Analisis Pengaruh Economic Value Added, Profitabilitas, dan Independensi Dewan Komisaris terhadap Return Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
1 SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, PROFITABILITAS, DAN INDEPENDENSI DEWAN KOMISARIS TERHADAP RETURN
SAHAM PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH CLAUDIA J
080503155
PROGRAM STUDI STRATA SATU AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(2)
i
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Economic Value Added, Profitabilitas, dan Independensi Dewan Komisaris terhadap Return Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Medan, 15 September 2014 Yang membuat pernyataan,
NIM : 080503155 Claudia J
(3)
ii
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, penulis ingin mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya yang besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Analisis PengaruhEconomic Value Added, Profitabilitas, dan Independensi Dewan Komisaris terhadap Return Saham pada Perusahaan Real Estate dan Propertyyang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis, khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Selain itu, penelitian ini dilaksanakan dalam memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi akuntansi di Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa doa, bimbingan, saran, motivasi, bantuan, dan kerja sama dari semua pihak yang telah turut membantu penulis, terutama ayahanda Jayadin, ibunda Elisabet Manurung, Tante Sumiani, dan Kak Elja. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Azhar Maksum, M.Ec. Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi danBisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting S., SE., MAFIS., Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi danBisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak selaku Ketua Program Studi S1-Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekrektaris Progam
(4)
iii
4. Studi S1-Akuntansi Fakultas Ekonomi danBisnisUniversitas Sumatera Utara.
5. IbuDr. Rina Bukit, SE, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikanbimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak selaku Dosen Pembaca Penilai yang
telah memberikan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Secara khusus kepada Putri, Yosefina, Steffy, Anna, Rizka, Juan, Gunawan, Gunawati, Yossi, Bu Widi, dan Bang Ugi atas doa, semangat, dan bantuan praktis yang telah diberikan selama ini.
8. Semua dosen, pegawai, dan seluruh rekan-rekan seperjuangan penulis di Departemen Akuntansi FEB USU Stambuk 2008. Terima kasih atas dukungan, kerjasama, dan kebersamaan selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi danBisnis Universitas Sumatera Utara.
Tiada ada gading yang tak retak. Demikian pula halnya dengan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perkembangan pemahaman, penelitian, dan penulisan dari topik yang dibahas dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Medan, 1 September 2014 Penulis,
NIM: 080503155
(5)
iv ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, PROFITABILITAS,DAN INDEPENDENSI DEWAN KOMISARIS TERHADAP RETURN SAHAM
PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTYYANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi return saham pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah economic value added (EVA), return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan independensi dewan komisaris.
Pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling terhadap perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011, 2012, dan 2013. Ada 25 perusahaan real estate dan property yang digunakan sebagai sampel. Metode analisis yang digunakan adalah regeresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen yang berpengaruh paling signifikan terhadap return saham adalah independensi dewan komisaris. Economic value added (EVA), return on assets (ROA), dan return on equity (ROE) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return saham perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Kata kunci: Economic Value Added, Return on Assets, Return on Equity, Independensi Dewan Komisaris, Return Saham, Perusahaan Real Estate dan Property, Bursa Efek Indonesia
(6)
v ABSTRACT
ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF ECONOMIC VALUE ADDED, PROFITABILITY, AND BOARD DIRECTOR INDEPENDENCY TO STOCK RETURN ON REAL
ESTATE AND PROPERTY COMPANIES LISTED ON BURSA EFEK INDONESIA
The title of this study is “Analysis of the Influence of Economic Value Added, Profitability,and Board Director Independency to Stock Return on Real Estate and Property Companies Listed on Bursa Efek Indonesia”. This study aims to analyze the factors that affect stock return in real estate and property companies that listed on Bursa Efek Indonesia. Factors analyzed in this study are the economic value added (EVA), return on assets (ROA), return on equity (ROE), and board director independency.
The purposive sampling method is used to collect data of real estate and property companies listed on Bursa Efek Indonesia. A total of 25 real estate and property companies are used as samples in this study. The analysis method used in this study is multiple regression.
The result of this research showed that the independent variable that has the most significant influence on stock return is the board director independency. Economic value added, return on assets, and return on equity do not show significant influence on stock return.
Keywords: Economic Value Added, Return on Assets, Return on Equity, Board Director Independency, Stock Return, Real Estate and Property Companies, Bursa Efek Indonesia
(7)
vi DAFTAR ISI
PERNYATAAN...i
KATA PENGANTAR...ii
ABSTRAK...iv
ABSTRACT... v
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR TABEL...ix
DAFTAR GAMBAR...x
DAFTAR LAMPIRAN...xi
BABI PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah... 15
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 16
1.3.1 Tujuan Penelitian... 16
1.3.2 Manfaat Penelitian... 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 19
2.1 Economic Value Added... 19
2.1.1 Pengertian Economic Value Added... 19
2.1.2 Metode Penghitungan Economic Value Added... 23
2.2 Penelitian Terdahulu... 25
2.3 Laba... 27
2.3.1 Pengertian Laba... 27
2.3.2 Kinerja Perusahaan... 29
2.3.3 Analisis Fundamental... 30
2.3.4 Nilai Perusahaan... 33
2.3.5 Pelaku Pasar Saham... 35
2.3.5.1 Penilaian Saham dari Segi Perspektif Investor... 35
2.3.5.2 Kategori Saham Per Sektor Industri... 36
2.3.6 Menghitung Keuntungan yang Diharapkan dari Saham... 37
2.3.7 Menghitung Nilai Buku Per Lembar Saham... 37
2.3.8 Menghitung Pembiayaan Dividen yang Tidak Teratur... 38
2.3.9 Price Earning Ratio (PER)... 38
2.4 Corporate Governance... 39
2.5 Komisaris Independen... 42
2.6 Return Saham... 44
2.7 Kerangka Konseptual... 48
2.8 Hipotesis... 51
BAB III METODE PENELITIAN... 52
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel... 52
3.1.1 Variabel Bebas (Independent Variable)... 52
3.1.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)... 56
(8)
vii
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 60
3.4 Metode Pemilihan Sampel... 61
3.5 Teknik Pengumpulan Data... 61
3.6 Metode Analisis Data... 62
3.6.1 Statistik Deskriptif... 62
3.6.2 Uji Asumsi Klasik... 62
3.6.2.1 Uji Normalitas... 63
3.6.2.2 Uji Multikolinearitas... 64
3.6.2.3 Uji Autokorelasi... 64
3.6.2.4 Uji Heterokedastisitas... 65
3.6.3 Analisis Regresi Berganda... 65
3.6.4 Pengujian Hipotesis... 66
3.6.4.1 Analisis Korelasi dan Koefisien Determinasi (Goodness of Fit)... 67
3.6.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)... 68
3.6.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)... 70
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 72
4.1 Analisis Statistik Deskriptif... 72
4.2 Pengujian Asumsi Klasik... 74
4.2.1 Uji Normalitas... 75
4.2.2 Uji Multikolinearitas... 76
4.2.3 Uji Autokorelasi... 77
4.2.4 Uji Heterokedastisitas... 78
4.3 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)... 79
4.4 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)... 80
4.4.1 Uji Signifikansi Koefifien Regresi Parsial b Secara Individu... 81
1 4.4.2 Uji Signifikansi Koefifien Regresi Parsial b Secara Individu... 82
2 4.4.3 Uji Signifikansi Koefifien Regresi Parsial b Secara Individu... 83
3 4.4.4 Uji Signifikansi Koefifien Regresi Parsial b Secara Individu... 83
4 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 85
5.1 Kesimpulan... 85
5.2 Keterbatasan Penelitian... 86
5.3 Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA... 88
(9)
viii
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
4.1 Statistik Deskriptif... 77
4.2 Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov... 80
4.3 Colinearity Statistics... 81
4.4 Uji Autokorelasi... 82
4.5 Uji Signifikansi Persamaan Regresi... 85
(10)
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Model Kerangka Pemikiran Penelitian ... 52 4.1 Grafik Scatterplot... 84
(11)
x
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Data Economic Value Added (EVA) Tahun 2011-2013... 93
2 Data Return On Equity (ROA) Tahun 2011-2013... 94
3 Data Return On Equity (ROE) Tahun 2011-2013... 95
4 Data Independensi Dewan Komisaris Tahun 2011-2013... 96
5 Data Return Saham Tahun 2011-2013... 98
(12)
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, PROFITABILITAS,DAN INDEPENDENSI DEWAN KOMISARIS TERHADAP RETURN SAHAM
PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTYYANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi return saham pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah economic value added (EVA), return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan independensi dewan komisaris.
Pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling terhadap perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011, 2012, dan 2013. Ada 25 perusahaan real estate dan property yang digunakan sebagai sampel. Metode analisis yang digunakan adalah regeresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen yang berpengaruh paling signifikan terhadap return saham adalah independensi dewan komisaris. Economic value added (EVA), return on assets (ROA), dan return on equity (ROE) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return saham perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Kata kunci: Economic Value Added, Return on Assets, Return on Equity, Independensi Dewan Komisaris, Return Saham, Perusahaan Real Estate dan Property, Bursa Efek Indonesia
(13)
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF ECONOMIC VALUE ADDED, PROFITABILITY, AND BOARD DIRECTOR INDEPENDENCY TO STOCK RETURN ON REAL
ESTATE AND PROPERTY COMPANIES LISTED ON BURSA EFEK INDONESIA
The title of this study is “Analysis of the Influence of Economic Value Added, Profitability,and Board Director Independency to Stock Return on Real Estate and Property Companies Listed on Bursa Efek Indonesia”. This study aims to analyze the factors that affect stock return in real estate and property companies that listed on Bursa Efek Indonesia. Factors analyzed in this study are the economic value added (EVA), return on assets (ROA), return on equity (ROE), and board director independency.
The purposive sampling method is used to collect data of real estate and property companies listed on Bursa Efek Indonesia. A total of 25 real estate and property companies are used as samples in this study. The analysis method used in this study is multiple regression.
The result of this research showed that the independent variable that has the most significant influence on stock return is the board director independency. Economic value added, return on assets, and return on equity do not show significant influence on stock return.
Keywords: Economic Value Added, Return on Assets, Return on Equity, Board Director Independency, Stock Return, Real Estate and Property Companies, Bursa Efek Indonesia
(14)
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Weston dan Copeland, 1995). Pengukuran nilai perusahaan menjadi hal yang penting bagi manajemen untuk melakukan evaluasi terhadap performa perusahaan dan perencanaan tujuan di masa mendatang. Gambaran mengenai nilai perusahaan bisa didapatkan dari dua sumber, yakni informasi finansial dan informasi non-finansial. Informasi finansial didapatkan dari penyusunan anggaran untuk mengendalikan biaya. Sedangkan informasi non-finansial merupakan faktor kunci untuk menetapkan strategi yang dipilih guna melaksanakan tujuan yang telah ditetapkan. Berbagai informasi sedemikian dihimpun agar pekerjaan yang dilakukan dapat dikendalikan dan dipertanggungjawabkan. Hal ini dilakukan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pada seluruh proses operasional perusahaan (Hardiyanto, dkk., 2005).
Laporan keuangan menggambarkan kondisi suatu perusahaan. Melalui laporan keuangan kita dapat mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan sangat berguna untuk melihat kondisi keuangan saat ini maupun sebagai alat prediksi kondisi dimasa yang akan datang. Laporan keuangan merupakan laporan pertanggungjawaban manajemen kepada pemakai tentang pengelolaan keuangan yang dipercayakan kepadanya. Pemakai akan
(15)
2 membaca laporan keuangan sebagai sebuah laporan pertanggungjawaban. Tentu saja sebagai laporan pertanggungjawaban, laporan keuangan harus dapat dipahami dengan baik oleh para pemakai. Kondisi ini memberikan implikasi bahwa antara yang membuat pertanggungjawaban dengan yang menerima laporan pertanggungjawaban harus ada pemisahan. Demikian juga dalam penyajiannya, kedua belah pihak, yakni pembuat dan pembaca, harus mengacu pada satu standar sehingga laporan keuangan sebagai media komunikasi dapat berfungsi dengan efektif (Siswoyo, 2013).
Dalam era globalisasi ekonomi, dunia usaha menjadi semakin kompetitif sehingga diperlukan kemampuan yang mumpuni di pihak perusahaan untuk beradaptasi agar terhindar dari kebangkrutan dan memiliki keunggulan atas perusahaan saingan. Untuk mengantisipasi persaingan tersebut, perusahaan harus mempertahankan dan meningkatkan kinerja sebagai upaya menjaga kelangsungan usahanya. Upaya yang dapat dilakukan antara lain menerapkan kebijakan strategis yang menghasilkan efisiensi dan efektifitas bagi perusahaan (Bharadwaj et al., 1993).
Baik untuk perusahaan terbuka maupun perusahaan tertutup, diperlukan usaha yang terus-menerus dari pihak manajemen untuk meningkatkan nilai perusahaan. Untuk menunjukkan peningkatan sedemikian, maka perusahaan harus mampu menghasilkan penjualan dan laba yang terus meningkat. Hal ini dapat dicapai dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan meningkatkan harga saham. Semakin tinggi harga saham, maka nilai perusahaan dan kesejahteraan para pemegang saham pun juga meningkat. Peningkatan nilai saham bersinergi
(16)
3 dengan meningkatnya jumlah return saham yang diterima oleh pemegang saham dan investor (Hardiyanto,dkk., 2005).
Usaha meningkatkan return saham tersebut memerlukan modal yang cukup banyak, yang meliputi usaha memperoleh dan mengalokasikan modal saham tersebut secara optimal. Salah satu tempat untuk memperoleh modal tersebut adalah melalui pasar modal(Saputra, 2009).
Pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun swasta (Husnan, 1994). Pasar modal merupakan sarana untuk melakukan investasi, yaitu memungkinkan para pemodal (investor) untuk melakukan diversifikasi investasi dan membentuk portofolio sesuai dengan risiko yang bersedia mereka tanggung dengan tingkat pengembalian yang diharapkan (Sunariyah, 2003). Sebuah investasi dapat didefinisikan sebagai komitmen dana atas satu atau lebih aset yang akan ditahan selama periode tertentu di depan. Investasi disangkutpautkan dengan manajemen kekayaan investor, yaitu jumlah pendapatan pada masa sekarang dan nilai sekarang dari semua pendapatan yang akan diperoleh di masa depan (Jones, 2007).
