Pengaruh Profitability Ratio dan Economic Value Added Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007 – 2012

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PROFITABILITY RATIO DAN ECONOMIC

VALUE ADDED TERHADAP HARGA SAHAM PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

PERIODE 2007 – 2012

OLEH

EDWARD PRATAMA G

090503304

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PROFITABILITY RATIO DAN ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007 – 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris secara parsial mengenai pengaruh profitability ratio dan economic value added terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efefk Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan dengan pendekatan verifikatif, dan metode pengumpulan data secara cross section dan

time series. Sampel penelitian berjumlah 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007 sampai 2012, dimana datanya diambil menggunakan purposive sampling . Hipotesis penelitian dianalisis menggunakan teknik analisis regresi berganda, serta uji F dan uji T, dengan tingkat signifikansi 5%

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitability ratio yakni return on equity dan earning per share serta economic value added berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

Kata Kunci : Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Economic Value Added (EVA), Harga Saham


(3)

ABSTRACT

EFFECT OF PROFITABILITY RATIO AND ECONOMIC VALUE ADDED ON SHARE PRICE ON MANUFACTURING COMPANIES

LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2007 - 2012

The purpose of this study is to obtain empirical evidence on the effect of the partial profitability ratio and economic value added to the stock price on the companies listed in Bursa Efefk Indonesia. This research was conducted by using descriptive method with the verification approaches, and methods of data collection in cross section and time series. These samples included 30 companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2007 to 2012, where data were taken using purposive sampling. The research hypotheses were analyzed using multiple regression analysis techniques, as well as the f-test and t-test, with a significance level of 5%. The results of this study show that the ratio of profitability, return on equity, and earnings per share as well as economic value added significantly affect the stock price.

Keyword : Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Economic Value Added (EVA), Stock Price


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasamenyertai dengan kasih setia dan berkat-Nya, terkhusus dalam perkuliahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Profitability Ratio dan Economic Value Added Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orangtua tercinta (Simon Ginting dan Datmalem Sinulingga) yang telah menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi penulis untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik selama ini, bahkan selama perkuliahan, terlebih dalam penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Dr. Syafrudin Ginting, SE, Ak, MAFIS, CPA dan Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku ketua dan sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M. Si, Ak dan Ibu Drs. Mutia Ismail, MM, Ak selaku ketua dan sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak


(5)

5. Bapak Drs. Firman Syarif, M. Si, Ak dan Ibu Dra. Narumondang Bulan Siregar, M.M., Ak selaku Dosen Penguji dan Dosen Pembanding atas segala masukan dan saran yang telah diberikan.

6. Adikku tersayang (Egia Pranata Ginting) yang telah memberikan dukungan moril dan doa, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

7. Sahabat - sahabat saya demisioner PR GBKP Runggun Jadimeriah (Rico, Yogi T, Erik, Putri, Avo, Kak Yani, Kak Marlin, Kak Titin Kak Ribka), kakak - kakak saya terkasih (Kak Siska dan Kak Erika), dan teman - teman S1 Akuntansi stambuk 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang senantiasa memberikan semangat, doa, bantuan, dan menghibur selama ini.

Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membaca.

Medan, Februari 2014

Edward Pratama G \NIM : 090503304


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………. i

ABSTRACT………... ii

KATA PENGANTAR……….. iii

DAFTAR ISI………. v

DAFTAR TABEL………. viii

DAFTAR GAMBAR………. ix

DAFTAR LAMPIRAN………. x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……… 1

1.2 Perumusan Masalah……… 6

1.3 Tujuan Masalah……….. 6

1.4 Manfaat Penelitian………. 6

1.5 Originalitas Penelitian……… 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Pesinyalan (Signalling Theory)………... 9

2.1.2 Teori Keagenan (Agency Theory)……….. 10

2.1.3 Laporan Keuangan………. 12

2.1.4 Pasar Modal………... 13

2.1.5 Saham………. 14

2.1.5.1 Harga Saham……… 17

2.1.5.2 Keuntungan Investasi pada Saham……….. 19

2.1.5.3 Resiko dalam Berinvestasi Saham……… 20

2.1.5.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi Harga Saham.. 22

2.1.6 Rasio Profitabilitas……….. 23

2.1.7 Economic Value Added……….. 27


(7)

2.1.7.1 Tolak Ukur………. 28

2.1.7.3 Keunggulan dan Kelemahan EVA……… 30

2.1.7.4 Langkah – langkah dalam Menentukan EVA……… 31

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu……… 34

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian……….. 34

2.3.1 Kerangka Konseptual……….. 37

2.3.2 Hipotesis Penelitian……… 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian……… 39

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian………. 39

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian………. . 39

3.4 Jenis dan Sumber Data……… 41

3.5 Metode Pengumpulan Data……… . 42

3.6 Variabel Penelitian………. . 42

3.7 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel……… . 42

3.8 Metode Analisis Data………. . 44

3.9 Pengujian Asumsi Klasik………... 44

3.10 Pengujian Model Regresi……… 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian……… 51

4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif……… 51

4.1.2 Uji Asumsi Klasik………... 53

4.1.2.1 Uji Normalitas………. 53

4.1.2.2 Uji Multikoninearitas……….. 54

4.1.2.3 Uji Autokorelasi……….. 54

4.1.2.4 Uji Heterokedasitas………. 56

4.1.3. Analisis Regresi……….. 58


(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan………. 67

5.2 Saran……… 68

DAFTAR PUSTAKA………. 69


(9)

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Review Penelitian Terdahulu………... . 35

3.1 Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian………. 40

3.2 Operasional Variabel………. . 43

4.1 Analisis Statistik Deskriptif ……….. 51

4.2 Hasil Uji Multikolinearitas……… 54

4.3 Hasil Uji Autokorelasi ………. . 55

4.4 Uji White Heteroskedasitas……… 57

4.5 Hasil Analisis Regresi……… 58

4.6 Hasil Uji F……….. 60


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual………. 38

4.1 Hasil Uji Normalitas……….. 53 4.2 Hasil Uji Heteroskedasitas………. 56


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1. Data Perusahaan Manufaktur Yang Menjadi Sampel Penelitian………. 72 2. Daftar Harga Saham Perusahaan Manufaktur

yang Menjadi Sampel Penelitian………. 73 3. Daftar Return on Equity (ROE) Perusahaan Manufaktur

yang Menjadi Sampel Penelitian………. 74 4. Earning Per Share (EPS) Perusahaan Manufaktur

yang Menjadi Sampel Penelitian………. 75 5. Economic Value Added (EVA) Perusahaan Manufaktur

yang Menjadi Sampel Penelitian………. 76


(12)

ABSTRAK

PENGARUH PROFITABILITY RATIO DAN ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007 – 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris secara parsial mengenai pengaruh profitability ratio dan economic value added terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efefk Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan dengan pendekatan verifikatif, dan metode pengumpulan data secara cross section dan

time series. Sampel penelitian berjumlah 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007 sampai 2012, dimana datanya diambil menggunakan purposive sampling . Hipotesis penelitian dianalisis menggunakan teknik analisis regresi berganda, serta uji F dan uji T, dengan tingkat signifikansi 5%

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitability ratio yakni return on equity dan earning per share serta economic value added berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

Kata Kunci : Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Economic Value Added (EVA), Harga Saham


(13)

ABSTRACT

EFFECT OF PROFITABILITY RATIO AND ECONOMIC VALUE ADDED ON SHARE PRICE ON MANUFACTURING COMPANIES

LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2007 - 2012

The purpose of this study is to obtain empirical evidence on the effect of the partial profitability ratio and economic value added to the stock price on the companies listed in Bursa Efefk Indonesia. This research was conducted by using descriptive method with the verification approaches, and methods of data collection in cross section and time series. These samples included 30 companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2007 to 2012, where data were taken using purposive sampling. The research hypotheses were analyzed using multiple regression analysis techniques, as well as the f-test and t-test, with a significance level of 5%. The results of this study show that the ratio of profitability, return on equity, and earnings per share as well as economic value added significantly affect the stock price.

Keyword : Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Economic Value Added (EVA), Stock Price


(14)

BAB I PENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang Masalah

Bursa Efek Indonesia merupakan salah satu bagian penting dari perkembangan perekonomian Indonesia saat ini. Pasar modal dapat menjadi alternatif pendanaan yang tepat bagi seluruh sektor perusahaan khususnya di Indonesia selain pendanaan melalui sektor perbankan. Di dalam pasar modal, para investor selalu berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi. Mereka membeli dan mempertahankan saham yang dialokasikannya dimana menurut analisis mereka akan memberikan output dan laba yang tinggi.

