Status Subjek Hukum Warga Negara Indonesia

hukum, dan hak-hak yang diberi kepada suatu badan hukum pada hakekatnya adalah hak-hak dengan tiada subyek hukum. Teori Kenyataan Yuridis. Teori ini merupakan penghalusan dari Teori Organ. Teori ini dikemukakan oleh E. M. Mejers dan Paul Scholten. Menurut Mejers, badan hukum tidak dapat diraba, bukan khayal, tetapi suatu kenyataan yuridis. Meijers menyebutkan kenyataan yang sederhana. Diartikan sederhana, karena menekankan bahwa hendaknya dalam mempersamakan manusia dengan badan hukum itu terbatas pada bidang hukum saja. Beranjak dari teori tentang badan hukum, maka jika dilihat menurut sifatnya, badan hukum itu terbagi atas dua, yaitu korporasi corporate dan yayasan.

2.1.3. Status Subjek Hukum Warga Negara Indonesia

Dalam Bab X tentang Warga Negara dan Penduduk, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 26 dinyatakan: bahwa, yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Sedangkan penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Menurut Peraturan MK PMK No.06PMK2005 tentang Pedoman Beracara dalam Pengujian Undang-Undang, Pasal 5 huruf b istilah kedudukan hukum yang dipersamakan dengan istilah legal standing. Hal serupa juga dapat dilihat dari putusan-putusan MK dalam perkara permohonan pengujian undang-undang yang menggunakan istilah kedudukan hukum sebagai padanan istilah legal standing. Hal ini dapat dibaca pada bagian Pertimbangan Hukum. Ditulis, istilah legal standing dalam tanda kurung mendampingi istilah kedudukan hukum. 43 Dengan demikian, kajian tentang kualifikasi pemohon merupakan salah satu aspek kunci dalam menentukan kedudukan hukum pemohon dalam perkara pengujian undang-undang. Pasal 51 ayat 1 huruf a UU MK menyebut: perorangan Warga Negara Indonesia WNI, bukan perorangan sebagai pemohon PUU. Secara a contratrio, siapa saja yang bukan WNI tidak memiliki hak untuk bertindak sebagai pemohon. Artinya, Warga Negara Asing dalam hal ini tidak bisa menjadi pemohon dalam PUU. Warga negara yang dimaksud dalam Pasal 51 ayat 1 huruf a adalah sesuai dengan ketentuan Pasal 26 ayat 1 UUD 1945: 43 12Lihat sebagai contoh: Putusan No. 006PUU-I2003, Putusan No. 014PUU- I2003, dan Putusan No. 007PUU-II2004. “ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.” Namun, pembatasan yang termuat dalam ketentuan Pasal 51 ayat 1 huruf a tersebut bertentangan dengan pasal tentang HAM. Pasal 28 D ayat 1 UUD 1945, terdapat pengaturan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Padahal dalam hal ini, equality before the law merupakan HAM yang berkategori non-derogable right.

2.1.4. Status Subjek Hukum Warga Negara Asing