Dana yang diinvestasikan berasal dari aset-aset yang sudah dimiliki sebelumnya, uang yang dipinjam, tabunganyang tidak jadi dihabiskan, dan konsumsi yang tidak jadi dilakukan. Dengan konsumsi yang tidak jadi dilakukan pada masa sekarang dan investasi tabungan, investor berharap untuk meningkatkan kemampuan konsumsi mereka di masa depan dengan
(17)
4 meningkatkan kekayaan mereka. Banyak individu dapat mengakumulasikan jumlah uang yang cukup banyak. Misalnya pada sebuah survei yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 2004, ditemukan bahwa lebih dari delapan juta rumah tangga memiliki kekayaan lebih dari satu juta dolar AS (di luar nilai dari tempat tinggal mereka). Angka itu mewakili peningkatan sebesar 30% dari tahun 2003 dan dijumlahkan berkisar tujuh persen dari seluruh rumah tangga yang ada di negara itu. Banyak kasus kesuksesan moneter ini disebabkan oleh kepemilikan atas saham dan surat-surat berharga. Naiknya harga saham memastikan bertambahnya jumlah kekayaan individu dan institusi yang memilikinya (Jones, 2007).
Harga saham merupakan nilai dari suatu saham yang terbentuk di pasar surat berharga sebagai akibat dari penawaran dan permintaan yang ada. Suharli (2007) mengungkapkan bahwa jumlah penawaran dividen dan penawaran saham akan saling mempengaruhi serta mencari kesesuaian. Apabila pihak manajemen akan meningkatkan harga saham di masa yang akan datang, maka mereka akan memutuskan rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Bagi para investor, dividen tunai merupakan tingkat pengembalian investasi atas dana yang diinvestasikan pada entitas yang mengeluarkan surat berharga saham. Penelitian mengenai dividen tunai di Indonesia dilakukan oleh Suharli (2006) yang meneliti Studi Empiris Mengenai Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Harga Saham terhadap Jumlah Dividen Tunai. Dalam penelitiannya, ia menghasilkan kesimpulan bahwa kebijakan jumlah pembagian dividen perusahaan dipengaruhi oleh profitabilitas dan harga saham perusahaan.
(18)
5 Profitabilitas dan harga saham memiliki pengaruh signifikan dan berhubungan searah dengan jumlah dividen yang dibayarkan. Sedangkan leverage(hutang) perusahaan tidak mempengaruhi besarnya jumlah dividen yang dibayarkan. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Suharli dan Oktorina (2005) yang memprediksi tingkat pengembalian investasi pada equity securities melalui rasio profitabilitas, likuiditas, dan hutang pada perusahaan publik di Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengembalian investasi berupa dividen bagi investor dapat diprediksi melalui rasio profitabilitas, likuiditas, dan leverage dari perusahaan investee.
Investor senang bila return atas investasi yang dilakukan meningkat seiring berjalannya waktu. Investor akan lebih memilih dividen tunai walaupun jumlahnya tidak begitu besar karena belum tentu pada periode berikutnya manajemen dapat membukukan laba dan membagikannya sebagai dividen tunai kepada pemegang saham. Perusahaan yang mampu membayar dividen pada kepada pemegang sahamnya akan dianggap oleh masyarakat ekonomi sebagai perusahaan yang baik kinerjanya karena diasumsikan mampu membukukan laba dan memperhatikan kepentingan para pemegang sahamnya (Fitri, 2011).
Para investor tentunya berharap untuk memperoleh return sebesar-besarnya dengan risiko seminimal mungkin. Return atau tingkat pengembalian yang diharapkan dapat berupa capital gain atau dividen untuk investasi pada saham, dan dapat berupa pendapatan bunga untuk investasi pada surat hutang atau obligasi. Investor membutuhkan berbagai jenis informasi sehingga investor dapat
(19)
6 menilai kinerja perusahaan yang diperlukan untuk pengambilan keputusan investasi (Sari, 2012).
Menurut Hardiningsih, dkk. (2002), secara garis besar informasi yang diperlukan investor terdiri dari informasi fundamental dan teknikal. Pendekatan fundamental memfokuskan pada analisis-analisis untuk mengetahui kondisi fundamental perusahaan yang pada dasarnya dipengaruhi oleh kondisi perekonomian pada umumnya. Analisis fundamental membandingkan antara nilai intrinsik suatu saham dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga saham tersebut sudah mencerminkan nilai intrinsiknya. Ide dasar pendekatan ini adalah bahwa harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Dan kinerja perusahaan itu sendiri dipengaruhi oleh kondisi industri dan perekonomian secara makro (Halim, 2005).
Analisis fundamental mendasarkan pola perilaku harga saham yang ditentukan oleh perubahan-perubahan variasi perilaku variabel-variabel dasar kinerja perusahaan. Secara ringkas, dapat dikatakan bahwa harga saham ditentukan oleh nilai perusahaan. Apabila kinerja perusahaan baik, maka nilai usaha akan tinggi. Nilai usaha yang tinggi membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya, sehingga akan terjadi kenaikan harga saham (Halim, 2005).
Analisis teknikal berarti menganalisis harga saham berdasarkan informasi yang mencerminkan kondisi perdagangan saham, keadaan pasar, permintaan, penawaran harga di pasar saham, fluktuasi kurs, danvolume transaksi di masa lalu. Analisis teknikal menegaskan bahwa perubahan harga saham terjadi berdasarkan
(20)
7 pola perilaku harga saham itu sendiri, sehingga memiliki kecenderungan untuk terulang kembali. Asumsi dasar dari analisis teknikal adalah bahwa jual beli saham merupakan kegiatan berspekulasi atau pendugaan yang berbasis dari pola perubahan harga saham itu sendiri
Brigham (2001) menyatakan bahwa analisis rasio merupakan alat yang digunakan untuk membantu menganalisis laporan keuangan perusahaan sehingga dapat diketahui kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Analisis rasio juga menyediakan indikator yang dapat mengukur tingkat profitabilitas, likuiditas, pendapatan, pemanfaatan aset, kewajiban perusahaan, dan return saham. Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas yang digunakan adalah return on assets (ROA) dan return on equity (ROE).
(Husnan, 2003).
Untuk memastikan apakah investasinya akan memberikan tingkat pengembalian yang diharapkan, maka calon investor terlebih dahulu mencari informasi keuangan perusahaan melalui laporan keuangan tahunan perusahaan tersebut. Munawir (2002) mendefinisikan laporan keuangan sebagai hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Zainudin dan Hartono (1999) menjelaskan bahwa tujuan pertama laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang bermanfaat kepada investor, kreditor, dan pemakai lainnya baik di masa sekarang maupun yang memiliki potensi dalam pembuatan investasi, kredit, dan keputusan sejenis yang rasional. Tujuan kedua adalah menyediakan informasi untuk membantu para investor, kreditor, dan pemakai
(21)
8 lainnya baik di masa kini maupun yang berpotensi dalam menilai jumlah, waktu, ketidakpastian dalam penerimaan kas dari dividen, dan bunga di masa yang akan datang. Tujuan kedua pelaporan keuangan tersebut mengandung makna bahwa investor menginginkan informasi tentang hasil dan risiko atas investasi yang dilakukan.
Resmi (2002) menjelaskan bahwa untuk mengetahui nilai perusahaan yang akan berpengaruh pada harga saham, investor dapat melakukan pengukuran kinerja. Kinerja perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan yang akan dikeluarkan secara periodik. Ada beberapa metode yang dapat diterapkan untuk mengadakan pengukuran atas kinerja perusahaan. Dalam riset ini akan dibahas tiga di antaranya, yaitu EVA (economic value added) serta profitabilitas yang menggunakan ROA (return on assets) dan ROE (return on equity).