Di dalam berinvestasi, ada dua hal yang menjadi pusat perhatian bagi para investor di dalam memutuskan pilihan investasinya, yaitu resiko dan return. Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa yang cenderung akan menimbulkan kerugian. Akan tetapi kemungkinan besar kecilnya resiko yang akan dialami para investor tergantung pada jenis investasinya. Investasi pada saham mempunyai tingkat resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan alternatif investasi lainnya, seperti: obligasi dan reksa dana.

Return adalah tingkat keuntungan yang diperoleh investor atas investasi yang dilakukannya. Return atau imbal hasil yang diperoleh pemegang saham berupa capital gain ataupun deviden. Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual saham sedangkan deviden adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan


(15)

perusahaan.Return adalah pendapatan yang diperoleh dari investasi ditambah perubahan harga pasar, biasanya dinyatakan sebagai persentase dari harga pasar investasi awal (Van Horne & Wachowicz 1992:100).

Salah satu informasi yang dibutuhkan investor berasal dari laporan keuangan. Laporan keuangan adalah suatu catatan informasi keuangan perusahaan pada sebuah periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.

Pelaporan informasi sangat dibutuhkan oleh setiap pengguna laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan antara lain pihak internal dan pihak eksternal perusahaan. Pihak internal antara lain manajer, dewan direksi, karyawan, dan lain-lain. Sedangkan pihak eksternal antara lain investor, pemerintahan, dan pemberi kredit.

Saat ini seluruh perusahaan yang terdapat di Indonesia bersaing agar tidak tersingkir dari persaingan yang semakin sengit setiap tahunnya. Perkembangan kebutuhan konsumen akan barang-barang industri yang semakin pesat akan membawa dampak pada persaingan antar perusahaan. Oleh karena itu, sebagai pelaku dari perekonomian, sebuah perusahaan dituntut agar dapat bersaing dengan perusahaan lainnya dengan mempertahankan dan meningkatkan kinerja sehingga memperoleh keberhasilan. Keberhasilan sebuah perusahaan dapat dinilai dengan melakukan sebuah pengukuran kinerja. Dengan pengukuran kinerja tersebut, kita dapat mengetahui kinerja perusahaan yang sebenarnya sehingga kita dapat mengetahui apakah sebuah perusahaan dapat bertahan atau tersingkir dalam persaingan yang semakin kuat.


(16)

Selama ini yang menjadi acuan investor dalam menilai sebuah kinerja dalam perusahaan adalah laba akuntansi, dimana dengan melihat prospek pertumbuhan profitabilitas perusahaan para investor dapat menilai prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk memberikan gambaran di masa yang akan datang terhadap para investor agar mengetahui profitabilitas investasi yang dilakukan terhadap sebuah perusahaan apakah mampu memberikan return sesuai dengan persyaratan para investor. Rasio profitabilitas dipakai untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan. Rasio profitabilitas yang sering digunakan untuk mengukur tingkat laba adalah Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Earning Per Share(EPS). Dimana Return on Asset (ROA) menggambarkan tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba perusahaan dari aktiva yang digunakan. Return on Equity (ROE) menggambarkan tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan untuk setiap satuan mata uang yang menjadi modal perusahaan dan Earning Per Share (EPS) merupakan informasi akuntansi yang memberikan analisa rasio keuntungan bersih per lembar saham yang mampu dihasilkan perusahaan.

Economic Value Added (EVA) adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu dan merupakan salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan (Gloria : 2007). Economic Value Added yang dianggap kriteria kinerja yuang sederhana dan merupakan gambaran nyata penciptaan kekayaan bagi pemegang saham membantu manajer membuat keputusan investasi dan mengidentifikasi peluang


(17)

untuk memperbaiki dan mempertimbangkan keuntungan jangka pendek seperti sumber daya jangka penjang. Dengan kata lain, Economic Value Added merupakan kriteria efektif pada kualitas kebijakan manajerial dan merupakan indeks yang dapat diandalkan mengenai cara pertumbuhan nilai dalam perusahaan. Manajer dari perusahaan yakin dan percaya bahwa proses dan hasil perhitungan Economic Value Added (EVA) memberikan wawasan baru dan berharga tentang keuangan dan kinerja bisnis yang sehat (Anvari et al : 2005).

Economic Value Added terdiri dari dua prinsip utama dalam pengambilan keputusan manajer :

1. Tujuan utama keuangan dari setiap perusahaan harus memaksimalkan kekayaan pemegang saham dan nilai.

2. Nilai dari masing-masing perusahaan tergantung pada fakta bahwa keuntungan masa depan yang diharapkan kurang daripada biaya modal ataupun lebih dari itu sampai sejauh mana.

Oleh karena itu, Economic Value Added adalah kriteria dengan beberapa tujuan. Salah satunyas adalah kinerja penilaian, antara lain adalah untuk menentukan nilai saham, penganggaran dana terutama modal dan membantu untuk menentukan pengharagaan tingkat manajer yang berhak untuk itu dan merupakan faktor motivasi.

Di Indonesia penelitian Rasio Profitabilitas dan Economic Value Added (EVA) dalam kaitannya dengan return saham dilakukan oleh Wibowo (2005), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ROA dan ROE tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Sementara itu, Mochtasom


(18)

menunjukkan secara parsial bahwa ROA berpengaruh terhadap return saham. Noer Sasongko & Nila Wulandari (2006) menguji pengaruh EVA,ROA,ROE,ROS,EPS, dan BEP terhadap harga saham mempunyai kesimpulan bahwa faktor – faktor tersebut tidak dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan.

Penelitian mengenai return saham telah pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Penelitian tentang EVA dan ROA dilakukan oleh Hartono dan Chendrawati (1999), membuktikan bahwa ROA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham dan EVA secara statistik mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham. .Wibowo (2005), yang meneliti tentang pengaruh Economic Value Added dan Profitabilitas Perusahaan terhadap Return pemegang Saham. Hasil dari penelitiannya memberikan bukti empiris bahwa Economic Value Added, ROA, ROE, tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil Penelitian Firdha (2010) mengenai Pengaruh ROA, EPS, dan EVA terhadap Harga Saham menunjukkan secara empiris bahwa ROA, EPS, dan EVA berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham pada perusahaan industri telekomunikasi yang terdaftar di BEI.

Ketidakkonsistenan hasil-hasil penelitian terdahulu dalam mengukur kinerja keuangan, mendorong peneliti untuk meneliti kembali setiap variabel dari peneliti terdahulu yang telah disebutkan, dengan mengambil variabel independen yang digunakan oleh masing-masing peneliti, namun memiliki hasil yang berbeda terhadap return saham. Perbedaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya


(19)

adalah penelitian ini menggunakan variabel penelitian ROE, EPS, dan EVA dan penelitian ini mengamati perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan populasi sampel mencapai 30 dimana jauh memiliki lebih banyak populasi sampel dari peneliti sebelumnya.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana Pengaruh Profitability Ratio dan Economic Value Added terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

I.3. Tujuan Masalah

Tujuan Penelitian ini untuk menguji dan menganalisis pengaruh Profitability Ratio dan Economic Value terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

I.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat pada berbagai bidang dan profesi, antara lain:

1. Sebagai bahan masukan bagi para pelaku dunia usaha dan bisnis seperti investor dan manajemen perusahaan go public yang termasuk perusahaan manufaktur, dapat mengetahui bagaimana pengaruh dari Profitability Ratio dan Economic Value Added terhadap harga saham Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI.


(20)

2. Sebagai referensi dalam dunia penelitian dan akademis/pendidikan khususnya lingkungan perguruan tinggi untuk mendapatkan suatu kontribusi berupa literature yang berguna untuk masa depan akademis.

3. Sebagai referensi dalam menambah wawasan bagi peneliti dalam memahami pengaruh Ratio Profitability dan Economic Value Added terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI.

I.5. Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh Firdha (2010) dengan judul “Pengaruh Return on Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), dan Economic Value Added (EVA) Terhadap Harga Saham. Variabel dependen dalam penelitiannya adalah harga saham, sedangkan variabel independennya dalam penelitiannya adalah Return on Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), dan Economic Value Added (EVA).

