Metode Muskingum - Cunge Ponce,1989

commit to user 22 Hidrograf banjir dihitung dengan persamaan sebagai berikut : n i i n k P Ui Q 1 1 . 2.23

2.2.9 Metode Muskingum

Beberapa metode penelusuran banjir mengacu prinsip hidrologi yang didasarkan pada persamaan kontinuitas. Metode ini mengabaikan pengaruh dinamik pada suatu gelombang banjir. Oleh karena itu metode penelusuran banjir yang didasarkan prinsip hidrolika lebih baik hasilnya. Analisis Cunge 1969 menunjukkan bahwa penelusuran Muskingum yang berdasarkan prinsip hidrologi, merupakan suatu teknik penelusuran tampungan yang bisa ditingkatkan untuk melibatkan pengaruh dinamik sampai tingkat tertentu dengan pemilihan parameter – parameter yang tepat. Penelusuran aliran sungai yang telah dikembangkan oleh metode Muskingum menghasilkan keluaran yang cukup baik. Namun dalam menentukan parameter penelusurannya, diperlukan data hidrograf masukan dan keluaran. Cunge mengembangkan metode tersebut dalam menentukan parameter penelusurannya dan hanya dibutuhkan satu data hidrograf aliran di hulu. Dengan melakukan penelusuran model Muskingum - Cunge non linier, dan menetapkan nilai parameter penelusuran yang berubah menurut besarnya debit masukan, akan dihasilkan 1 debit maksimum keluaran dengan nilai parameter penelusuran yang konstan dan 2 untuk penelusuran non linier, kenaikan hidrografnya nampak lebih terjal dibandingkan penurunan yang lebih landai.

2.2.10 Pengembangan Metode Muskingum

2.2.10.1 Metode Muskingum - Cunge Ponce,1989

Cunge 1969 menganalisa metode Muskingum dan mengembangkannya, sehingga muncul metode Muskingum – Cunge. Dengan metode ini hanya dengan berdasar hidrograf bacaan hidrograf di hulu akan diperoleh hidrograf banjir di hilir. Menurut Lily Montarcih 2010 penghitungan koefisien Muskingum-Cunge dirumuskan sebagai berikut : commit to user 23 k = c x 2.24 x = 2 1 x c So B Q . . . 1 2.25 C1 = 1 2 2 x K t x K t C2 = 1 2 2 x K t x K t C3 = 1 2 1 2 x K t K t x C4 = 1 2 2 x K t K t 2.26 Sehingga diperoleh persamaan Muskingum-Cunge : 1 1 n j Q = L n j n j n j Q C Q C Q C Q C 4 1 3 1 2 1 2.27 Karena tidak ada lateral flow, maka Q L = 0. Persamaan Muskingum-Cunge menjadi : 1 1 n j Q = n j n j n j Q C Q C Q C 1 3 1 2 1 2.28 Tabel 2.3 Koefisien Kekasaran Manning Karakteristik sungai di dataran Koefisien kekasaran Manning Minimum Normal Maksimum commit to user 24 Bersih,lurus,tingkat penuh,tak ada kolam 0.025 0.030 0.033 Bersih,lurus,tingkat penuh,tak ada kolam,banyak batu dan gulma 0.030 0.035 0.040 Bersih,berlekuk,beberapa kolam dan beting 0.033 0.040 0.045 Bersih,berlekuk,beberapa kolam dan beting,banyak batu dan gulma 0.015 0.040 0.045 Bersih,berlekuk,beberapa kolam dan beting,banyak batu dan gulma,tingkat lebih rendah,lebih banyak lereng,tidak efektif dan bagian - bagian 0.040 0.048 0.055 Bersih,berlekuk,beberapa kolam dan beting, gulma dan banyak batu 0.045 0.050 0.060 Sungai lembam,kolam – kolam dalam 0.050 0.070 0.080 Sungai sangat bergulma,kolam dalam,atau jalur banjir dengan hutan lebat tumbuhan bawah 0.075 0.100 0.150 Sumber : Chow,1959 Untuk menghitung debit inflow digunakan rumus dari Data Sungai Bengawan Solo yaitu : Q = A TMA-ho b 2.29 dengan : Q = debit inflow, A = 28,452 TMA = tinggi muka air, ho = -1,195 b = 2 commit to user 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Daerah Aliran Sungai DAS Bengawan Solo Hulu, terletak di daerah Wonogiri. Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian

3.2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah : 1. Peta DAS Bengawan Solo Hulu skala 1:25000 dari FKIP UNS Jurusan Pendidikan Geografi. 2. Data curah hujan pada tahun 1999- 2011 yang diperoleh dari Perusahaan Umum Jasa Tirta 1 Kabupaten Wonogiri. 3. Data curah hujan pada tahun 1999 – 2011 yang diperoleh dari Dinas Pengairan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Wonogiri.

3.3. Jenis Penelitian

Metode Penelitian yang dipakai adalah metode deskriptif kuantitatif. Sedangkan metode analisisnya adalah dengan menggunakan metode Muskingum Cunge.