Kebangkitan Turki Usmani 1. Latar Belakang Pendirian Turki Usmani

BAB III KONDISI SOSIAL-POLITIK TURKI USMANI

Pendahuluan Dinasti Turki Usmani didirikan oleh Othman pada tahun 1281 Masehi. Wilayah pertamanya adalah Anatolia, yang dulunya pernah dikuasai oleh dinasti Saljuk. Baru setelah dinasti kesultanan Islam ini berusia 172 tahun, tepatnya pada tahun 1453 Masehi, di bawah Sultan Muhammad Al-Fateh mereka bisa merebut ibu kota Romawi Timur, yaitu Konstantinopel yang mengakibatkan kejayaan dan kekuasaan Romawi jatuh ketangan Usmani. 33 Bangsa Turki mempunyai dua dinasti yang berhasil mengukir sejarah dunia. Pertama, dinasti Turki Saljuk, dan kedua dinasti Turki Usmani. Tentang Turki Saljuk. Saljuk merupakan kabilah kecil, Qunuq, dari keturunan Turki yang Kesultanan ini menjadi pusat interaksi antar Barat dan Timur selama enam abad. Pada puncak kekuasaannya, dinasti Turki Usmani terbagi menjadi 29 propinsi. Dengan Konstantinopel sekarang Istambul sebagai ibukotanya, kesultanan ini dianggap sebagai penerus dari kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti Kekaisaran Romawi dan Bizantium. Pada abad ke-16 dan ke-17, Turki Usmani menjadi salah satu kekuatan utama dunia dengan angkatan lautnya yang kuat.. A. Kebangkitan Turki Usmani A.1. Latar Belakang Pendirian Turki Usmani 33 Sukardo Hadisukarno, Jejak Rasul, PT. Argajasa Provista, 1997 Hal 60 Universitas Sumatera Utara berhasil dipersatukan oleh Saljuk bin Tuqaq yang bermukim di Turkistan. Saljuk bin Tuqaq pernah menjadi panglima imperium Ulghur yang ditempatkan diselatan lembah Tahrim dengan Kashgar sebagai ibukotanya. Karena merasa tersaingi kewibawaan, permaisuri raja Ulghur merencanakan pembunuhan terhadap Saljuk. Akan tetapi, sebelum dapat direalisasikan, rencana itu sudah diketahui oleh Saljuk, sehingga ia dan pengikutnya melarikan diri kearah Barat, yaitu daerah Jundi, suatu daerah yang merupakan bagian dari Asia kecil yang dikuasai dinasti Samaniyah yang dipimpin oleh Amir Abd Al-Malik Ibn Nuh 954-961 M. terkesan oleh kebaikannya, Saljuk dan pengikutnya memeluk Islam. 34 Saljuk membalas jasa kebaikan Amir Abd al-Malik dengan membantunya mempertahankan dinasti Samani dari serangan musuh. Saljuk membantu dinasti Samani dari serangan dinasti Ulghur. Dalam salah satu perang tersebut, Saljuk mati terbunuh dan meninggalkan tiga anak: Arselan, Mikail, dan Musa. 35 Sepeninggal Saljuk, pimpinan suku dipegang oleh Mikail. Akan tetapi ia pun gugur ketika perang melawan dinasti Ghaznawi yang hendak merebut Khurasan dan Samaniyah. Setelah wafat, Mikail digantikan oleh anaknya Tugril Bek. 36 Karena dinasti Samani sudah mulai melemah, Tugril Bek memproklamirkan berdirinya dinasti Saljuk dan diakui oleh dinasti Bani Abbas sekitar tahun 1040 M. 37 34 DR. Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004. Hal 94- 95 35 Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, Jakarta: Logos, 1997. Hal 13 36 Mikail meninggalkan empat anak: Tugril Bek, Syugri Bek, Baigu, dan Yanal 37 Siti Maryam, dkk, ed, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga dan LESFI, 2003. Hal 136. Kehancuran dinasti Turki Saljuk ditandai dengan dibagi- baginya wilayah kekuasaan menjadi kesultanan-kesultanan yang dikendalikan oleh para atabek para budak yang menjadi pembesar istana serta serangan- Universitas Sumatera Utara serangan dari tentara Mongol, sehingga dinasti Saljuk menjadi kesultanan- kesultanan kecil. Keruntuhan dinasti Saljuk inilah yang merupakan momen terbentuknya dinasti Turki Usmani. 