Penelitian ini menggunakan variabel dependen perubahan harga saham yang diukur dari harga saham saat ini ditambah dengan deviden saat ini dikurangkan dengan harga saham tahun lalu dibagi harga saham tahun lalu. Variabel independen dalam penelitian ini adalah perubahan rasio profitabilitas yakni Return on Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS), dimana ROE diukur dari ROE saat ini dikurangi dengan ROE tahun lalu dibagi dengan ROE tahun lalu dan EPS diukur dari EPS saat ini dikurangi dengan EPS tahun lalu dibagi dengan EPS tahun lalu. Dan Perubahan EVA yang diukur dari EVA saat ini dikurangi EVA tahun lalu dibagi dengan EVA tahun lalu. Dengan argumentasi bahwa penggunaan perubahan setiap variabel dalam penelitian ini untuk melihat


(21)

tingkat pertumbuhan dari masing-masing variabel dalam perusahaan yang diteliti. Penelitian ini berbeda dari penelitian terdahulu karena objek yang diteliti dan kondisi ekonomi yang relative berbeda.

Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:

a. Variabel independen yang digunakan. Variabel independen yang digunaka dalam penelitian terdahulu adalah ROA, EPS, dan EVA, sedangkan dalam penelitian ini variabel independennya adalah ROE,EPS, dan EVA.

b. Periode pengamatan, Periode pengamatan pada penelitian terdahulu adalah tahun 2006-2009, sedangkan periode pengamatan penelitian ini adalah tahun 2007-2012.

c. Objek penelitian. Objek dari penelitian terdahulu adalah perusahaan-perusahaan go public yang bergerak di industri telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Pesinyalan (Signalling Theory)

Signalling theory menekan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak diluar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan, atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat, dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.

Menurut Hapyani ,(2009) dalam membangun signalling theory

berdasarkan adanya assimetric information antara well-informed manager dan

poo-informed stockholder. Teori ini berdasarkan pemikiran bahwa manajer akan mengumumkan kepada investor ketika mendapatkan informasi yang baik, bertujuan menaikan nilai perusahaan, namun investor tidak akan mempercayai tersebut, karena manajer merupakan interest parti. Solusinya perusahaan bernilai tinggi akan berusaha melakukan signaling pada financial policy mereka yang memakan biaya besar sehingga tidak dapat ditiru oleh perusahaan yang memiliki nilai lebih rendah.


(23)

Teori ini akan mengungkapkan bahwa investor dapat membedakan antara perusahaan yang memiliki nilai tinggi dengan perusahaan yang memiliki nilai rendah dengan mengobservasi kepemilikan struktur pemodalannya serta menandai valuasi tinggi untuk perusahaan yang hightly levered. Ekuilibrium stabil karena perusahaan bernilai rendah tidak dapat meniru perusahaan yang lebih tinggi.

Kelebihan teori ini adalah kemampuan menjelaskan mengapa terjadi peningkatan harga saham sebagai tanggapan terhadap peningkatan financial leverage. Kelemahan dari model ini adalah ketidakmampuan dalam menjelaskan hubungan kebalikan antara profitabilitas dan leverage. Kelemahan lain adalah tidak dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang memiliki potensi pertumbuhan dan nilai intangible asset tinggi harus menggunakan lebih banyak hutang dari pada perusahaan yang mature (tangible asset tinggi) yang tidak menggunakan hutang, akan tetapi didalam teori diperlukan untuk mengurangi efek dari ketidaksimetrisan informasi.

2.1.2 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling pada tahun 1976, manajemen merupakan agen dari pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap


(24)

keputusan yang dapat diambil manajemen. Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya agensi.

Hubungan keagenan dalam kontrak kerja adalah hubungan antara pemegang saham (principal) dengan manager (agent), yang pemegang saham memperkerjakan manajer untuk memberikan jasa kepada pemegang saham untuk kepentingan pemegang saham. Pemegang saham melakukan pendelegasian wewenang pembuatan keputusan kepada manajer perusahaan.

Dalam hubungan keagenan manajer sebagai pihak yang memiliki akses langsung terhadap informasi perusahaan, memiliki asimetris informasi terhadap pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Dimana ada informasi yang tidak diungkapkan oleh pihak manajemen kepada pihak eksternal perusahaan, termasuk investor.

Untuk memperkecil asimetris informasi, maka pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku. Upaya ini menimbulkan apa yang disebut sebagai agency costs, yang menurut teori ini harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk mengurangi kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara dengan peningkatan biaya

enforcement-nya.

Menurut Widodo (2012) teori keagenan mengasumsikan bahwa manajer mementingkan diri sendiri. Manajer akan bertindak oportunistik untuk mencapai tujuan tertentu. Apabila kinerja manjer buruk manajer cenderung menutupi kinerja


(25)

buruknya dengan melakukan manajemen laba yang menaikkan laba. Sebaliknya, apabila kinerja manajer baik, maka manajer cenderung menunda kinerja baiknya dengan melakukan manajemen laba yang menurunkan laba

2.1.3 Laporan Keuangan

Pengertian laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Menurut PSAK No.1 ,paragraph 7 “Laporan Keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan yang meliputi : 1. Neraca

2. Laporan laba rugi

3. Laporan Perubahan Ekuitas

4.

Laporan arus kas

5.

Catatan atas laporan keuangan

Menurut SAK, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan.

Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang tekah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang telah


(26)

dipercayakan kepadanaya. Pemakai yang ingin melihat apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen lakukan demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ekonomi mencakup, misalnya keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen

2.1.4 Pasar Modal

Pasar modal merupakan tempat perusahaan mencari dana segar untuk mengingkatkan kegiatan bisnis sehingga dapat mencetak lebih banyak keuntungan. Dana segar yang ada di pasar modal berasal dari masyarakat yang disebut juga sebagai investor. Para investor melakukan berbagai teknik analisis dalam menentukan investasi di mana semakin tinggi kemungkinan suatu perusahaan menghasilkan laba dan semakin kecil resiko yang dihadapi maka semakin tinggi pula permintaan investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen melalui jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya. Berlangsungnya fungsi pasar modal adalah dengan meningkatkan dan menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan “kriteria pasarnya” secara efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil ekonomi secara keseluruhan (Lliyd,1976).

Di dalam Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pengertian pasar modal dijelaskan lebih spesifik sebagai” kegiatan yang berhubungan dengan


(27)

penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.”

Manfaat pasar modal menurut Sunariah (2000) adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber daya secara optimal.

2.Memberikan wahan investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi.

3.Menyediakan leading indicator bagi tren ekonomi Negara. 4.Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat

menengah.

5.Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan iklim berusahan yang sehat.

6.Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.

7.Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan memiliki prospek.

2.1.5 Saham

Saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut.


(28)

Porsi kepemilikan ditentukan seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 6).

Defenisi saham menurut Rahardjo (2006) adalah sebagai berikut:

“Saham adalah surat berharga yang merupakan instrumen bukti

kepemilikan atau penyertaan dari individu atau instansi dalam suatu perusahaan.”

Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001: 6), yaitu:

1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim. a. Saham biasa (Common stock)

Mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut.

b. Saham Preferen (Preferred stock)

Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil, seperti yang dikehendaki investor. Serupa saham biasa karena mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut; dan membayar deviden. Persamaannya dengan obligasi adalah adanya klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, devidennya tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa.


(29)

2. Ditinjau dari cara peralihannya. a. Saham Atas Unjuk (Bearer stock)

Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.

b. Saham atas nama (Registered stock)

Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

3. Ditinjau dari kinerja perdagangan a. Blue-chip stock

Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.

b. Income stock

Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata – rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi.


(30)

c. Growth stock c.i. Well - known

Saham – saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.

c.ii. Lesser – known

Saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri, namun memiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten.

d. Speculative stock

Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.

e. Counter cyclical stock

Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.

2.1.5.1 Harga Saham

Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Selembar saham adalah selembar kertas yang menerangakan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya dari suatu


(31)

perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Selembar saham mempunyai nilai atau harga. Menurut Widoatmojo (1996: 46) harga saham dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Harga Nominal

Harga tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena deviden minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

b. Harga Perdana

Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.

c. Harga Pasar

Jika harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benarp-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.


