang teguh pada pemikiran dan tradisi yang tua lagi usang tidak akan dapat mempertahankan wujudnya. Masyarakat Turki harus dirubah menjadi masyarakat yang mempunyai peradaban Barat, dan segala kegiatan reaksioner harus dihancurkan. 95 Dari ketiga prinsip di atas, kemudian melahirkan ideologi kemalisme, yang terdiri atas, republikanisme, nasionalisme, kerakyatan, sekularisme, kenegaraan, dan revolusionisme. Ideologi yang diasosiasikan dengan figur Mustafa Kemal ini kemudian berkembang di Turki. 96 Mustafa Kemal yang merupakan salah seorang dari kelompok perwira aktivis ambil bagian dalam revolusi 1908 dan bertugas di Libya pada tahun 1911. Mustafa Kemal merupakan bagian dari Komite Persatuan dan Kemajuan KPK. Setelah terjadi kudeta pada Januari 1913, Mustafa Kemal keluar dari KPK. B.2. Mustafa Kemal dan Gerakan Perlawanan Nasional 93 Ajid Thohir, Op Cit, hal 214. 94 Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular- Liberal, Jakarta: Gema Insani, 2005, hal 272 95 Abdullah Shodiq, Sekularisme Soekarno dan Mustafa Kemal, Pasuruan: Garoeda Buana Indah, 1994 hal 83. 96 Adian Husaini, Log Cit. Universitas Sumatera Utara Semasa Perang Dunia I, Mustafa Kemal mengangkat dirinya sendiri sebagai panglima di front Anafarta dalam kampanye pembebasan Dardanella, setelah itu Mustafa Kemal bertempur secara luar biasa di front Anatolia Timur dan Palestina, dan di akhir peperangan Mustafa Kemal menjadi brigadir yang bertanggung jawab atas semua pasukan di front Syria. Dalam angkatan bersenjata itu Mustafa Kemal memiliki reputasi sebagai seorang perwira yang sangat terampil namun angkuh dan suka bertengkar. Setelah gencatan senjata, Mustafa Kemal pindah ke Istambul dan mencoba untuk mendapatkan kedudukan dalam politik dengan menggabungkan diri dengan partai temannya, Ali Fethi, yaitu Partai Rakyat Liberal Usmani. 97 Tugasnya adalah merebut Izmir dari tangan tentara sekutu. Mustafa Kemal berhasil memukul mundur tentara sekutu dan berhasil menyelamatkan Turki dari penjajahan Barat. Setelah kemenangannya tersebut, Mustafa Kemal mulai menunjukkan penentangannya terhadap sultan, apalagi dukungan yang diberikan Kombinasi antara kedudukan tinggi Mustafa Kemal dalam angkatan bersenjata dan keterampilannya di bidang politik membuatnya menjadi seorang kandidat yang ideal untuk memimpin perlawanan. Kemudian, Mustafa Kemal diangkat menjadi Inspektur Angkatan Bersenjata Ketiga di Timur yang memiliki kekuasan yang sangat luas, termasuk hak untuk berkomunikasi secara langsung dengan semua pejabat sipil dan militer di wilayah inspektoratnya, yang mencakup seluruh Anatolia Timur. Berbekal kekuasaan yang sangat luas dan staff yang beranggotakan 18 orang, dia meninggalkan Istambul, dan tiba di pelabuhan Samsun di Laut Hitam pada tanggal 19 Mei 1919. 97 Erik J. Zurcher, Op Cit, hal 180-181. Universitas Sumatera Utara mayarakat dan militer cukup banyak melihat kesuksesannya memukul mundur tentara sekutu. Penentangan yang dilakukannya disebabkan banyak perintah sultan yang tidak sejalan dengan kepentingan nasional Turki, karena sultan di Istambul berada di bawah kekuasaan sekutu dan harus menyesuaikan diri dengan kehendak negara asing. Melihat kondisi seperti itu, Mustafa Kemal berinisiatif untuk memulai mempersatukan berbagai organisasi regional menjadi organisasi nasional dengan membuat sebuah kongres nasional. Panyampaian inisiatifnya dilakukan dengan cara menyusun sebuah surat edaran yang dikirimkan kepada semua pejabat sipil dan militer di Anatolia. Surat ini menyatakan bahwa negara berada dalam bahaya dan bahwa pemerintahan di Istambul tidak mampu melindunginya dan bahwa hanya kemauan kuat bangsa sajalah yang dapat menyelamatkannya. Tujuannya adalah untuk mendirikan pemerintahan tandingan di Anatolia. 