Jones (2007) menulis bahwa EVA (economic value added) merupakan nama paten yang terdaftar resmi sebagai milik Stern Stewart & Company. EVA merupakan sebuah konsep yang sudah dikenal cukup lama. Konsep ini dikenal sebagaipendapatan residual. EVA telah menarik perhatian yang cukup banyak dari pengguna informasi keuangan sebagai suatu alat pengukuran nilai atau keuntungan ekonomi dan pengukuran insentif, misalnya sebuah pengukuran ekonomi yang mencakup penetapan biaya untuk biaya kesempatan modal, yang menawarkan sebuah alat untuk mengukur dan mengkomunikasikan kinerja perusahaan dan yang dapat digunakan dalam pengaturan target pelaksanaan manajerial, pembayaran bonus, dan penilaian proyek atau penilaian perusahaan. Perhitungan EVA didasarkan pada kalkulasi atas keuntungan operasi bersih
(22)
9 setelah pajak dikurangi hasil dari perhitungan biaya rata-rata tertimbang dari modal dikali hutang dan modal ekuitas (Yusgiantoro, 2004).
Jones (2007) menjelaskan bahwa model EVA berusaha keras untuk menentukan unit bisnis yang mempengaruhi aset mereka yang terbaik untuk menghasilkan keuntungan dan menyediakan return terbanyak bagi pemegang saham. Didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi yang fundamental mengenai permintaan dan penawaran, modal akan bergerak menuju investasi dengan kemungkinan return yang paling menjanjikan. Tujuan EVA adalah untuk membuat manajer-manajer berpikir mengenai keuntungan ekonomis dalam cara di mana prinsip pasar akan menentukan ke arah investasi akan mengalir (Tunggal, 2001). Perusahaan-perusahaan harus memikirkan matang-matang biaya kesempatan dari investasi mereka sebelum membuat keputusan investasi.
Widayanto (1993) mengungkapkan bahwa EVA yang positif menunjukkan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan nilainya bagi pemilik perusahaan karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat return yang melebihi tingkat biaya modalnya. Hal ini sejalan dengan tujuan manajemen keuangan, yaitu memaksimumkan nilai perusahaan. Sebaliknya, EVA yang negatif menunjukkan nilai perusahaan menurun karena tingkat return lebih rendah dari biaya modal.
Sebuah asumsi dasar dalam EVA adalah bahwa modal ekuitas tidak dapat lagi dianggap gratis. Untuk dapat bersaing di pasar, mutlak bagi suatu perusahaan untuk menyediakan return yang seimbang atau return yang lebih besar daripada return yang akan diterima para investor dari portofolio perusahaan lain yang resikonya sama (Jones, 2007). Utama (1997) mengatakan bahwa suatu perusahaan
(23)
10 hanya akan mendapat untung ketika perusahaan itu memperoleh pendapatan yang lebih besar dari biaya modalnya.
Pengukuran kinerja yang juga tidak kalah pentingnya adalah pengukuran dengan rasio profitabilitas. Fitri (2011) mengungkapkan bahwa profitabilitas penting bagi perusahaan karena dapat mengindikasikan bahwa perusahaan mampu membukukan sejumlah laba pada periode tersebut. Pihak manajemen akan membayarkan dividen untuk memberi sinyal mengenai keberhasilan perusahaan dalam membukukan profit. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar dividen merupakan fungsi keuntungan atau profit. Profitabilitas juga tidak kalah penting bagi investor dan calon investor untuk pertimbangan mereka akan kondisi perusahaan dan tingkat pengembalian yang mereka harapkan pada perusahaan yang menjadi tujuan investasinya.
Menurut Riyadi (2006), return on assets (ROA)adalah perbandingan antara keuntungan sebelumbiaya bunga dan pajak (EBIT = Earning before interest and taxes) dengan seluruh aktiva ataukekayaan perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dengan seluruh modalyang ada didalamnya untuk menghasilkan keuntungan, dengan menggunakan data yang ada padaNeraca dan Perhitungan Laba Rugi pada perusahaan tersebut.
Harahap (2007) menyatakan bahwa return on equity (ROE)digunakan untuk mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi para pemegang saham. Angka tersebut menunjukkan seberapa baik manajemen memanfaatkan investasi para pemegang saham.
(24)
11 Perusahaan-perusahaan terbagi antara menyediakan hasil bagi para pemegang saham yang menggambarkan return yang wajar atas investasi mereka dan menyediakan hasil yang dapat digunakan untuk melawan mereka dalam negosiasi gaji, termasuk bonus yang dibayarkan kepada pekerja dan eksekutif (Stewart, et al., 2003). Untuk setiap orang yang bekerja di bidang keuangan perusahaan, pemahaman akan mekanisme penilaian harga perusahaan merupakan suatu keahlian yang sangat diperlukan. Ini tidak hanya dikarenakan penilaian dalam akuisisi dan merger, tetapi juga proses penilaian perusahaan dan unit-unit bisnis yang membantu mengidentifikasi sumber-sumber penciptaan nilai ekonomis dan kerugiandi dalam perusahaan itu sendiri (Jones, 2007).
Menurut teori keagenan, untuk mengatasi masalah ketidakselarasan kepentingan antara principal dan agent dapat dilakukan melalui pengelolaan perusahaan yang baik (Midiastuty & Machfoedz, 2003). Sebagaimana diungkapkan oleh Veronica dan Utama (2005), corporate governance adalah salah satu cara untuk mengendalikan tindakan oportunistik yang dilakukan manajemen. Ada empat mekanisme corporate governance yang dapat digunakan untuk mengatasi konflik keagenan, yaitu meningkatkan kepemilikan manajerial, meningkatkan kepemilikan institusional, komisaris independen, dan komite audit (Rahmawati dan Triatmoko, 2007).
Tjager (2004) mengungkapkan bahwa corporate governance adalah “sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi demi
(25)
12 tercapainya tujuan organisasi”. Prinsip-prinsip corporate governance terdiri dari: transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), kemandirian (independency), dan kewajaran (fairness).
Dewayanto (2010) mengatakan bahwa corporate governance merupakan suatu kumpulan mekanisme berbasis pasar dan institusional yang menyebabkan para pengendali yang berfokus pada diri sendiri/yang mementingkan diri (mereka yang membuat keputusan berdasarkan bagaimana perusahaan akan dioperasikan) untuk membuat keputusan yang memaksimalkan nilai perusahaan bagi pemiliknya (para penyuplai modal). Shleifer dan Vishny (1997) mendefinisikan corporate governance sebagai rujukan berkenaan cara penyuplai keuangan meyakinkan diri mereka sendiri bahwa mereka akan menerima return atas investasi yang telah mereka buat. Karena return bagi penyuplai keuangan bergantung pada banyak sekali pengaturan kontraktual dan legal, operasi berbagai pasar, serta perilaku jenis-jenis pelaku bisnis yang berbeda, maka corporate governance telah berkembang ke berbagai cabang literatur yang berbeda.
Dalam mengelola perusahaan menurut kaidah-kaidah umum corporate governance, peran Dewan Komisaris sangatlah diperlukan. Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas (Boediono, 2005).
(26)
13 Dalam rangka memberdayakan fungsi pengawasan dewan komisaris, adanya independensi dari dewan komisarismerupakan sesuatu yang esensial. Secara langsung keberadaan Komisaris Independen menjadi penting, karena didalam prakteknya sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang mengabaikan kepentingan pemegang saham publik (pemegang saham minoritas) serta stakeholder lainnya, terutama pada perusahaan di Indonesia yang menggunakan dana masyarakat didalam pembiayaan usahanya(Rifai, 2009).