(32)

2.1.5.2 Keuntungan investasi pada Saham

Pada dasarnya,terdapat dua keuntungan yang dapat diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham:

a. Deviden

Merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuantungan yang dihasilkan perusahaan, deviden diberikan setelah mendapat persetyujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Deviden yang dibagikan perusahaan dapat berupa deviden tunai, artinya kepada setiap pemegang saham diberikan deviden berupa uang tunai dalam jumlah rupiahtertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa deviden stock yang artinya setiap pemegan saham yang dimiliki investor bertambah dengan adanya pembagian deviden stock tersebut.

b. Capital Gain

Merupakan selisih antara harga beli dan harga jual, dimana harga jual lebih tinggi dari harga beli. Capital gain terbentuk dengan adanya aktifitas perdagangan di pasar sekunder. Misalnya investor membeli saham perusahaan ABC dengan harga perlembar Rp.4000 kemudian menjualnya dengan harga Rp.4500 per lembarnya, yang berarti pemodal tersebut telah mendapatkan capital gain sebesar Rp.500 untuk setiap saham yang dijualnya. Umumya pemodal dengan orientasi jangka pendek untuk mengejar keuntungan melalui capital gain

Saham bonus (jika ada) yaitu saham yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih antara harga jual terhadap harga nominal saham tersebut pada saat perusahaan


(33)

melakukan penawaran umum dipasar perdana, misalnya setiap saham dengan nilai nominal Rp.500 dijual dengan harga Rp.700 maka setiap saham akan memberikan agio kepada perusahaan sebesar Rp.200 setiap sahamnya

2.1.5.3 Resiko dalam berinvestasi saham

Di dalam berinvestasi saham, kerugian bisa dialami oleh para investor antara lain:

a. Tidak mendapat deviden

Perusahaan akan membagikan deviden jika operasi perusahaan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan deviden jika perusahan tersebut mengalami kerugian. Dengan demikian potensi keuntungan pemodal untuk mendapatkan deviden ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.

b. Capital Loss

Merupakan kebalikan dari capital gain, dimana suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT. ABC yang dibeli harga Rp.4000,- per saham, kemudian harga saham terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp.1500,- per saham. Karena tidak ingin mengalami kerugian lebih besar akibat harga saham tersebut terus menurun, investor menjual pada harga Rp.1500,- per lembar sehingga investor mengalami kerugian sebesar Rp.500,- per saham.

c. Perusahaan bangkrut dan dilikuidasi

Jika suatu perusahaan, maka tentu saja akan berdampak secara langsung kepada pemegang saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan


(34)

saham di bursa efek. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan mendapatkan posisi lebih rendah dibandingkan kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa baru akan dibagikan kepada pemegang saham.

d. Saham di delist dari bursa (delisting)

Resiko lain yang dihadapi oleh para investor adalah jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan bursa efek (delist). Suatu saham perusahaan di delist di bursa umumnya karena kinerja perusahaan di delist di bursa umumnya karena kinerja perusahaan yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan deviden secara berturut-turut selama beberapa tahun dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan di bursa. Adapula perusahaan yang di delist keluar dari bursa dengan tujuan Go Private, perusahan yang melakukan Go Private tidak merugikan investor karena perusahaan penerbit saham tersebut melakukan Buy Back terhadap saham yg diterbitkan.

e. Saham di Suspend

Jika suatu saham di suspend atau diberhentikan perdagangannya oleh otoritas bursa efek. Dengan demikian pemodal tidak dapat menjual sahamnya hingga saham yang di suspend tersebut dicabut dari status suspend. Suspend biasanya berlangsung dalam waktu singkat misalnya dalam 1 sesi perdagangan, 1 hari perdagangan namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal yang menyebabkan saham di suspend yaitu suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh


(35)

kreditornya, atau berbagai kondisi lainnya yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan sementara perdagangan saham tersebut untuk kemudian diminta konfirmasi lainnya. Sedemikian hingga informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi, jika setelah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka status suspend atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan lagi seperti semula.

2.1.5.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Menurut Weston dan Brigham (2001: 26), faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah:

a. Laba per lembar saham (Earning Per Share)

Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.

b. Tingkat Bunga

Tingkat bunga mempengaruhi harga saham dengan cara :

• Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi,

apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apabila tingkat bunga mengalami penurunan.

• Mempengaruhi laba perusahaaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya,


(36)

Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan.

c. Jumlah Kas Deviden yang diberikan

Kebijakan pembagian deviden dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, makapeningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas deviden yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik.

d. Jumlah Laba yang didapat perusahaan

Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan.

e. Tingkat Resiko dan Pengembalian

Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima.

2.1.6 Rasio Profitabilitas

Merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas manajemen dalam


(37)

melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Syafri, 2008:304).

Dari sini permasalahannya menyangkut efektivitas manajemen dalam menggunakan total aktiva maupun aktiva bersih seperti yang tercatat dalam neraca untuk menghasilkan laba. Efektifitas dinilai dengan menghubungkan laba bersih terhadap aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba. Bentuk paling mudah dari analisis profitabilitas adalah menghubungkan laba bersih (pendapatan bersih) yang dilaporkan terhadap total aktiva di neraca (Return on Asset)

Jenis-jenis rasio yang termasuk rasio profitabilitas antara lain: a. Gross Profit Margin

Merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan penjualan. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales. Demikian pula sebaliknya,semakin rendah gross profit margin maka semakin kurang baik operasi perusahaan (Syamsuddin,2009:61).

Gross profit margin di hitung dengan formula:

Gross Profit Margin = Penjualan – Harga Pokok Penjualan Penjualan


(38)

b. Net Profit Margin

Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net Profit margin maka semakin baik operasi suatu perusahaan. Net profit margin dihitung dengan rumus:

Rentabilitas Ekonomi = Laba bersih sebelum pajak Total Aktiva

c. Basic Earning Power(Rentabilitas Ekonomi)

Merupakan perbandingan laba sebelum pajak terhadap total asset. Jadi Basic Earning Power mengindikasikan seberapa besar kemampuan aset yang dimiliki untuk menghasilkan tingkat pengembalian atau pendapatan atau dengan kata lain Basic Earning Power menunjukkan kemampuan total aset dalam menghasilkan laba.

Basic Earning Power dihitung dengan rumus:

Basic Earning Power = Laba Bersih Sebelum Pajak Total Aktiva

d. Return On Assets (ROA)

Merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis.

Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Laba bersih setelah pajak adalah laba bersih


(39)

setelah pajak yang dihasilkan perusahaan, dimana data yang digunakan adalah data yang tercantum di dalam laporan keuangan yang di publikasikan. ROA adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif juga atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba. Adapun rumus untuk mencari ROA adalah sebagai berikut:

Return On Asset = Laba setelah pajak X 100% Total Aktiva

e. Return On Equity (ROE)

Merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun saham preferen) atas modal mereka diinvestasikan di dalam perusahaan. Secara umum tentu sama semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan. Hal ini berpengaruh dalam meningkatkan daya tarik investor terhadap perusahaan. Peningkatan daya tarik ini menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati investor, karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak bahwa return saham dari perusahaan tersebut di pasar modal juga akan semakin meningkat. Dengan kata lain, ROE berpengaruh terhadap Return Saham perusahaan.


(40)

Adapun rumus untuk mencari ROE adalah sebagai berikut:

Return On Equity = Laba Bersih x100% Total Equity

f. Earning Per Share (EPS)

EPS merupakan alat analisis tingkat profitabilitas perusahaan yang menggunakan konsep laba. EPS adalah informasi yang penting bagi investor untuk mengetahui keuntungan dari saham. EPS merupakan perbandingan antara keuntungan

yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham yang beredar. EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata-rata saham biasa yang beredar.

Menurut Gitman, EPS dapat diperoleh dengan rumus:

EPS = Laba Operasi – Deviden saham prioritas Rata – rata saham biasa yang beredar

2.1.7 Economic Value Added

Economic Value Added merupakan suatu konsep penilaian kerja keuangan perusahaan yang dikembangkan oleh Stern Stewart & Co, sebuah perusahaan konsultan manajemen keuangan di Amerika Serikat. Economic Value Added


(41)

adalah kriteria untuk mengukur kinerja dengan cara menunjukkan keuntungan yang tersisa setelah dikurangi biaya modal (Anvari et al, 2005).

Economic Value Added sendiri dapat didefenisikan sebagai keuntungan operasional setelah pajak (NOPAT) dikurangi biaya modal dari investasi atau modal yang digunakan. NOPAT merupakan laba operasi perusahaan setelah pajak dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasi berjalan. EVA berusaha mengukur nilai tambah yang dihasilkan perusahaan dengan memperlihatkan biaya modal yang meningkat, karena biaya modal menggambarkan resiko perusahaan. Metode EVA akan sesuai dengan kepentingan para investor. Oleh karenanya, jika manager berfokus pada EVA, hal ini akan dapat membantu memastikan bahwa mereka telah menjalankan operasi dengan cara yang konsisten dengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham.