98 98 Harun Nasution, Op Cit, hal 146. Kongres nasional diadakan sebanyak dua kali, yang pertama diadakan di Erzurum karena merupakan yang paling aman di Anatolia, dan bahwa setiap provinsi harus segera mengirimkan tiga utusan yang memliki rasa percaya tinggi terhadap bangsa. Kongres tersebut menyepakati deklarasi depuluh hal pokok, memperkukuh kembali tekad warga enam provinsi di Timur untuk tetap mau bergabung dengan kesultanan Usmani, dan menuntut integritas teritorial serta kedaulatan nasional semua daerah yang tercakup dalam batas-batas gencatan senjata dan semua daerah lain di mana umat Muslim merupakan kelompok mayoritas. Kongres menyatakan bahwa pasukan tentara nasional harus ditugaskan memelihara kemerdekaan nasional dan melindungi kesultanan, serta menyatakan bahwa kongres akan menentang upaya apapun untuk memisahkan bagian-bagian Universitas Sumatera Utara teritorial Usmani dari kesultanan itu meskipun, dibawah tekanan asing, pemerintah Istambul terpaksa melepaskan wilayah-wilayah itu. Kongres tersebut juga memilih atau membentuk Komite Representatif dan Perkumpulan Pembela Hak-Hak Rakyat dengan Mustafa Kemal sebagai ketuanya dan sejak saat itu Komite ini berfungsi sebagai badan eksekutif gerakan perlawanan nasional. 99 Sebelum kongres dilaksanakan, pemerintahan di Istambul mendengar kabar mengenai kongres yang dimootori oleh Mustafa Kemal ini. Pemerintah menjadi khawatir dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh Mustafa Kemal, sehingga pemerintah Usmani memintanya untuk kembali ke Istambul tetapi Mustafa Kemal menolaknya dan akhirnya ia dipecat dari jabatannya. Karena kabar mengenai pemecatannya tersebut sudah diketahinya, ia menanggalkan jabatannya sebelum terjadi pemecatan atas dirinya. Ini merupakan hal potensial yang berbahaya, sebab hal ini berarti mengakhiri kekuasaan Mustafa Kemal atas angkatan bersenjata yang dipimpinnya selama di Anatolia, sementara kondisi wilayah tersebut sedang kacau. Namun akhirnya posisi Mustafa Kemal terselamatkan ketika seorang perwira militer, Kazim Pasha, yang ditugaskan untuk menangkap Mustafa Kemal dan membawanya kembali ke Istambul menolak untuk mematuhi perintah tersebut dan menjelaskan bahwa dirinya masih menganggp Mustafa Kemal sebagai atasannya, sehingga mayoritas tentara mengikuti langkahnya. Pemerintah Usmani akhirnya melakukan usaha yang kasar Kongres kedua diadakan di Sivas, dan hasil dari kongres ini adalah banhwasannya Turki harus merdeka dari kungkungan asing dan untuk itu dibentuk Komite Perwakilan Rakyat dan Mustafa Kemal terpilih sebagai ketuanya. 