KAJIAN TERHADAP ASAS YANG TERKAIT DENGAN PENYUSUNAN

10 Upaya menyiapkan sumber daya manusia masa depan untuk membangun karakter bangsa national character building, tujuan pendidikan harus ada keseimbangan antara membangun intelektual, emosional dan spiritualitas. Terlebih-lebih lagi dalam Negara yang berdasarkan Pancasila, tugas pendidikan adalah untuk mengembangkan pribadi yang bersusila, dan berada sebagai anggota dalam masyarakatnya, masyarakat sekitarnya, masyarakat etnisnya, masyarakat bangsanya yang bhinneka dan sebagai anggota masyarakat yang beradab. 3 Menurut Dale 1989: 39-43 kontrol Negara terhadap pendidikan umumnya dilakukan melalui 4 cara antara lain : 1. Sistem pendidikan diatur secara legal; 2. Sistem pendidikan dijalankan sebagai birokrasi menekankan pada ketaatan pada aturan dan obyektivitas; 3. Penerapan wajib pendidikan compulsory education; dan 4. Reproduksi politik dan ekaonomi yang berlangsung disekolah berlangsung dalam konteks politik tertentu. 4 Dengan demikian, maka penyusunan rancangan Peraturan Daerah tentang Wajib Belajar 12 Tahun, merupakan sesuatu yang amat urgen dalam rangka pelaksanaan kewenangan daerah di bidang pendidikan, yaitu dengan tujuan untuk menjadi acuan bersama dalam penyelenggaraan sistem pendidikan guna mewujudkan ketentuan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang pada hakikatnya dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsanegara, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