EVA dianggap sebagai kriteria kinerja yang sederhana dan sebagai gambaran nyata penciptaan kekayaan bagi pemegang saham membantu manager membuat keputusan investasi dan mengidentifikasi peluang untuk memperbaiki serta mempertimbangkan keuntungan jangka pendek seperti sumber daya jangka panjang. Dengan kata lain, EVA merupakan kriteria efektif pada kualitas kebijakan manajerial dan merupakan indeks yang dapat diandalkan mengenai cara pertumbuhan nilai dalam perusahaan.


(42)

2.1.5.1 Manfaat EVA

EVA sangat bermanfaat bagi penilai kinerja perusahaan dimana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai. Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA, para manajer akan berpikir dan juga bertindak seperti halnya pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.

EVA terdiri dari dua prinsip utama dalam pengambilan keputusan manajer, yaitu:

a. Tujuan utama keuangan dari setiap perusahaan harus memaksimalkan kekayaan pemegang saham dan nilai.

b. Nilai dari masing-masing perusahaan tergantung pada fakta bahwa keuntungan masa depan yang diharapkan kurang dari biaya modal.

2.1.5.2 Tolak Ukur EVA

Konsep Economic Value Added (EVA) megukur nilai tambah dengan cara mengurangi biaya modal (cost of capital) yang timbul akibat investasi yang dilakukan oleh perusahaan. EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian melebihi tingkat modalnya. Hal ini sejalan dengan tujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Sebaliknya EVA yang negative


(43)

menunjukkan bahwa nilai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah dari biaya modal (Utama, 1997)

Tolak ukur analisi EVA menurut Wijayanto (1993) dapat dinyatakan sebagai berikut:

a. EVA > 0 (positif).

Jika EVA > 0 maka telah terjadi penambahan nilai ekonomis ke dalam perusahaan setelah perusahaan membayar semua kewajiban pada para penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektasinya

b. EVA = 0 (impas)

Maka secara ekonomis perusahaan dalam keadaan impas karena semua laba yang ada digunakan untuk membayar kewajiban pemegang saham (tidak mampu menutup nilai perusahaan)

c. EVA < 0 (negatif)

Perusahaan tidak mampu membayarkan kewajiban kepada para penyandang dana atau kreditur sebagaimana nilai yang diharapkan ekspektasi return saham tidak dapat tercapai.

2.1.5.3 Keunggulan dan Kelemahan EVA

EVA memiliki beberapa keunggulan antara lain:

a. EVA memiliki hubungan yang saling berkaitan dengan Net Present Value (NPV).

b. EVA membangtu manajer senior dari perusahaan lebih responsive terhadap indeks yang sangat dikontrol oleh mereka.


(44)

d. EVA merupakan indeks yang tepat untuk menentukan reward manager. e. Adanya hubungan antara EVA dan pasar perusahaan.

f. EVA sebagai indeks kinerja ekonomi kompatibel dengna indeks lain seperti nilai tambah kas investasi, nilai pemegang saham dan arus kas output pada investasi.

g. EVA menunjukkan bahwa nilai perusahaan tergantung langsung pada kinerja manajemen.

h. EVA bisa menjadi dasar untuk menentukan tujuan investasi dalam proyek-proyek.

i. EVA tidak banyak mengalami defenisi akuntansi sebagai indeks untuk mengukur penilaian kinerja.

Walaupun EVA memiliki beberapa keunggulan, namun EVA juga memiliki beberapa kelemahan,antara lain:

a. Sulit untuk menghitung EVA termasuk tingkat pengembalian dan tingkat biaya modal.

b. EVA biasanya dihitung berdasarkan angka historis.

c. Analisis nilai tambah terkadang tidak praktis, misalnya perusahan-perusahaan yang telah dibentuk baru-baru ini atau perusahaan investasi.

2.1.5.4 Langkah-langkah Dalam Menentukan EVA

Ada beberapa langkah dalam menentukan EVA menurut Brigham & Houston (2006 : 69) ,yakni:

a. Menghitung laba bersih setelah pajak ( Net Operating Profit After Tax / NOPAT)


(45)

Menurut Bringham dan Houston (2006 : 64), laba bersih tidaklah selalu mencerminkan kinerja yang sebenarnya dari operasi sebuah perusahaan atau keefektifan dari para manager operasi dan karyawannya. Ukuran yang lebih baik untuk membandingkan kinerja diantara para manajer adalah laba operasi bersih setelah pajak, yang merupakan jumlah laba yang dilakukan oleh perusahaan jika tidak memiliki utang dan aktiva non operasi

.NOPAT atau laba bersih setelah pajak ini dapat dihitung dengan rumus:

NOPAT = EBIT (1- Tax)

Keterangan :

EBIT : Earning Before Interest and Tax atau laba sebelum bunga dan pajak

Tax : Tarif pajak

b. Menghitung Invested Capital

Invested capital adalah penjabaran dari modal, sebagai modal yang diinvestasikan yakni seluruh keuangan perusahaan yang sudah terlepas dari kewajiban jangka pendek yang tidak menanggung bunga. Total kewajiban dan ekuitas menunjukkan beberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang. Pinjaman jangka pendek tanpa bunga merupakan pinjaman yang digunakan perusahaan yang pelunasannya maupun pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancer yang dimiliki perusahaan, dan atas pinjaman itu tidak dikenai bunga, seperti hutang usaha/kewajiban segera,hutang pajak, biaya yang masih harus dibayar, dan lain-lain.


(46)

Invested Capital = Total Kewajiban & Ekuitas – Kewajiban Jangka Pendek.

c. Menghitung WACC (Weighted Average Cost of Capital)

Weighted Average Cost of Capital (WACC) merupakan rata-rata tertimbang biaya hutang dan biaya modal sendiri, menggambarkan tingkat pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan required rate of return(tingkat pengembalian yang diharapkan) oleh investor, yaitu kreditor dan pemegang saham. Dengan demikian di dalam perhitungannya akan mencakup perhitungan masing-masing komponennya, yaitu cost of debt ( biaya hutang) dan

cost of equity ( biaya modal sendiri) serta proporsi masing-masing di dalam struktur modal perusahaan.

Untuk menghitung biaya modal kita menggunakan WACC, yaitu rata-rata tertimbang dari seluruh komponen modal. Komponen modal yang sering dipakai adalah: saham biasa, saham preferen, utang, dan laba ditahan. Seluruh komponen modal (capital components) mempunyai satu kesamaan, yaitu investor yang menyediakan dana berharap untuk mendapatkan return dari investasi mereka.

Di dalam perhitungan biaya modal tertimbang ini yang dipakai adalah modal yang tertanam dalam jangka panjang dalam perusahaan.

Adapun rumus untuk mencari WACC adalah:

WACC = {(D x rd) (1 - Tax) + (E x re)} Keterangan:


(47)

Rd : Biaya hutang

E : Tingkat modal dan ekuitas Re : Biaya ekuitas

Tax : Beban pajak

Dimana:

Tingkat Modal (D) = Total Kewajiban x 100% Total Kewajiban dan Ekuitas

Cost of Debt (rd) = Beban Bunga x 100% Total Kewajiban

Tingkat Modal dan Ekuitas (E) = Total Ekuitas x100% Total Kewajiban dan Ekuitas

Cost of Equity (re) = Laba Bersih setelah Pajak x100% Total Ekuitas

d. Menghitung Capital Charges

Capital charges merupakan biaya modal yang memperhitungkan biaya kewajiban yang harus dibayarkan kepada keditor, serta biaya ekuitas yang seharusnya dibayarkan kepada para pemegang saham.

Capital Charges = WACC x Invested Capital

e. Menghitung EVA

Eva diukur dengan rumus:


(48)

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu

Penelitian mengenai return saham telah pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Wibowo (2005), yang meneliti tentang pengaruh Economic Value Added dan Profitabilitas Perusahaan terhadap Return pemegang saham. Hasil dari penelitiannya memberikan bukti empiris bahwa Economic Value Added, ROA, ROE, tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.