38 Dinasti Turki Usmani berasal dari suku Qayigh Aghus yang dipimpin oleh Sulaiman Syah. Dalam upaya menghindari serangan Mongol yang sedang berusaha menguasai dunia Islam, Sulaiman Syah dan sukunya meminta perlindungan kepada Jalaluddin dinasti Khawarizmi Syah 39 di Transoxiana. Jalaluddin meminta agar Sulaiman dan anggota sukunya tinggal di Asia kecil. Masih dalam rangka menghindari serangan Mongol, mereka kemudian berpindah lagi ke Syam. Sulaiman Syah dan anggota sukunya ditimpa musibah, yaitu hanyut di sungai Efrat karena banjir banding 1228 M. 40 Kecelakaan di sungai Efrat membuat suku Qayigh Aghuz yang dipimpin oleh Sulaiman Syah terpecah menjadi dua. Sebagian kembali ke daerah asalnya dan sebagian lagi melanjutkan perjalanan. Kelompok yang melanjutkan perjalanan dipimpin oleh anak Sulaiman Syah, yaitu Erthogul bin Sulaiman Syah, kemudian mereka mengabdi kepada Sultan Ala’ al-Din II dinasti Saljuk. Ketika saljuk diserang Bizantium, Erthogrul membantu Sultan Saljuk hingga berhasil mematahkan serangan Bizantium, karena jasa tersebut, sultan memberi hadiah kepada Erthogrul, yaitu Sogud wilayah yang berbatasan dengan Bizantium. 41 Setelah meninggal, Erthogrul diganti oleh anaknya, Usman 1289 M. Pada tahun 1300 M, Mongol menyerang dinasti Saljuk dan Sultan Ala’ al-Din II 38 DR. Jaih Mubarok, Op Cit. Hal 98. 39 Dinasti Khawarizmi Syah adalah sebuah dinasti kecil yang sebelum keruntuhan dinasti Saljuk merupakan wilayah kekuasaannya yang kemudian memerdekakan diri dan mengambil alih kekuasaan dinasti Saljuk pada 1199 M, ibid, Hal 95 40 Siti Maryam, dkk, ed, Op Cit. Hal 152. 41 Hasan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Kota Kembang, 1989. Hal 325. Universitas Sumatera Utara mati terbunuh. Sepeninggalan Sultan, dinasti Saljuk terpecah-pecah menjadi kesultanan-kesultanan kecil. Dalam keadaan yang demikian, Usman menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang dikuasainya. Sejak itu, dinasti Usmani dibentuk dan pemimpin mereka yang pertama adalah Usman bin Erthogrul Usman I. 42 Usman I yang merupakan sultan pertama Turki Usmani memperluas wilayahnya sampai ke batas wilayah Kekaisaran Bizantium. Beliau memindahkan ibukota kesultanan ke Bursa, dan memberikan pengaruh yang kuat terhadap perkembangan awal politik kesultanan tersebut. Usman I disukai sebagai pemimpin yang kuat dan dinamik bahkan lama setelah beliau meninggal dunia. Reputasi beliau menjadi lebih harum juga disebabkan oleh adanya cerita lama dari abad pertengahan Turki yang dikenal dengan nama Mimpi Usman, sebuah mitos yang mana Usman diinspirasikan untuk menaklukkan berbagai wilayah yang menjadi wilayah kekuasaan Kesultanan Usmani. A.2. Perluasan Wilayah Dinasti Usmani 43 42 Ibid, Hal 325-326. 43 Moh. Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam. Malang, UMM Press, 2004 Hal; 133 Pada periode ini terlihat terbentuknya pemerintahan formal Usmani, yang bentuk institusi tersebut tidak berubah selama empat abad. Pemerintahan Usmani mengembangkan suatu sistem yang dikenal dengan nama Millet berasal dari Bahasa Arab millah, yang maksudnya kelompok agama dan suku minoritas dapat mengurus masalah mereka sendiri tanpa intervensi dan kontrol yang banyak dari pemerintah pusat. Universitas Sumatera Utara Turki Usmani melakukan perluasan wilayah secara besar-besaran. Untuk kepentingan perang, Orkhan 1324-1360 M, pengganti Usman I, membentuk pasukan khas, yaitu Janisari yang terdiri atas mu’alaf yang berasal dari Georgia dan Armenia. Dengan ketangguhan pasukan tersebut, Orkhan berhasil menaklukkan Broessa Turki, Izmir Asia kecil, dan Ankara. Murad I, pengganti Orkhan berhasil menaklukkan Balkan, Andrianopel Turki, Mecedonia, Sofia Bulgaria. Bayazid I 1389-1402 M, pengganti Murad I , dapat merebut benteng Philadelphia, Gramania, dan Kirman 1391 M. Pada zaman Beyazid I, Turki Usmani sudah menjadi bangsa yang besar karena wilayahnya yang sangat luas dan disegani oleh kerajaan-kerajaan di Balkan dan Eropa Timur. 44 Pada tahun 1402 M, Beyazid I Turki Usmani diserang pasukan Timur Lenk Mongol. Beyazid I meninggal dan pasukannya ditaklukkan oleh Timur Lenk. Akibatnya adalah perpecahan keluarga Beyazid I. Muhammad I, putera Beyazid I, berhasil menaklukkan saudara-saudaranya dan membangun kembali sisa-sisa kekuatan setelah ditinggalkan oleh Timur Lenk Pada tahun 1421 M, Muhammad I meninggal dan diganti oleh Murad II. Murad II berhasil menaklukkan Venessia, Salonika, dan Hongaria. Puncak ekspansi dilakukan oleh Muhammad II, pengganti Murad II, sehingga bergelar Al-Fatih penakluk. Muhammad al-Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M dan diganti namanya menjadi Istambul. Setelah itu, ia menaklukkan Serbia, Albania, dan Honggaria. Pertempuran Zonchio pada tahun 1499 adalah perang 44 Ketika itu, Turki Usmani sangat maju dan menjadi salah satu pusat peradaban di dunia. Oleh karena itu, Turki dianggap sebagai ancaman bagi Eropa. Lihat John L. Esposito, Ancaman Islam: Mitos atau Realitas, Bandung; Mizan, 1996. Hal 53. Universitas Sumatera Utara laut pertama yang menggunakan meriam sebagai senjata di kapal perang, menandakan kebangkitan angkatan laut Kesultanan Usmani. 45 Pewaris takhta Selim, Suleiman yang Agung 1520-1560 M melanjutkan ekspansi Selim. Setelah menaklukkan Beograd tahun 1521 M, Suleiman menaklukkan Kerajaan Hongaria dan beberapa wilayah di Eropa Tengah. Beliau kemudian melakukan serangan ke Kota Wina tahun 1529, namun gagal menaklukkan kota tersebut setelah musim dingin yang lebih awal memaksa pasukannya untuk mundur. Di sebelah timur, Turki Usmani berhasil menaklukkan Baghdad dari Persia tahun 1535 M dan mendapatkan kontrol wilayah Mesopotamia dan Teluk Persia. Pada pemerintahan Selim I 1512-1520 M ekspansi dialihkan ke bagian timur. Persia, Syiria , dan Mesir akhirnya dapat dikuasai. Pengganti Selim I, yaitu Sulaiman I berhasil menaklukkan Irak, Tunisia, dan Yaman. Di masa inilah wilayah kekuasaan Turki Usmani meliputi: Asia kecil, Armenis, Irak, Syiria, Hizaz, dan Yaman untuk wilayah Asia. Sementara, Mesir, Libya, Tunisia, dan Aljazair untuk wilayah Afrika, dan Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania untuk wilayah Eropa. 