99 Erik J. Zurcher, Op Cit, hal 191-192. Universitas Sumatera Utara untuk membubarkan komite tersebut namun hal ini mengakibatkan semakin banyaknya perwira militer yang bersimpati dengan gerakan ini. Hal ini menjadikan dibuatnya perundingan di Amasya antara Mustafa Kemal dan menteri angkatan laut Usmani, Salih Pasha, menghasilkan kesepakatan di mana pemerintah mengadopsi program nasionalis sebagaimana telah diformulasikan di Sivas dan Erzurum pada saat kongres berlangsung, sedangkan pihak nasionalis mengakui pemerintah sebagai otoritas tertinggi. Namun kedua belah pihak terbukti tidak mampu melaksanakan kesepakatan itu karena adanya barbagai tekanan yang terjadi. Setelah menetap di Anatolia, Komite Representatif pindah ke Ankara yang memliliki akses lebih mudah untuk sampai ke Istambul. Pemilihan terakhir Turki Usmani diselenggarakan akhir tahun 1919, dimana anggota baru parlemen Usmani dipilih dari seluruh Anatolia di bawah pengawasan Perkumpulan Perlindungan Hak-Hak yang mempunyai hubungan dekat dengan gerakan perlawanan nasional yang dipimpin Mustafa Kemal. Parlemen yang terpilih sebagian besar merupakan orang-orang yang tergabung dalam perkumpulan itu, berarti juga mempunyai hubungan dekat dengan Mustafa Kemal, sehingga sebelum berangkat ke Istambul untuk pembukaan parlemen, para wakil Anatolia terlebih dahulu berdiskusi dengan Mustafa Kemal di Ankara. Beberapa bulan berikutnya, parlemen mengumumkan “Pakta Nasional” sebagai suatu pernyataan tujuan-tujuan pemerintah, bertindak sebagai penyampai aspirasi gerakan perlawanan. Para pemimpin nasionalis anggota dewan secara konstan mengadakan hubungan dekat dengan Ankara, meskipun tidak selalu mengikuti petunjuk-petunjuk dari Ankara. Di saat yang besamaan, pendudukan Universitas Sumatera Utara Inggris atas Istambul semakin pasti akan terjadi, Mustafa Kemal setuju agar parlemen terus berjalan, namun ia juga mendesak para pemimpin parlemen untuk kembali ke Ankara. Namun mereka memilih untuk tetap tinggal di Istambul, dan 14 anggota parlemen termasuk di dalam 150 orang Turki terkemuka ditangkap oleh pasukan Inggris. Begitu berita pendudukan Inggris tersebut sampai di Ankara, Mustafa Kemal mengundang para anggota parlemen ke Ankara untuk ambil bagian dalam “majelis nasional”. Sembilan puluh dua anggota parlemen memenuhi undangan tersebut ditambah wakil yang dipilih oleh cabang-cabang lokal gerakan Perlindungan Hak-Hak membentuk Majelis Nasional Agung MNA yang mengadakan rapat untuk pertama kalinya tanggal 23 April 1920. 100 1. Kekuasaan kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat Turki. Dalam sidang MNA di Ankara, Mustafa Kemal terpilih sebagai ketua MNA, serta diputuskan beberapa keputusan didalam sidang tersebut, antaranya: 2. MNA adalah perwakilan rakyat tertinggi. 3. MNA berfungsi sebagai badan legislatif dan eksekutif. 4. MNA bertugas memilih di antara sesama anggota untuk menjadi anggota Majelis Negara MN yang bertugas menjalankan pemerintahan. 5. Ketua MNA merangkap sebagai ketua Majelis Nasional MN. 101 Dengan diselenggarakannya majelis nasional agung MNA, gerakan perlawanan semakin kuat. Di samping secara formal terus berupaya untuk mengakui otoritas kesultanan Turki Usmani, markas-markas pergerakan nasionalis di Ankara kini membentuk pemerintahan penuh. Semakin jelas bahwa 100 Erik J. Zurcher, ibid, hal 193-194 101 Harun Nasution, Op Cit, hal 147. Universitas Sumatera Utara konfrontasi antara pemerintahan kesultanan dengan kaum nasionalis semakin kuat, karena kaum nasionalis tidak pernah menerima syarat-syarat perdamaian.

C. Runtuhnya Turki Usmani dan Berdirinya Negara Republik Turki