Firdha (2010), yang meneliti tentang pengaruh ROA, EPS, dan EVA terhadap harga saham pada perusahaan industri telekomunikasi. Hasil dari penelitiannya ditemukan bahwa hasil pengujian secara parsial dimana ROA dan EVA tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

Jhonatan (2011), yang meneliti tentang pengaruh EVA, MVA, dan rasio Prifitabilitas terhadap return saham pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Hasil penelitiannya ditemukan bahwa hasil pengujian hipotesis dimana EVA tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham dan memiliki arah pengaruh negatif, sedangkan MVA, ROA, dan ROE tidak mempunyai pengaruh yang signnifikan terhadap return saham dan memiliki arah pengaruh yang positif.


(49)

Berikut adalah review Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1.

Review Penelitian Terdahulu ( Theoretical Mapping)

No Nama Peneliti & Tahun penelitian

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

1. Lucky Bani Wibowo (2005)

“ Pengaruh Economic Value Added dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Return Pemegang Saham”. Variabel Independen : Economic Value Added (EVA), Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE). Variabel Dependen : Return Saham EVA, ROA, dan ROE tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham

2. Firdha Nur Aisya (2010)

“Pengaruh Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), dan Economic Value Added (EVA) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Industri

Telekomunikasi”

Variabel Independen: Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), dan Economic Value Added (EVA). Variabel Dependen:. Harga Saham

ROA dan EVA tidak

berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.


(50)

Lanjutan Tabel 2.1.

Review Penelitian Terdahulu ( Theoretical Mapping)

No Nama Peneliti & Tahun penelitian

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

3. Jhonatan Hasioholan (2011)

“Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Rasio Profitabilitas

Perusahaan Terhadap Return Saham Perusahaan yang Terdaftar Di BEI.

Variabel Independen: Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE). Variabel Dependen: Return Saham. EVA tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham dan memiliki arah pengaruh negatif, sedangkan MVA, ROA, dan ROE tidak mempunyai pengaruh yang signnifikan terhadap return saham dan memiliki arah pengaruh yang positif.

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

2.3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teoritis yang telah diuraikan di awal maka penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2.


(51)

Return On Equity (ROE) H1

(X1)

Earning Per Share (EPS) H2 Return

(X2) Saham

(Y) Economic Value Added H3

(X3)

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

2.3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

H1 : Return on Equity (ROE) bepengaruh secara signifikan terhadap harga saham. H2 : Earning Per Share(EPS) bepengaruh secara signifikan terhadap harga saham. H3 : Economic Value Added (EVA) bepengaruh secara signifikan terhadap harga


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kausal. Menurut Sugiyono (2007 : 30) desain kausal adalah penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen

( variabel yang dipengaruhi). Penelitian ini menguji pengaruh rasio Profitabilitas

( ROE dan EPS) dan Economic Value Added terhadap harga saham perusahaan.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia yang berlokasi di Jakarta. Ditetapkannya Bursa Efek Indonesia sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan bahwa BEI merupakan pusat penjualan saham perusahaan yang go public di Indonesia. Adapun waktu untuk melakukan penelitian adalah Tahun 2007 – 2012.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2007:72). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar (listing) di BEI


(53)

tahun 2007 - 2012. Selama tahun 2007 – 2012 perusahaan yang terdaftar di BEI terdapat 131 perusahaan manufaktur aneka industri. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 30 ( tiga puluh) perusahaan manufaktur aneka sektor industri. Sampel penelitian ini ditentukan berdasarkan metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,2007 : 71)

Adapun kriteria – kriteria sampel yang telah ditentukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Data yang digunakan merupakan data dari perusahaan yang tercatat dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dan menerbitkan laporan keuangna yang telah diaudit pada periode tahun 2007 – 2012.

b. Perusahaan tersebut memiliki laba positif dan membagikan deviden setiap tahunnya selama periode penelitian ini yakni pada tahun 2007 – 2012. c. Perusahaan memiliki data – data yang diperlukan dalam penelitian ini.

Tabel 3.1

Perusahaan yang menjadi sampel penelitian

No Kode Nama Perusahaan

1 AKRA PT AKR Corporindo Tbk

2 ALMI PT Alumindo Light Metal Industry Tbk 3 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk

4 AUTO PT Astra Otoparts Tbk

5 ASII PT Astra International Tbk

6 BRNA PT Berlina Tbk

7 CLPI PT Colorpak Indonesia Tbk 8 CPIN PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk

9 CTBN PT Citra Tubindo Tbk


(54)

Lanjutan Tabel 3.1

Perusahaan yang menjadi sampel penelitian

No Kode Nama Perusahaan

11 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk 12 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk

13 GGRM PT Gudang Garam Tbk

14 HEXA PT Hexindo Adiperkasa Tbk 15 IMAS PT Indomobil Sukses Internasional Tbk

16 INAF PT Indofarma Tbk

17 INDS PT Indospring Tbk

18 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 19 JPFA PT JAPFA Comfeed Indonesia Tbk 20 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk

21 KLBF PT Kalbe Farma Tbk

22 MERC PT Merck Tbk

23 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk

24 PYFA PT Pyridam Farma Tbk

25 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk 26 SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk 27 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk 28 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 29 UNTR PT United Tractors Tbk 30 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk

3.4. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder adalah jenis data yang diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian lapangannya, baik berupa data kualitatif maupun data kuantitatif (Teguh, 2005 : 121). Data yang diperoleh adalah kombinasi antara data time series dengan data cross section (Pooled Data).

Data time series merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang di dapat dalam beberapa interval waktu tertentu misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, atau tahunan. Sedangkan data cross section merupakan sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu dalam suatu kurun waktu (Umar, 2003 :70).


(55)

3.5. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cross section,time series,dan studi dokumentasi. Studi dokumentasi yaitu dengan mempelajari, mengklasifikasikan, dan menganalisis data sekunder yang terkait dengan lingkup penelitian. Data tersebut diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 – 2012. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari media internet dengan cara mengunduh melalui situs keuangan yang dibutuhkan dalam penelitian.

3.6. Variabel Penelitian

Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah Ratio Profitabilitas ( Return on Equity dan Earning Per Share) dan Economic Value Added, sedangkan variabel dependen (Y) adalah Harga Saham.

3.7. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran untuk masing – masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Independen (X)

a. Return on Equity (X1) adalah Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan kontribusi pemilik dan/atau seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber – sumber lain untuk kepentingan pemilik. Skala pengukurannya adalah rasio.


(56)

b. Earning Per Share (X2) adalah Rasio yang menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham dalam menghasilkan laba

c. Economic Value Added (X3) adalah laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT) selama satu tahun buku dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh modal (capital charge) yang didasarkan atas WACC dan dikalikan dengan invested capital. Skala pengukurannya adalah skala rasio.

2. Variabel Dependen (Y).

a. Harga Saham (Y) adalah harga pasar pada waktu penutupan (closing price) aktivitas di Bursa Efek Indonesia. Harga saham yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rata-rata harga saham 2 (dua) bulan setelah publikasi laporan keuangan pada masing-masing periode pengamatan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.

Tabel 3.2 – Operasional Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala Return on Equity

(X1)

Dihitung dengan

membagi laba bersih

dengan modal ekuitas

pemegang saham

( Laba bersih / modal

ekuitas pemegang

saham) x 100%

Ratio

Earning Per Share

(X2)

Dihitung dengan

laba bersih yang

dikurangi deviden

saham preferen

dibagi jumlah saham

yang beredar

[(Laba bersih setelah

pajak – deviden

saham preferen)/

jumlah saham biasa

yang beredar] x

100%


(57)

Lanjutan Tabel 3.2 – Operasional Variabel

Economic Value

Added (X3)

Laba operasi setelah

pajak dikurangi

biaya modal

NOPAD – ( Invested

capital x WACC)

Ratio

Harga Saham (Y) Harga yang

menunjukkan harga

pasar saham

Harga pasar saham

berdasarkan harga

penutupan rata – rata

selama dua bulan

setelah

dipublikasikan

laporan keuangan

yang telah diaudit.

Rasio

3.8 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah model analisis regresi berganda,analisi uji-F dan uji t menggunakan software EViews (Econometric Views). Peneliti melakukan terlebih dahulu uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.

1. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah masing – masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian menggunakan Jarque – Bera Test (J-B test). Uji Jarque – Bera Test (J-B test) menggunakan hasil estimasi residual dan chi square probability distribution


(58)

Menurut Widarjono (2013 : 50), dasar pengambilan keputusan dapat dilakukan berdasarkan probabilitas (asymptotic significance), yaitu:

• Jika probabilitas > 0,05 maka data berdistribusi normal.