46 Di bawah pemerintahan Selim I dan Suleiman yang Agung, angkatan laut Turki Usmani menjadi kekuatan dominan, mengontrol sebagian besar Laut Mediterania. Beberapa kemenangan besar lainnya meliputi penaklukkan Tunisia dan Aljazair dari Spanyol; Evakuasi umat Muslim dan Yahudi dari Spanyol ke wilayah dinasti Turki Usmani sewaktu kemunduran Spanyol; dan penaklukkan Nice dari Kekaisaran Suci Romawi tahun 1543 M. Penaklukkan terakhir terjadi 45 DR. Jaih Mubarok, Op Cit. hal 113-114. 46 John L. Esposito, Op Cit, hal 54. Universitas Sumatera Utara atas nama Prancis sebagai pasukan gabungan dengan Raja Francis I dan Barbarossa. Prancis dan Turki Usmani, bersatu berdasarkan kepentingan bersama atas kekuasaan Habsburg di selatan dan tengah Eropa, menjadi sekutu yang kuat pada masa periode ini. Selain kerjasama militer, kerjasama ekonomi juga terjadi antara Prancis dan Turki Usmani. Sultan memberikan Prancis hak untuk melakukan dagang dengan kesultanan tanpa dikenai pajak. Pada saat itu, Turki Usmani dianggap sebagai bagian dari politik Eropa, dan bersekutu dengan Prancis, Inggris, dan Belanda melawan Habsburg Spanyol, Italia, dan Habsburg Austria. 47 Keberhasilan ekspansi itu juga didorong oleh karena kesultanan Usmani bersifat toleran terhadap agama dan kepercayaan masing-masing penduduk negeri yang ditaklukkan. Gereja dibiarkan untuk memberikan pelayanan terhadap masyarakat seperti biasanya, dan tetap dilindungi. Mantan pegawai sipil dari tokoh-tokoh Kristen negeri yang baru ditaklukkan, direkrut untuk menjadi pegawai dan militer Usmani. Hal ini tentu membuat simpati rakyat. Oleh Keberhasilan perluasan wilayah seperti yang dipaparkan di atas, tidak hanya karena kuatnya militer Usmani, tetapi juga disertai dengan sistem pemerintahan yang kokoh. Dalam struktur pemerintahan, sultan merupakan penguasa tertinggi yang dibantu oleh perdana menteri Shadr al-A’zham yang membawahi gubernur pasha. Di bawah gubernur terdapat jabatan semisal bupati yang disebut al-Janaziq. Sulaiman I mengeluarkan berbagai peraturan dan undang-undang yang karenanya ia disebut Sulaiman al-Qanuni pembuat undang- undang. 47 Muhammad Ali, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003, Hal 32. Universitas Sumatera Utara karenanya perpindahan agama dari Kristen ke Islam sekitar abad ke-15 terjadi besar-besaran secara sukarela, khususnya dari masyarakat Yunani, Armenia, Georgia, dan Anatolia. A.3. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Peradaban Dalam menjalankan pemerintahan, pemimpin Turki Usmani menggunakan dua gelar sekaligus: khalifah dan sultan. Khalifah adalah simbol penguasa spiritual agama dan sultan sebagai simbol penguasa duniawi. Secara praktis, pemimpin Turki Usmani memiliki dua pembantu utama: pertama mufti Syaykh al- Islam yang berwenang mewakili pemimpin Turki Usmani dalam melaksanakan wewenang spiritual, dan kedua perdana menteri Shadhr al-A’zham yang berwenang mewakili pemimpin Turki Usmani dalam melaksanakan wewenang duniawi. 