Uji Asumsi Klasik Metode Analisis Data

43 c. Koefisien Determinasi Dalam uji linier berganda dianalisis pula besarnya koefisien regresi R 2 keseluruhan. R 2 digunakan untuk mengukur ketepatan yang paling baik dari analisis regresi berganda. Jika R 2 mendekati 1 maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut dalam menerangkan variasi variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika R 2 mendekati 0 maka semakin lemah variasi variabel bebas menerangkan variabel terikat.

3.5.3 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinieritas Salah satu asumsi klasik adalah tidak terjadinya multikol di antara variabel bebas independent yang ada dalam satu model dalam membentuk model regresi linier berganda hendaknya dihindari terjadinya multikolinier. Multikolinieritas berarti ada hubungan linier yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel penjelas. Apabila sebagian atau seluruh variabel bebas independent berkorelasi kuat maka terjadi multikolinier. Konsekuensi terjadinya multikolinieritas adalah koefisien korelasi variabel tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar atau tidak terhingga. Salah satu cara untuk mendeteksi kolinieritas adalah dengan malihat nilai tolerance dan lawan variance inflation factor VIF. Model 44 regresi bebas dari multikol apabila nilai variance dan VIF di sekitar nilai 1. 2. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam satu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lain. Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian Durbin-Watson Uji DW. Panduan mengenai angka Durbin-Watson Uji DW untuk mendeteksi autokorelasi bisa dilihat pada tabel Durbin –Watson Uji DW , namun demikian secara umum bisa diambil patokan sebagai berikut: a. Angka Durbin-Watson DW di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif b. Angka Durbin-Watson DW di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi c. Angka Durbin-Watson DW di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. 3. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke 45 pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Uji Heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji glejser yaitu dengan menguji tingkat signifikansi. Pengujian ini dilakukan dengan meregres variabel X sebagai vaeiabel independent dengan nilai absolute unstandarlized residual. Apabila hasil uji diatas level signifikansi P0,05, berarti tidak terdapat Heteroskedastisitas Ghozali, 2006:105. 4. Uji Normalitas Uji Normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam data, variabel terikat dengan variabel bebas keduanya mempunyai hubungan distribusi normal atau tidak. Data yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal Ghozali, 2006:110. Uji Normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Analisis Grafik Salah satu cara yang termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. 46 b. Kurva Normal Proses uji normalitas data dilakukan dengan memperhatikan penyebaran data titik pada Normal P-Plot of Regression Standizzed Residual dari variabel terikat, dimana: 1 Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garisdiagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2 Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. c. Uji Kolmogorov-Smrinov Pengujian dengan uji Kolmogorov-Smirnov ditetapkan nilai signifikansi yang terbentuk harus diatas 5, bila dibawah 5 maka menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal. 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskriptif Variabel

Penelitian ini memilih perusahaan manufaktur yang sudah menerbitkan laporan keuangan pada tahun 2004-2006 yaitu sebanyak 35 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, berikut nama-nama perusahaan di sektor manufaktur: Tabel 4.1 Klasifikasi Sampel Berdasarkan Sektor Industri No Bidang Usaha Jumlah 1 Chemical And Allied Product 4 11.43 2 Plastics And Glass Product 1 2.86 3 Food And Beverage 10 28.57 4 Stone, Clay, Glass And Concrete Products 2 5.71 5 Automotive And Allied Product 5 14.29 6 Tobbaco Manufatures 2 5.71 7 Metal And Allied Products 4 11.43 8 Pharmaceuticals 3 8.57 9 Apparel And Other Textile Product 1 2.86 10 Cement 1 2.86 11 Consumer Good 2 5.71 Jumlah 35 100.00 Sumber : JSX Statistik 2007 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 35 perusahaan manufaktur yang menjadi sampel dari penelitian ini paling banyak bergerak dalam bidang usaha Food and Beverage yaitu sebanyak 10 perusahaan atau 28,57 dan hanya ada 1 perusahaan atau 2,86 yang bergerak dalam bidang Plastics

Dokumen yang terkait

Pengaruh Profitability Ratio dan Economic Value Added Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007 – 2012

2 97 96

Pengaruh Economic Value Added dan Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 67 80

Analisis Pengaruh Economic Value Added, Profitabilitas, dan Independensi Dewan Komisaris terhadap Return Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 70 117

Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

5 84 90

Analisis Pengaruh Economic Value Added (Eva), Earnings Per Share (Eps), Dan Debt To Equity Ratio (Der) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 53 92

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) TERHADAP MARKET VALUE ADDED (MVA) PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA

2 79 15

Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA) pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia

0 34 88

Pengaruh Struktur Modal Terhadap Economic Value Added Pada Perusahaan Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia

33 152 93

Hubungan Economic Value Added dan Rasio Profitabilitas Dengan Harga Saham Perusahaan Manakan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2 46 73

Pengaruh Economic Value Added Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

1 49 88