• Jika probabilitas < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model uji regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Multikolinearitas adalah adanya hubungan yang kuat antar variabel independen dalam persamaan regresi. Adanya Multikolinearitas akan mengakibatkan ketidaktepatan estimasi, sehingga mengarahkan kesimpulan yang menerima hipotesis nol. Hal ini menyebabkan koefisien dan standar deviasi sangat sensitif terhadap perubahan harga (Gujarati, 1995). Selain itu akibat terjadinya multikolinearitas adalah :

• Koefisien regresi tidak dapat ditaksir.

• Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak berharga.

• Koefisien regresi setiap variabel bebas secara sistematis tidak signifikan

sehingga tidak diketahui variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen

• Tanda koefisien regresi akan berlawanan dengan yang diramalkan secara

teoritis.

• Jika salah satu variabel bebas dihilangkan dari model regresi yang ditaksir, ini

dapat menyebabkan koefisien regresi variabel bebas yang masih ada mempunyai koefisien regresi yang signifikan secara statistik.


(59)

Menurut Widarjono ( 2013 : 104), untuk menguji ada tidaknya gejala multikolinearitas digunakan nilai koefisien determinasi. Jika nilai koefisien determinasi dibawah 0,8 maka tidak terjadi multikolinearitas dan sebaliknya, jika nilai koefisien determinasi diatas 0,8 maka terdapat gejala multikolinearitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi atau kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya, hal ini sering ditemukan pada time series. Pada data crossection, masalah autokorelasi relatif tidak terjadi.

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

• Bila nilai Durbin-Watson (DW) terletak antara batas atas atau Upper Bound

(DU) da 4-DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol berarti tidak ada autokorelasi.

• Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau Lower Bound (DL),

maka koefisien autokorelasi lebih besar dari pada nol, berarti ada autokorelasi positip.

• Bila nilai DW lebih besar dari pada (4-DL), maka koefisien autokorelasi lebih

kecil dari pada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

• Bila nilai DW terletak diantara batas atas (DU) dan batas bawah (DL) atau

DW terletak antara (4-DU) dan (4-DL), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.


(60)

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedasitas dan jika berbeda disebut heterokedasitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedasitas atau tidak terjadi heteroskedasitas.

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedasitas, menurut Widarjono (2013:115) dapat dideteksi dengan melihat pola residual melalui sebuah grafik. Jika residual mempunyai varian yang sama (homoskedasitas) maka kita tidak mempunyai pola yang pasti dari residual. Sebaliknya jika residual mempunyai sifat heteroskedastisitas, residual ini akan menunjukkan pola yang tertentu

Selain dengan melihat grafik histogram, heteroskedasitas dapat juga dideteksi dengan melakukan uji white heteroscedasticity . Uji white dilakukan dengan meregresikan residual kuadrat sebagai variabel dependen dengan variabel dependen ditambah dengan kuadrat variabel independen, kemudian ditambahkan lagi dengan perkalian dua variabel independen . Jika variabel independen signfikan secara statistik terhadap variabel dependen (signifikansi <0,05), maka ada indikasi terjadi Heteroskedastisitas. Jika variabel independen tidak signifikan secara statistik terhadap variabel dependen (siginifikansi > 0,05) maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.


(61)

2. Pengujian Model Regresi

2.1.Uji F (Pengujian secara simultan)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh yang sama terhadap variabel dependen dengan membandingkan antara nilai kritis F tabel dengan F hitung. Jika F hitung < F tabel maka Ho tidak dapat ditolak, yang berarti variabel independen tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai variabel dependen. Sedangkan jika F hitung > F tabel , maka Ho ditolak dan menerima Ha, ini berarti semua variabel independen berpengaruh terhadap nilai variabel dependen. Nilai F dapat dihitung dengan rumus:

F= 2/k

(1−2)/(n−k−1)

Dimana:

R2 = Koefisien Determinasi Gabungan k = Jumlah Variabel Independen n = Jumlah anggota sampel.

Hipotesis juga akan didukung bila signifikansi kurang dari 5 %, ini berarti terdapat pengaruh signifikan antara variabel X dan variabel dependen (Y). Uji yang akan dilakukan penulis adalah uji dua pihak. Karena untuk mengetahui apakah ketiga variabel independen berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

2.2. Uji – t (Pengujian secara parsial)

Model penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda. Model regresi linier berganda adalah model regresi yang memiliki lebih dari satu variabel


(62)

independen. Model regresi linier berganda dikatakan model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi- asumsi klasik statistik baik multikolinieritas, autokorelasi dan heterokedastisitas (Lubis, 2007: 45).

Persamaan regresi linier berganda yaitu:

Y = α + β1X1 + β 2X2 + β 3X3 + e

Ket :

Y = Harga Saham

X1 = ROE

X2 = EPS

X3 = EVA

β1 β 2 β 3 = Koefisien regresi

α = Konstanta

e = error

Penelitian ini menggunakan uji statistik t. Menurut Ghozali (2005 : 84) “uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/ independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen”. Uji-t dilakukan untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh masing – masing variabel bebas terhadap variabel terikat, atau dengan kata lain untuk menguji pengaruh variabel independen dan variabel dependen secara parsial.

� = �√� − �

√� − ��

Dimana:


(63)

r2 = Koefisien determinasi t = Nilai t hitung

n- 2 = Derajat kebebasan distribusi student

Hipotesis yang akan diuji adalah :

Ho = tidak semua variabel independen berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen.

Ha = semua variabel independen berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen

.

Uji ini dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel dengan ketentuan :

Jika t-hitung< t-tabel,maka H0diterima dan Ha ditolak. Jika t-hitung>t-tabel,maka H 0 ditolak dan Ha diterima.


(64)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan dengan melewati berbagai tahapan penelitian yang dipersyaratkan untuk menghasilkan penelitian ilmiah yang baik sesuai yang telah direncanakan dalam proposal penelitian. Statistik deskriptif akan memberikan gambaran umum berbagai variabel yang digunakan di dalam penelitian. Penelitian ini terlebih dahulu melakukan pengujian terhadap kualitas data yang digunakan melalui uji asumsi klasik. Pengujian ini digunakan untuk menjamin terpenuhinya asumsi data yang diperlukan dalam melakukan pengujian terhadap model regresi berganda. Pengujian berikutnyha yang dilakukan sebelum melakukan pengujian hipotesa adalah pengujian model berdasarkan berbagai asumsi yang diperlukan sebuah model regresi berganda. Pengujian hipotesa adalah pengujian terakhir dengan melakukan rehresi antara variabel dalam penelitian.

4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statisitik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata – rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemenangan distribusi). Berikut tabel 4.1 dari analisis statistik deskriptif.


(65)

.Tabel 4.1

Analisis Statistik Deskriptif Tahun 2007 - 2012

ROE EPS EVA HARGA_SAHAM

Mean 67.07778 69.76111 2.08E+10 1839.536

Median 69.5 69.5 10938687 1155

Maximum 139 136 3.47E+11 9800

Minimum 1 1 -5.34E+10 100

Std. Dev. 38.82211 40.5051 6.28E+10 1853.651

Skewness 0.082878 0.0066 3.723059 2.042495

Kurtosis 1.875897 1.695988 17.08002 7.384319

Jarque-Bera 9.683114 12.75466 1902.686 269.3205

Probability 0.007895 0.0017 0 0

Sum 12074 12557 3.75E+12 331116.5

Sum Sq.

Dev. 269780.9 293678.7 7.07E+23 6.15E+08

Observations 180 180 180 180

(Sumber : Output Eviews7, Diolah Penulis 2014)

Berdasarkan Tabel 4.1, dari 30 perusahaan yang menjadi sampel perusahaan dari tahun 2007 – 2012, nilai rata – rata harga saham adalah 1839.536 dengan nilai minimal 100 dan nilai maksimal 9800. Variabel EPS memiliki nilai rata – rata 69,76111 dengan nilai minimal 1 dan maksimal 136. Variabel EVA memiliki rata – rata 2.08E+10 dengan nilai minimal -5.34E+10 dan maksimal 3.47E+11. Variabel ROE adalah 67,07778 dengan nilai minimal 1 dan maksimal 139.


(66)

4.1.2 Uji Asumsi Klasik

4.1.2.1 Uji Normalitas

Untuk mendeteksi apakah residualnya berdistribusi normal atau tidak dengan membandingkan nilai Jarque Bera (JB) dengan X2tabel, yaitu :

1. Jika nilai JB > X2tabel, maka residualnya tidak berdistribusi normal. 2. Jika nilai JB < X2tabel, maka residualnya tidak berdistribusi normal.

