Alat Pengukur Hujan Limpasan

commit to user 6 1987 mengemukakan bahwa sebagian air hujan yang tiba ke permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah infiltrasi dan sebagian lain yang merupakan kelebihan akan mengisi lekuk – lekuk permukaan tanah, kemudian mengalir ke daerah – daerah yang rendahm amsuk ke sungai – sungai dan akhirnya ke laut. Tidak semua butir air yang mengalir akan tiba ke laut. Dalam perjalanannya, sebagian air akan menguap dan kembali ke udara. Sebagian air yang masuk ke dalam tanah, akan keluar kembali ke sungai – sungai dan disebut aliran intra inter flow . Sebagian besar air ini tersimpan sebagai air tanah ground water . Air yang tersedia di sungai sangat tergantung pada kondisi hidrologi dan karakteristik daerah pengaliran sungai tersebut, seperti curah hujan, iklim, luas DAS Daerah Aliran Sungai, dan jenis tanah. Aliran yang masuk ke dalam sungai dibedakan sebagai berikut : 1. Aliran langsung, yaitu bagian dari hujan yang langsung masuk ke sungai. 2. Aliran dasar, yaitu hujan yang terinfiltrasi kemudian menuju air tanah, dan akhirnya mengalir ke sungai. Ada lima unsur yang perlu ditinjau dalam pembicaraan data hujan dalam Soemarto, 1987, yaitu : 1. Intensitas hujan I, adalah laju hujan = tinggi air per satuan waktu, misalnya : mmmenit, mmjam, mmhari. 2. Durasi hujan duration t, adalah lamanya curah hujan durasi dalam menit atau jam. 3. Tinggi hujan h, adalah jumlah atau banyaknya hujan dinyatakan dalam banyaknya ketebalan air diatas permukaan datar, dalam mm. 4. Frekuensi, adalah frekuensi terjadinya, biasanya dinyatakan dengan waktu ulang return period T, misalnya sekali dalam T tahun. 5. Luas, adalah luas geografis curah hujan.

2.1.1.1 Alat Pengukur Hujan

Banyaknya hujan bisa diukur dengan alat pengukur hujan rain gauge. Alat pengukur hujan ada dua macam, yaitu : 1 . Alat pengukur hujan biasa. 2 . Alat pengukur hujan otomatis automatic rain gaugerecorder. commit to user 7 Tujuan pengukuran hujan adalah untuk mengukur banyak dan intensitas hujan yang turun pada permukaan datar, tanpa memperhatikan adanya infiltrasi, pengaliran atau penguapan.

2.1.1.2 Limpasan

Limpasan adalah bagian dari hujan, salju atau perpindahan air yang muncul dalam permukaan yang tak terkontrol, sungai atau tampungan. Limpasan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : 1. Limpasan permukaan surface runoff yaitu bagian limpasan yang mengalir di atas permukaan tanah menuju saluran sungai. 2. Limpasan bawah permukaan subsurface runoff dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Aliran antara interflow yaitu air yang berinfiltrasi ke dalam tanah dan bergerak secara vertikal melalui horizon – horizon tanah bagian atas menuju sungai. Gerakannya lebih lambat dibandingkan surface runoff. b. Aliran bawah tanahair tanah baseflow yaitu air hujan yang berperkolasi ke bawah sungai mencapai muka air tanah. Limpasan dipengaruhi oleh dua faktor yang sangat berbeda yaitu faktor metereologi yang berupa karakteristik curah hujan, dan faktor fisik yang merupakan karakteristik dari daerah tersebut. Faktor karakteristk curah hujan meliputi : 1. Pola hujan Limpasan pada multi strom lebih besar dibandingkan single strom. 2. Intensitas curah hujan Curah hujan yang berintensitas tinggi mempunyai limpasan yang lebih besar dibanding hujan dengan intensitas rendah untuk durasi hujan yang sama. 3. Durasi hujan commit to user 8 Durasi hujan yang lebih lama menghasilkan limpasan yang lebih besar dibandingkan hujan dengan durasi yang lebih pendek untuk intensitas hujan yang sama. 4. Distribusi hujan Apabila hanya sebagian dari suatu DAS yang hujan, limpasan yang terjadi lebih kecil jika dibandingkan hujan terdistribusi merata ke semua area DAS. 5. Arah gerak hujan Arah gerak hujan ke hilir akan mempunyai debit puncak yang lebih besar dibandingkan hujan yang bergerak ke arah hulu. Faktor fisik meliputi hal – hal sebagai berikut : 1. Tata guna lahan Pada daerah permukiman, limpasan yang terjadi lebih besar dibandingkan daerah persawahan atau padang rumput. Hal ini dikarenakan air hujan langsung melimpas tanpa adanya infiltrasi. 2. Vegetasi Semakin rapat vegetasi pada suatu daerah, limpasan yang terjadi semakin kecil dibandingkan dengan daerah yang gersang. 3. Tipe tanah Kapasitas infiltrasi tergantung dari permeabilitas tanah yang menentukan kapasitas simpanan dan mempengaruhi kemampuan air untuk masuk ke lapisan yang lebih dalam. 4. Kemiringan daerah tangkapan Daerah dengan kemiringan yang curam akan menghasilkan limpasan yang lebih besar dibandingkan kemiringan yang lebih landai. 5. Bentuk dan luas daerah tangkapan Bentuk daerah tangkapan mempengaruhi pola limpasan yang terjadi, sedangkan luas daerah tangkapan mempengaruhi jumlah air hujan yang masuk. Keduanya berpengaruh pada lamanya waktu yang dibutuhkan air untik mencapai outlet.

2.1.1.3 Pengukuran Aliran Air