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak berafiliasi dengan Direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (Hastuti, 2011). Komisaris independen dapat berfungsi untuk mengawasi jalannya perusahaan dengan memastikan bahwa perusahaan tersebut telah melakukan praktek-praktek transparansi, disclosure, kemandirian, akuntabilitas, dan praktek keadilan menurut ketentuan yang berlaku di suatu sistem di suatu negara (Surya dan Yustivandana, 2008).
Komisaris independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) di dalam perusahaan melalui pemberdayaan dewan komisaris, agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan (Chtourou dan Corteau, 2001).
(27)
14 Komisaris independen menjadi organ utama bagi penerapan praktek good corporate governance dengan melihat fungsi yang dimilikinya. Oleh karena itu, sesuai dengan nama yang diemban sebagai komisaris independen, maka dewan komisaris tersebut harus memiliki independensi dalam menjalankan fungsinya, yaitu sebagai fungsi pengawasan, memiliki profesionalisme, dan karakter kepemimpinan yang merupakan hal dasar yang dibutuhkan dari perannya tersebut (Alijoyo dan Zaini, 2004).
Ketika faktor-faktor makro ekonomi (misalnya peraturan moneter bebas) merupakan akar permasalahan dari krisis keuangan yang mempengaruhi semua perusahaan, beberapa perusahaan terpengaruh lebih banyak dibandingkan perusahaan lainnya (Taylor, 1998). Studi-studi belakangan merundingkan bahwa manajemen resiko dan peraturan keuangan perusahaan-perusahaan ini memiliki pengaruh yang signifikan sampai ke tingkat di mana perusahaan terimbas oleh krisis keuangan (Brunnermeier, 2009). Karena manajemen resiko dan peraturan keuangan merupakan hasil dari penjualan biaya dan keuntungan yang dibuat oleh dewan pengurus perusahaan dan para pemegang saham, maka sebuah implikasi yang penting dari studi-studi ini adalah bahwa corporate governance mempengaruhi kinerja perusahaan selama periode krisis (Takeo dan Kashyap, 2001).
Karena alasan-alasan yang telah disebutkan di atas, maka investor yang ingin memperoleh jumlah return saham yang lebih banyak harus menyadari pentingnya penerapan good corporate governance. Keberadaan dewan komisaris yang independen mendukung keterlaksanaan good corporate governancedan hal
(28)
15 tersebut memastikan perlindungan terhadap investor yang lebih terjamin (Wedari, 2004). Oleh sebab itu, para investor perlu memiliki pemahaman yang baik akan hal ini.
Berdasarkan penelitian yang selama ini dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu tentang pengaruh EVA, profitabilitas, dan independensi dewan komisaris terhadap return saham yang hasilnya bervariasi, maka penelitian ini termotivasi untuk menguji kembali metode EVA dan profitabilitas terhadap return saham yang menggambarkan kinerja perusahaan real estate and property di BEI. Penelitian ini juga akan membuktikan secara empiris pengaruh penerapan independensi dewan komisaris terhadap return saham pada perusahaan real estate and property di BEI pada periode tahun 2011-2013.
Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh EVA, Profitabilitas, dan Independensi Dewan Komisaris terhadap Return Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.1. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan permasalahan yang akan dijadikan pokok bahasan dalam penelitian ini, yaitu :
a. Apakah EVA (economic value added) berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di BEI?”
(29)
16 b. Apakah profitabilitas (dalam konteks penelitian ini return on assets
dan return on equity) berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di BEI?”
c. Apakah independensi dewan komisaris berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di BEI?”
1.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin didapatkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah EVA, profitabilitas, dan independensi dewan komisaris berpengaruh terhadap return saham secara parsial maupun simultan pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di BEI.
1.3. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti.
Hasil riset ini dapat dijadikan sebagai bahan pegangan dan sumber informasi apabila mendapatkan menangani pekerjaan yang berhubungan dengan bidang disiplin ilmu EVA, profitabilitas, independensi dewan komisaris, dan return saham.
(30)
17 2. Bagi Investor.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan bagi investor dalam memutuskan untuk melakukan investasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3. Bagi Kreditor
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu aspek yang dapat ditinjau oleh kreditor dalam pengambilan keputusan pemberian pinjaman atau investasi pada perusahaan yang menerapkan EVA, profitabilitas, dan independensi dewan komisaris dalam proses operasional mereka, sehingga meminimalkan resiko kerugian investasi.
4. Bagi Perusahaan
Secara praktis hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan bagi pengembangan perusahaan real estate and property untuk lebih meningkatkan kepercayaan investor dan laba perusahaan. Dan dapat menjadi faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan yang akan diambil dengan melihat efek dari penerapan EVA, profitabilitas, dan independensi dewan komisaris terhadap return saham perusahaan.
5. Bagi Pihak Akademis
Sebagai sumber literatur atau bahan referensi yang dapat memberikan informasi teoritis dan empiris bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan ini, serta menambah
(31)
18 sumber pustaka yang telah ada. Dan diharapkan dapat memberikan informasi dan memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama penelitian yang berkaitan dengan akuntansi keuangan dan perilaku manajemen, khususnya di bidang EVA, profitabilitas, independensi dewan komisaris, dan return saham.
(32)
19 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Economic Value Added (EVA)
2.1.1 Pengertian Economic Value Added (EVA)
Metode EVA pertama kali dikembangkan oleh Stewart & Stern, yaitu dua orang analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co.pada tahun 1993(Jones, 2007). Model EVA menawarkan parameter yang cukup objektif karena berangkat dari konsep biaya modal (cost of capital), yakni mengurangi laba dengan beban biaya modal, dimana beban biaya modal ini mencerminkan tingkat resiko perusahaan. Beban biaya modal ini juga mencerminkan tingkat kompensasi atau return yang diharapkan investor atas sejumlah investasi yang ditanamkan di perusahaan. Hasil perhitungan EVA yang positif merefleksikan tingkat return yang lebih tinggi daripada tingkat biaya modal. Di Indonesia metode tersebut dikenal dengan metode NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi). EVA/NITAMI adalah metode manajemen keuangan untukmengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwakesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal (Tunggal,2001).
Ada beberapa pengertian EVA menurut beberapa ahli.Menurut Utomo (1999), EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik dalam menilai kinerja dan prestasi keuangan
(33)
20 manajemen perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar suatu perusahaan.
Menurut Tunggal (2001), economic value added didapatkan dengan rumus “Economic value (also conomic value added) – Revenue - Direct cost (Including taxes)- Opportunity cost of using capital= After tax profit – Opportunity cost of using capital.”Economic Value Added (EVA) merupakan sebuah varian keuntungan ekonomis, yang merupakan istilah modern untuk pendapatan residual (residual income). Keuntungan ekonomis untuk suatu periode adalah jumlah uang yang diperoleholeh pebisnis setelah mengurangi semua biaya operasi dan biaya kesempatan dari modal yang digunakan.
EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau added value dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasiperusahaan. Oleh karena itu, EVA merupakan selisih laba operasi setelah pajak(Net Operating Profit After Tax atau NOPAT) dengan biaya modal (cost of capital). Laba operasi perusahaan dapat ditingkatkan tanpa penambahan modal, berarti manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Selain itu, dengan berinvestasi padaproyek-proyek yang memberikan return yang lebih besar dari biaya modal (cost of capital), berarti perusahaan hanya menerima proyek yang bermutu dan dapat meningkatkan nilai perusahaan tersebut. EVA juga mendorong manajemen untuk berfokus pada proses dalam perusahaan yang menambah nilai dan mengeliminasi aktivitas atau kegiatan yang tidak menambah nilai. Perhitungan EVA pada suatu perusahaan merupakan proses yang kompleks dan terpadu karena
(34)
21 perusahaan harus menentukan biaya modalnya terlebih dahulu. Menurut Youngdan O’Bryne (2001), peningkatan EVA dan penciptaan nilai dapat terjadi ketika suatu perusahaan dapat mencapai hal berikut:
a. Meningkatnya pengembalian atas modal yang ada. Jika NOPAT meningkat sedangkan WACC dan modal yang diinvestasikan tetap, maka EVA akan meningkat.
b. Pertumbuhan yang menguntungkan, karena nilai diciptakan ketika pertumbuhan NOPAT melebihi WACC.
c. Pelepasan dari aktiva yang memusnahkan nilai. Jika pengurangan modal lebih mengganti kerugian dengan peningkatan perbedaan NOPAT dan WACC, maka EVA meningkat.
d.Periode lebih panjang di mana diharapkan NOPAT lebih tinggi dibandingkan WACC.
e. Pengurangan biaya modal.
Abdullah (2003) menjelaskan tujuan dan manfaat penerapan metode EVAsebagaiberikut :
1. Tujuan penerapan metode EVA
Dengan perhitungan EVA, diharapkan akan mendapatkan hasil perhitungan nilai ekonomis perusahaan yang lebih realistis. Hal ini disebabkan oleh EVA dihitung berdasarkan perhitungan biaya modal (cost of capital) yang menggunakan nilai pasar berdasarkan kreditur, terutama pemegang saham, dan bukan menggunakan nilai buku yang bersifat historis. Perhitungan EVA juga diharapkan
(35)
22 mendukung penyajian laporan keuangan yang akan mempermudah pengguna laporan keuangan seperti investor, kreditur, karyawan, pemerintah, pelanggan, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan lainnya.
2. Manfaat Penerapan Model EVA
Manfaat yang diperoleh dalam penerapan model EVA bagi suatu perusahaan adalah :
a. Penerapan model EVA sangat bermanfaat sebagai alat ukur kinerja perusahaan di mana fokus penilaian kinerja adalah penciptaan nilai (value creation).
b. Penilaian kinerja keuangan dengan menerapkan model EVA menyebabkan perhatian manajemensesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA, para manajer akan bertindak seperti halnya pemegang saham, yaitu memilih investasi yang dapat memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahan dapat dimaksimalkan.
c. EVA mendorong perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijakan struktur modalnya.
d. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek atau kegiatan yang memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari biaya modalnya.
(36)
23 Kegiatan atau proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan adanya penciptaan nilai dari proyek tersebut dengan demikian sebaiknya diambil, begitu juga sebaliknya.
Menurut Tunggal (2001), beberapa manfaat EVA dalam mengukur kinerja perusahaan antara lain:
a. EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri tanpa memerlukan ukuran lain, baik berupa perbandingan dengan menggunakan perusahaan sejenis atau menganalisis kecenderungan (trend). b. Hasil perhitungan EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk
investasi dengan biaya modal yang rendah.
Fischer dan Rosenzweigg (1995) menyatakan bahwa manajemen seharusnya bekerja keras untuk meningkatkan nilai perusahaan. Pada kenyataannya, manajemen dapat melakukan sebuah investasi dalam sebuah proyek yang menghasilkan tingkat keuntungan tertentu dan menghasilkan nilai bersihnya, tetapi pada saat yang sama dapat mengurangi nilai perusahaan. Hal ini terjadi karena sebenarnya perusahaan dapat menggunakan modal yang dimilikinya untuk diinvestasikan ke dalam sebuah proyek yang menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan proyek sebelumnya. EVA menyediakan informasi mengenai hal ini. EVA mengindikasikan apakah suatu bisnis menciptakan kesejahteraan atau menurunkan modal.
2.1.2 Metode Perhitungan Economic Value Added
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur EVA. Menurut Brigham & Houston(2004), apabila dalam struktur modalnya perusahaan
(37)
24 hanya menggunakan modal sendiri, secara matematis EVA dapat ditentukan sebagai berikut:
EVA = Net Operating Profit After Taxes (NOPAT) - (capitalxcost of capital) di mana : NOPAT= NetOperatingProfitAfterTaxes
capital= modal
cost of capital = biaya modal
Namun manakala dalam struktur perusahaan terdiri dari hutang dan modal sendiri, secara matematis EVA dapat dirumuskan sebagai berikut:
EVA = NOPAT – (WACC x TA)
di mana : NOPAT = NetOperatingProfitAfterTaxes
WACC = WeightedAverageCostofCapital(biaya rata-rata tertimbang modal) TA = Total Asset (total modal)
Dari perhitungan, akan diperoleh kesimpulan dengan interprestasi hasil sebagai berikut:
a. Jika EVA > 0, hal ini menunjukkan terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
b. Jika EVA < 0, hal ini menunjukkan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
c. Jika EVA = 0, hal ini menunjukkan posisi impas karena laba telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana, baik kreditur maupun pemegang saham.
(38)
25 2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai EVA dan FVA ini pernah dilakukan oleh Napitupulu (2008), yang berjudul ”Analisis Perbandingan EconomicValueAdded (EVA)dan FinancialValueAdded (FVA) Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Sumbetri Megah”. Hasil dari penelitiannya adalah PT. Sumbetri Megah telah mampu meningkatkan nilai perusahaannya, dilihat dari nilai EVA dan FVA yang selalu positif selama periode tahun 2003 sampai dengan 2007. Penelitian lain adalah yang dilakukan Nasution (2009) yang berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Economic Value Added (EVA) dan Financial Value Added (FVA) pada PT Perkebunan Nusantara IV Medan”. Hasil dari penelitiannya adalah PT Perkebunan Nusantara IV telah mampu meningkatkan nilai perusahaannya, dilihat dari nilai EVA dan FVA yang selalu positif selama periode tahun 2003 sampai dengan 2007, kecuali FVA pada tahun 2006. Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Iramani (2005). Penelitiannya berjudul ”FinancialValue Added: Suatu Paradigma dalam Pengukuran Kinerja dan Nilai Tambah Perusahaan”. Hasil dari penelitian tersebut adalah kinerja FVA lebih baik dibanding EVA, terutama dalam hal sinkronisasi hasil pengukurannya dengan hasil NPV.
Studi Tinneke (2007) menganalisis pengaruh EVA (Economic Value Added), ROE (Return on Equity), PER (Price to Earning Ratio), DER (Debt to Equity Ratio), dan PBV (Price to Book Value) terhadap Return Saham. Hasil penelitian membukt ikan bahwa PER berpengaruh negatif secara signifikan terhadap return saham, PBV berpengaruh positif secara signifikan terhadap return
(39)
26 saham, EVA berpengaruh positif terhadap return saham tetapi tidak signifikan, dan DER berpengaruh positif terhadap return saham tetapi tidak signifikan, sementara ROE harus dikeluarkan dari analisis karena multikolinear dengan PBV.