48 1. Mustafa Ali 1541-1599 M, ahli sejarah. Di antara karyanya adalah Kunt al-Akhbar, yang berisi sejarah dunia dari sejak Adam As sampai Yesus, sejarah Islam awal hingga Turki Usmani. Pada zaman ini, ulama-ulama Usmani menghasilkan sejumlah karya yang cukup penting bagi masyarakat, yaitu: 2. Evliya Chelebi 1614-1682 M, ahli ilmu sosial. Di antara karyanya adalah Seyabat Name Buku Pedoman Perjalanan, yang berisi tentang masyarakat dan ekonomi Turki Usmani. 3. Arifi wafat 1561 M, sejarawan istana. Di antara karyanya adalah Shah- name-I-Al-I Osman, yang berisi tentang keluarga raja-raja Usmani. 49 48 Harun Nst, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 1986 Hal 17 49 Siti Maryam, dkk, ed, Op Cit. Hal 162-163. Universitas Sumatera Utara Orang Turki tekenal pandai berbaur dengan masyarakat bangsa-bangsa lain, mereka terbuka dengan berbagai kebudayaan. Sementara itu, Turki Usmani mempunyai wilayah kekuasaan yang sangat luas. Maka, latar belakang ini menyebabkan kebudayaan Usmani bercorak pluralistic. Di mana antara pusat dan daerah, atau daerah satu dengan daerah lainnya bias berbeda-beda. Di antara unsur kebudayaan yang paling menonjol adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Kebudayaan Persia lebih banyak menyumbangkan aspek-aspek etika, terutama etika kehidupan istana. Sedang kebudayaan Bizantium lebih menonjolkan organisasi pemerintahan dan kemiliteran. Sumbangan dari kebudayaan Arab terlihat dari ajaran-ajaran tentang ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan, dan bahasa. 50 Dalam bidang keagamaan, Usmani sangat memperhatikan kehidupan keagamaan di masyarakat. Khususnya dalam aspek-aspek sosial keagamaan dan pelaksanaan hukum-hukum agama. Kesultanan ini lebih bercorak keagamaan, sehinga ia sendiri sangat terikat dengan syari’at sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Ulama menjadi sangat penting. Tarekat berkembang di masa Usmani, khusunya tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi. Keduanya banyak pengikut dari kalangan sipil maupun militer. Bektasyi banyak berpengaruh pada Sebagai bangsa yang berdarah militer, Usmani lebih menonjolkan kegiatan di bidang kemiliteran, sedangkan dalam bidang ilmu pengetahuan tidak begitu menonjol. Pada masa Sulaiman, di kota-kota besar dan kota-kota lainnya dibangun masjid-masjid, sekolah-sekolah, rumah sakit, gedung-gedung, makam, jembatan, saluran air, villa, dan pemandian umum. 50 Ahmad Syalabi, Imperium Turki Usmani, Jakarta; Kalam Mulia, 1988 Hal 59. Universitas Sumatera Utara tentara Yenisari, sementara Maulawi mendapat dukungan dari kalangan pengusaha untuk mengimbangi Yenisari-Bektasyi. Dari sisi ilmu-ilmu agama, sebenarnya kurang berkembang, justru sebaliknya, kehidupan bermazhab lebih menonjol sebagai salah satu tanda bahwa masyarakat merasa cukup dengan ilmu-ilmu agama yang pernah dibangun oleh para ulama terdahulu di masa Bani Abbas. Karenanya, tradisi ijtihad tidak hanya mengalami perkembangan. Para pengusaha cenderung untuk menghidupkan satu mazhab dan menekan mazhab yang lain. 51 Kerajaan-kerajaan Eropa berusaha mengatasi kontrol monopoli jalur perdagangan ke Asia oleh pemerintahan Usmani dengan menemukan jalur alternatif. Secara ekonomi, pemasukan Spanyol dari benua baru memberikan pengaruh pada devaluasi mata uang dinasti Usmani dan mengakibatkan inflasi B. Masa Awal Modernisasi B.1.Pembaharuan di Turki Usmani.