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas

Dari hasil output Eviews 7 diatas maka diperoleh nilai Jarque Bera (J-B) sebesar 264,2106 , maka nilai JB > X2tabel sebesar 5,99 sehingga dapat disimpulkan bahwa residual tidak berdistribusi secara normal.

0 5 10 15 20 25 30

-2000 -1000 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

Series: Residuals Sample 1 180 Observations 180

Mean 1.64e-14

Median -513.5849

Maximum 7487.233

Minimum -2173.046

Std. Dev. 1817.930

Skewness 2.010439

Kurtosis 7.365847

Jarque-Bera 264.2106


(67)

4.1.2.2 Uji Multikolinearitas

Jika koefisien korelasi diantara masing – masing variabel bebas lebih besar dari 80% atau 0.8 , maka tidak terjadi multikolinearitas.

Tabel 4.2

Hasil Uji Multikolinearitas

ROE EPS EVA

ROE 1.000000 0.029538 -0.055907

EPS 0.029538 1.000000 0.132486

EVA -0.055907 0.132486 1.000000

(Sumber : Output Eviews 7, Diolah Penulis 2014)

Dari hasil output diatas, dapat diketahui bahwa tidak ada masalah multikolinearitas dalam persamaan regresi berganda. Hal ini dikarenakan nilai matriks korelasi (correlation matrix) dari semua variabel adalah kurang dari 0,8.

4.1.2.3 Uji Autokorelasi

Untuk mendeteksi adanya autokorelasi, maka harus dilakukakan dengan menggunakan uji Durbin Watson(DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika Nilai D – W dibawah -2 , maka terjadi autokorelasi Positif.

2. Jika Nilai D – W berada diantara -2 sampai +2 , maka tidak terjadi autokorelasi.


(1)

Hasil Uji Normalitas

(Sumber : Output Eviews7, Diolah Penulis 2014)

Hasil Uji Multikolinearitas

ROE

EPS

EVA

ROE

1.000000

0.029538

-0.055907

EPS

0.029538

1.000000

0.132486

EVA

-0.055907

0.132486

1.000000

(Sumber : Output Eviews 7, Diolah Penulis 2014)

0 5 10 15 20 25 30

-2000 -1000 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

Series: Residuals Sample 1 180 Observations 180 Mean 1.64e-14 Median -513.5849 Maximum 7487.233 Minimum -2173.046 Std. Dev. 1817.930 Skewness 2.010439 Kurtosis 7.365847 Jarque-Bera 264.2106 Probability 0.000000


(2)

Hasil Uji Autokorelasi

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 01/20/15 Time: 19:01 Sample: 1 180

Included observations: 180

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

ROE -0.301785 3.308225 -0.091223 0.9274

EPS 2.465597 3.238971 0.761229 0.4476

EVA 4.62E-10 2.05E-09 0.225688 0.8217

C -162.1056 339.6688 -0.477246 0.6338

RESID(-1) 0.356453 0.075806 4.702175 0.0000 RESID(-2) 0.076085 0.077642 0.979947 0.3285

R-squared 0.149787 Mean dependent var 3.01E-13 Adjusted R-squared 0.125356 S.D. dependent var 1817.930 S.E. of regression 1700.172 Akaike info criterion 17.74761 Sum squared resid 5.03E+08 Schwarz criterion 17.85404 Log likelihood -1591.285 Hannan-Quinn criter. 17.79076 F-statistic 6.130932 Durbin-Watson stat 1.991361 Prob(F-statistic) 0.000029


(3)

Hasil Uji Heteroskedasitas

(Sumber : Output Eviews 7, Diolah Penulis 2014) -4,000

-2,000 0 2,000 4,000 6,000 8,000

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000

25 50 75 100 125 150 175


(4)

Uji White Heteroskedasitas

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 0.840245 Prob. F(3,176) 0.4735

Obs*R-squared 2.541621 Prob. Chi-Square(3) 0.4678 Scaled explained SS 7.734234 Prob. Chi-Square(3) 0.0518

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares

Date: 01/20/15 Time: 21:06 Sample: 1 180

Included observations: 180

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1400501. 1624986. 0.861854 0.3899

ROE 11658.41 16066.88 0.725618 0.4690

EPS 18329.08 15511.96 1.181610 0.2390

EVA -8.38E-06 1.00E-05 -0.837249 0.4036

R-squared 0.014120 Mean dependent var 3286508. Adjusted R-squared -0.002685 S.D. dependent var 8315195. S.E. of regression 8326350. Akaike info criterion 34.72972 Sum squared resid 1.22E+16 Schwarz criterion 34.80067 Log likelihood -3121.675 Hannan-Quinn criter. 34.75849 F-statistic 0.840245 Durbin-Watson stat 1.457280 Prob(F-statistic) 0.473498


(5)

Hasil Analisis Regresi

Dependent Variable: HARGA_SAHAM

Method: Least Squares Date: 01/20/15 Time: 21:39 Sample: 1 180

Included observations: 180

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

ROE 6.150978 3.537726 1.738681 0.0838

EPS 6.390485 3.415538 1.871004 0.0630

EVA -1.33E-09 2.20E-09 -0.603023 0.5473

C 1008.836 357.8016 2.819539 0.0054

R-squared 0.038170 Mean dependent var 1839.536

Adjusted R-squared 0.021775 S.D. dependent var 1853.651

S.E. of regression 1833.358 Akaike info criterion 17.88766

Sum squared resid 5.92E+08 Schwarz criterion 17.95861

Log likelihood -1605.889 Hannan-Quinn criter. 17.91643

F-statistic 2.328180 Durbin-Watson stat 1.241487

Prob(F-statistic) 0.076197

(Sumber: Output Eviews 7, Diolah Penulis 2014)

Hasil Uji F

Dependent Variable: HARGA_SAHAM Method: Least Squares

Date: 01/20/15 Time: 21:39 Sample: 1 180

Included observations: 180

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

ROE 6.150978 3.537726 1.738681 0.0838

EPS 6.390485 3.415538 1.871004 0.0630

EVA -1.33E-09 2.20E-09 -0.603023 0.5473

C 1008.836 357.8016 2.819539 0.0054

R-squared 0.038170 Mean dependent var 1839.536

Adjusted R-squared 0.021775 S.D. dependent var 1853.651 S.E. of regression 1833.358 Akaike info criterion 17.88766 Sum squared resid 5.92E+08 Schwarz criterion 17.95861 Log likelihood -1605.889 Hannan-Quinn criter. 17.91643 F-statistic 2.328180 Durbin-Watson stat 1.241487 Prob(F-statistic) 0.076197


(6)

Hasil Uji t

Dependent Variable: HARGA_SAHAM Method: Least Squares

Date: 01/20/15 Time: 21:39 Sample: 1 180

Included observations: 180

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

ROE 6.150978 3.537726 1.738681 0.0838

EPS 6.390485 3.415538 1.871004 0.0630

EVA -1.33E-09 2.20E-09 -0.603023 0.5473

C 1008.836 357.8016 2.819539 0.0054

R-squared 0.038170 Mean dependent var 1839.536

Adjusted R-squared 0.021775 S.D. dependent var 1853.651 S.E. of regression 1833.358 Akaike info criterion 17.88766 Sum squared resid 5.92E+08 Schwarz criterion 17.95861 Log likelihood -1605.889 Hannan-Quinn criter. 17.91643 F-statistic 2.328180 Durbin-Watson stat 1.241487 Prob(F-statistic) 0.076197


Dokumen yang terkait

Pengaruh Economic Value Added dan Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 67 80

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED DAN MARKET VALUE ADDED TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005-2009

0 2 77

Pengaruh Market Value Added, Price Earning Ratio, dan Economic Value Added terhadap Return Saham pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014

2 13 84

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN RASIO-RASIO PROFITABILITAS TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

7 20 27

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, MARKET VALUE ADDED DAN RASIO PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI (2003-2005).

0 0 9

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA), MARKET VALUE ADDED (MVA) DAN RETURN ON ASSET (ROA) TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007-2011.

0 0 15

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED DAN MARKET VALUE ADDED TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

4 7 125

Pengaruh Profitability Ratio dan Economic Value Added Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007 – 2012

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Pesinyalan (Signalling Theory) - Pengaruh Profitability Ratio dan Economic Value Added Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007 – 20

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Masalah - Pengaruh Profitability Ratio dan Economic Value Added Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007 – 2012

0 0 8