Studi Sa’adah (2009) diadakan untuk menguji pengaruh rasio profitabilitas dan leverage terhadap return saham syari’ah di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari hasil uji hipotesis, ditemuka n bahwa rasio profitabilitas (ROA dan ROE) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham syari’ah. Sedangkan rasio leverage (debt ratio) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham syari’ah. Hasil uji hipotesis F test menunjukkan bahwa rasio profitabilitas (ROA dan ROE) dan leverage (debt ratio) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap return saham syari’ah, sehingga ROA, ROE, dan debt ratio dapat dipergunakan secara bersama-sama dalam mengambil keputusan investasi di saham syari’ah yang menjadi komponen Jakarta Islamic Index di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian.
Studi Pertiwi (2010) diadakan untuk mengetahui secara empiris pengaruh earnings management terhadap nilai perusahaan, praktek corporate governance terhadap nilai perusahaan, dan pengaruh praktek corporate governance terhadap hubungan antara earnings management dan nilai perusahaan, serta memahami peranan praktek corporate governance terhadap praktek earnings management yang dilakukan oleh perusahaan dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan. Hasil penelitian membuktikan praktek corporate governance berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan dengan variabel komisaris independen dan kepemilikan institusional. Kepemilikan manajerial akan menurunkan nilai
(40)
27 perusahaan, sedangkan kualitas audit akan meningkatkan nilai perusahaan. Komisaris independen, kualitas audit, dan kepemilikan institusional merupakan variabel pemoderasi antara earnings management dan nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial bukan merupakan variabel moderasi. Earnings management dapat diminimumkan dengan mekanisme monitoring oleh komisaris independen, kualitas audit, dan institusional ownership.
2.3. Laba
2.3.1 Pengertian Laba
Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara.Rahmat (2009) mengatakan bahwa laba dalam peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya,
Menurut Belkaoui (1993), laba merupakan “suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks”. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi.
Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan aktiva sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Jadi dalam hal ini, laba hanya merupakan angka artikulasi dan dan tidak didefinisikan tersendiri secara ekonomik seperti
(41)
28 halnya aktiva atau hutang. Chariri dan Ghozali (2007) menyatakan bahwa “pada dasarnya ada tiga konsep laba yang umum dibicarakan dan digunakan dalam ekonomi. Ketiga konsep tersebut semuanya penting, meskipun pengukuran terhadap psychic income sulit untuk dilakukan”. Ketiga konsep tersebut adalah:
1. Psychic income, yang menunjukan konsumsi barang/jasa yang dapat memenuhi kepuasan dan keinginan individu.
2. Real income, yang menunjukan kenaikan dalam kemakmuran ekonomi yang ditunjukan oleh kenaikan biaya hidup (cost of living). 3. Money income, yang menunjukan kenaikan nilai sumber-sumber
ekonomi yang digunakan konsumsi yang sesuai dengan biaya hidup (cost of living).
Di sisi lain, akuntan mendefinisikan laba dari sudut pandang perusahaan sebagai suatu kesatuan. Laba akuntansi (accounting income) sebagai secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan pendapatan yang direalisasikan dari transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Belkaoui (2000) menyebutkan bahwa laba akuntansi mempunyai lima karakteristik sebagai berikut:
1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang berasal dari penjualan barang atau jasa.
2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periodisasi dan mengacu pada kinerja perusahaan selama satu periode tertentu.
3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus mengenai definisi, pengukuran, dan pengakuan pendapatan.
(42)
29 4. Laba akuntansi merlukan pengukuran tentang biaya (expenses) dalam bentuk cost historis.
5. Laba akuntansi menghendaki adanya perbandingan (matching) antara pendapatan dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut. 2.3.2 Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan perusahaan selama periode waktu tertentu. Untuk mengetahui kondisi kinerjanya, maka perusahaan dapat melakukannya dengan menilai kinerja perusahaannya. Menurut Mulyadi (2001), penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas suatu organisasi, bagan organisasi, dan karyawannya (berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya). Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya, merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil dari kinerja pada waktunya, serta penghargaan baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar merubah baik tindakan dan hasil yang diinginkan.
Ukuran kinerja perusahaan dapat dibedakan berdasarkan sumber informasi yang dipakai untuk mengukur kinerja. Informasi yang digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja bisa berupa informasi keuangan maupun non-keuangan, dan dapat didasarkan pada pengukuran internal dan eksternal. Tipe informasi keuangan internal antara lain berupa penjualan, profit margin, pendapatan operasi, dan data aktiva yang merupakan data akuntansi. Sedangkan
(43)
30 tipe informasi eksternal adalah informasi keuangan yang diperoleh dari luar perusahaan, seperti harga saham perusahaan di bursa saham dan tingkat pertumbuhan industri yang berkaitan dengan jenis usaha perusahaan. Tipe yang lain yaitu tipe informasi keuangan yang dapat berupa informasi non-keuangan internal maupun eksternal.
2.3.3 Analisis Fundamental
Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap investasi saham mempunyai landasan yang kuat yang disebut nilai intrinsik yang dapat ditentukan melalui suatu analisis yang sangat hati-hati terhadap kondisi perusahaan pada saat sekarang dan prospeknya di masa mendatang. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari faktor-faktor perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu keuntungan (return) yang diharapkan dengan suatu risiko (risk) yang melekat pada saham tersebut. Nilai inilah yang diestimasi para pemodal atau analis, dan hasil dari estimasi ini dibandingkan dengan nilai pasar sekarang (current market price), sehingga dapat diketahui saham-saham yang overprice maupun underprice (Sunariyah, 2004). Halim (2005) menyatakan bahwa para analis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan cara:
1. Mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa datang.
2. Menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
(44)
31 Untuk memperkirakan harga saham dapat menggunakan analisis fundamental yang menganalisis kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham tersebut (Anastasia dkk., 2003). Analisisnya dapat meliputi tren penjualan dan keuntungan perusahaan, kualitas produk, posisi persaingan perusahaan di pasar, hubungan kerja pihak perusahaan dengan karyawan, sumber bahan mentah, peraturan-peraturan perusahaan, dan beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan tersebut.
Menurut Sunariyah (2004), ada dua pendekatan fundamental yang umumnya digunakan dalam melakukan penilaian saham, yaitu pendekatan laba (price earning ratio) dan pendekatan nilai sekarang (present value approach). Keterangannya adalah sebagai berikut.