B. KAJIAN TERHADAP ASAS YANG TERKAIT DENGAN PENYUSUNAN

NORMA Asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, yang secara teoritik meliputi asas pembentukan peraturan perundang-undangan 3 H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho, “Kebijakan Pendidikan Pengantar Untuk Memahami Kebijakan Pendidikan Dan Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik”, 2008, Pustaka Pelajar, hal. 30. 4 M Sirozi, Poli tik pendidikan, “ Dinamika Hubungan Antara kepentingan Kekuasaan dan Praktik Wajib Belajar 12 Tahun” , 2005, Raja Grafindo Persada, hal 63 11 yang baik yang bersifat formal dan asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik yang bersifat materiil. 5 Asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik yang bersifat formal dituangkan dalam Pasal 5 UU P3 2011 khususnya dalam pembentukan Peraturan Daerah, asas-asas tersebut diatur dalam Pasal 137 UU Pemda , dengan sebutan “asas pembentukan Peraturan Perundang- undangan yang baik”, yang meliputi: a. kejelasan tujuan; b. kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat; c. kesesuaian antara jenis dan materi muatan; d. dapat dilaksanakan; e. kedayagunaan dan kehasilgunaan; f. kejelasan rumusan; dan g. keterbukaan. Asas-asas materiil pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik diatur dalam Pasal 6 ayat 1 dan ayat 2 UU P3 2011 khususnya berkenaan dengan Perda diatur dalam Pasal 138 ayat 1 dan ayat 2 UU Pemda, yakni: materi muatan Peraturan Perundang-undangan mengandung asas: a. pengayoman; b. kemanusiaan; c. kebangsaan; d. kekeluargaan; e. kenusantaraan; f. bhineka tunggal ika; g. keadilan; h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan; i. ketertiban dan kepastian hukum; danatau j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan. Selain asas tersebut, Peraturan Perundang-undangan tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang- undangan yang bersangkutan. Mengenai asas-asas materiil yang lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan tertentu dijelaskan 5 A. Hamid S. Attamimi; “Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara”, Disertasi, Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 1990, hlm. 345-346. I.C. Van Der Vlies, Buku Pegangan Perancang Peraturan Perundang-undangan, terjemahan, Direktorat Jenderal Peraturan Perundangan- undangan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Jakarta, 2005, hal 238-309. 12 dalam Penjelasan Pasal 6 ayat 2 UU P3 2011, yang dimaksud dengan asas sesuai dengan bidang hukum masing-masing antara lain: a. dalam Hukum Pidana misalnya asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah; dan b. dalam Hukum Perdata misalnya dalam hukum perjanjian antara lain asas kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad baik. Relevansi asas-asas formal pembentukan peraturan perundang- undangan yang baik dengan pengaturan Wajib Belajar 12 Tahun dapat diuraikan sebagai berikut: Pertama, kejelasan tujuan. Wajib Belajar 12 Tahun bertujuan: 1 memberikan kepastian bagi masyarakat mengenai siapa yang bertanggung jawab dan apa tanggung jawabnya terhadap pengelolaan pendidikan; dan 2 memperkuat dasar hukum bagi Pemerintah Daerah melakukan Wajib Belajar 12 Tahun dan pelayanan kepada masyarakat. Tujuan Wajib Belajar 12 Tahun adalah efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas pengelolaan pendidikan. Kedua, kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat. Contoh: Pengaturan Wajib Belajar 12 Tahun dengan Peraturan Daerah dilakukan. Rancangan dapat berasal dari dari DPRD Kabupaten Jembrana. Ketiga, kesesuaian antara jenis dan materi muatan. Penyelenggaraan Pendididkan harus dengan Peraturan Daerah. Adapun materi pokok yang diatur dengan Peraturan Daerah mengacu pada Peraturan Pemerintah. Keempat, dapat dilaksanakan. Agar asas ini dapat diwujudkan dengan dibentuknya Peraturan Daerah tentang Wajib Belajar 12 Tahun adalah harus memperhatikan beberapa aspek: 1 filosofis, yakni ada jaminan keadilan dalam pengenaan Wajib Belajar 12 Tahun; 2 yuridis, adanya jaminan kepastian dalam Wajib Belajar 12 Tahun, termasuk substansinya tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi; dan 3 sosiologis, pengaturan Wajib Belajar 12 Tahun memang dapat memberikan manfaat, baik bagi pemerintah daerah 13 maupun bagi masyarakat, termasuk substansinya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum. Kelima, kedayagunaan dan kehasilgunaan. Asas ini dapat diwujudkan sepanjang pengaturan Wajib Belajar 12 Tahun memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan benegara. Salah satu indikasi pengaturan Wajib Belajar 12 Tahun memang benar-benar dibutuhkan adalah adanya wajib Wajib Belajar 12 Tahun, sebagaimana telah dikemukakan dalam kondisi eksisting di atas. Keenam, kejelasan rumusan. Asas ini dapat terwujud dengan pembentukan Peraturan Daerah tentang Wajib Belajar 12 Tahun sesuai persyaratan teknik penyusunan peraturan perundang-undangan, sistematika dan pilihan kata atau terminologi, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti, sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya. Singkatnya, rumusan aturan hukum dalam Peraturan Daerah tentang Wajib Belajar 12 Tahun yang menjamin kepastian. Ketujuh, keterbukaan. Proses pembentukan Peraturan Daerah ini harus menjamin partisipasi masyarakat, dalam artian masyarakat dijamin haknya untuk memberikan masukan, baik tertulis maupun lisan, serta kewajiban Pemerintah Daerah untuk menjamin masukan tersebut telah dipertimbangkan relevansinya. Untuk terselenggaranya partisipasi masyarakat itu, maka terlebih dulu Pemerintah Daerah memberikan informasi tentang proses pembentukan Peraturan Daerah bersangkutan. Mengenai asas-asas materiil yang lain, sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat 2 UU P3 2011, dalam pengaturan tentang Wajib Belajar 12 Tahun , yakni: 1. adil dan merata secara vertikal artinya sesuai dengan tingkatan kelompok masyarakat dan horizontal artinya berlaku sama bagi setiap anggota kelompok masyarakat. 2. secara politis dapat diterima oleh masyarakat, sehingga timbul motivasi dan kesadaran pribadi untuk melaksanakan pendidikan. 14

C. KAJIAN TERHADAP PRAKTIK PENYELENGGARAAN