1. Penilaian saham dengan pendekatan laba (price earning ratio approach)
Pendekatan ini paling banyak digunakan oleh para investor dan analisis sekuritas. Pendekatan ini didasarkan hasil yang diharapkan pada perkiraan laba perlembar saham di masa yang akan datang, sehingga dapat diketahui berapa lama investasi saham akan kembali. Hasil yang diharapkan dapat ditulis dengan formula berikut :
Hasil yang diharapkan = ���1+(�1−�0) �0 Keterangan: Div1
P
= Dividen yang diharapkan perlembar saham 1
P
= Harga yang diharapkan pada akhir tahun 0 = Harga saham sekarang
(45)
32 Lebih dari itu, analisis nilai saham juga dimaksudkan untuk menemukan kesalahan penetapan harga saham biasa. Para analis tertarik pada harga saham yang berlaku di bursa pada hari yang bersangkutan. Metode kapitalisasi pendapatan menyatakan bahwa nilai kekayaan didasarkan pada harapan investor berupa return saham yang diharapkan. Jadi analisis yang dilakukan menyangkut ramalan dividen, harga saham mendatang, dan return yang diharapkan dari saham sejenis. Formula untuk menentukan harga saham yang wajar yang berlaku sebagai berikut:
P0
Keterangan: Div
= ���1+�1
1+������ ���� ��ℎ�������
1 = Dividen yang diharapkan perlembar saham P1 = Harga yang diharapkan pada akhir tahun P0 = Harga saham sekarang
2. Pendekatan nilai sekarang (present value)
Dalam pendekatan ini, nilai suatu saham diestimasikan dengan cara merekapitulasi pendapatan, sehingga pendekatan ini disebut juga capitalizationincome method. Nilai sekarang suatu saham adalah sama dengan nilai sekarang dari arus kas dimasa yang akan datang yang investor harapkan untuk diterima dari investasi pada saham tersebut. Secara matematis, formula untuk nilai intrinsik adalah sebagai berikut:
V (value) =
∑
���ℎ���� (�+�)(46)
33 di mana : K=tingkatreturn yang diharapkan (Risk free rate of return + Risk premium)
Dalam metode ini, dividen digunakan sebagai dasar model analisis. Asumsinya adalah bahwa hanya dividen dapat diterima secara langsung dari perusahaan, sehingga dividen merupakan arus kas yang diharapkan dapat diterima setiap tahun pada masa yang akan datang.
2.3.4 Nilai Perusahaan
Dalam penilaian perusahaan dikandung unsur proyeksi, asuransi, perkiraan, dan judgement. Ada beberapa konsep dasar menilai, yaitu: nilai ditentukan untuk suatu waktu atau periode tertentu; nilai harus ditentukan pada harga yang wajar; dan penilaian tidak dipengaruhi oleh kelompok pembeli tertentu. Sugiri (1999) menyatakan bahwa secara umum terdapat banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan dalam penilaian perusahaan, di antaranya adalah:
1. Pendekatan laba, antara lain metode rasio tingkat laba atau price earnings ratio. 2. Pendekatan arus kas, antara lain metode diskonto arus kas.
3. Pendekatan dividen, antara lain pertumbuhan dividen. 4. Pendekatan aktiva, antara lain metode penilaian aktiva. 5. Pendekatan harga saham.
Emery, dkk. (2007) mengatakan bahwa jika analisis cash flow diterapkan dengan benar, maka dapat membantu investor dalam menentukan nilai perusahaan. Metode cash flow dianggap sebagai metode yang paling akurat karena metode ini mencakup semua analisis informasi. Untuk mengerti nilai yang
(47)
34 sesungguhnya, seorang penilai harus memiliki pandangan jangka panjang, mengerti arus kas perusahaan dengan baik, dari segi neraca maupun laporan laba rugi, dan mengerti bagaimana membandingkan arus kas untuk masing-masing periode waktu dengan menyesuaikan pada tingkat resiko pada masing-masing periode.
Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan yang mengukur keberhasilan operasi suatu perusahaan pada periode tertentu adalah laporan laba rugi. Akan tetap, angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi sering kali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan, sehingga laba yang tinggi belum tentu mencerminkan kas yang besar. Dalam hal ini, arus kas mempunyai nilai yang lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di masa mendatang. Pradhono dan Yulius (2004) menyatakan bahwa arus kas menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani oleh dana yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan.
Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku perusahaan dari ekuitasnya. Dalam neraca keuangan, ekuitas menggambarkan total modal perusahaan. Selain itu, nilai pasar bisa menjadi ukuran nilai perusahaan. Penilaian terhadap perusahaan tidak hanya mengacu pada nilai nominal. Suatu perusahaan dikatakan memiliki nilai yang baik jika kinerja perusahaannya juga baik. Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya. Jika nilai perusahaan tinggi maka dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan
(48)
35 tersebut juga baik. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Brigham dan Gapenski, 2000).
2.3.5 Pelaku Pasar Saham
Fahmi (2012)mengatakan bahwa para pelaku di pasar saham disamping perusahaan yang bersangkutan juga turut melibatkan pihak lainnya, yaitu:
a. Emiten, yaitu perusahaan yang terlibat dalam menjual sahamnya di pasar modal.
b. Underwriter/penjamin,yaituyang menjamin perusahaan tersebut dalam menjual sahamnya di pasar modal.
c. Broker atau pialang.
Shook (2002) menjelaskan bahwa broker adalah perantara antara pembeli dengan penjual sekuritas. Lebih jauh lagi ia menekankan bahwa broker, yang biasanya mengenakan komisi sebagai imbalan atas jasa yang ia berikan, harus terlebih dahulu terdaftar pada bursa sebelum bisa berdagang pada bursa yang dimaksud.
2.3.5.1 Penilaian Saham dari Segi Perspektif Investor
Perspektif investor adalah jauh lebih sederhana dalam memberikan penilaian terhadap kondisi suatu saham. Adapun penilaian seorang investor terhadap suatu saham menurut Fahmi (2012) adalah:
a. Prospek usaha atau bisnis yang menjanjikan b. Kinerja keuangan dan non keuangan adalah bagus.
(49)
36 c. Penyajian laporan keuangan jelas atau bersifat disclosure (pengungkapan
secara terbuka dan jelas).
d. Terlihatnya sisi keuntungan yang terus meningkat. 2.3.5.2Kategori Saham Per Sektor Industri
Reilly dan Brown (2003) mengategorikan saham-saham per sektor industri menjadi lima, yaitu:
1. Saham-saham sektor finansial (financial stocks excel).
2. Saham-saham sektor barang-barang konsumen tahan lama (consumer durables excel).
3. Saham-saham sektor barang modal (capital goods excel). 4. Saham-saham sektor industri dasar (basic industries excel).
5. Saham-saham sektor barang-barang kebutuhan pokok (consumer staples excel).
Mengenai industri, ada empat bentuk atau kategori industri yang harus dipahami oleh para pialang dalam memutuskan pembelian saham, yaitu sebagaimana dikatakan oleh Haryajid, dkk.(2010) di bawah ini.
a. Industri yang sedang bertumbuh terjadi pada perusahaan muda usianya dimana perusahaan itu masih aktif untuk melakukan ekspansi.
b. Industri matang adalah industri yang kondisinya sudah stabil sehingga lebih cenderung untuk mempertahankan posisi yang sudah ada.
(50)
37 c. Industri yang mulai menurun adalah industri dimana telah sangat mapan dan pasarnya telah terbentuk sehingga perlu adanya inovasi bagus untuk menarik pasar yang baru.
d. Industri yang sedang berkembang adalah industri yang baru saja berdiri dan masih berupaya untuk mempertahankan hidupnya.
2.3.6Menghitung Keuntungan yang Diharapkan dari Saham
Adapun rumus menghitung keuntungan yang diharapkan dari saham adalah:
Keterangan:
r = keuntungan yang diharapkan dari saham D1
P
= dividen tahun 1
0
P
= harga beli
1
2.3.7Menghitung Nilai Buku Per Lembar Saham = harga jual
Adapun rumus untuk menghitung nilai buku perlembar saham adalah:
r=
�1 �0+
�1−�0�0
N
bp=
�� ���(51)
38 Keterangan:
Nbp T
= nilai buku perlembar saham e
J
= total ekuitas sb
2.3.8Menghitung Pembiayaan Dividen yang tidak Teratur = jumlah saham yang beredar
Dalam kondisi tertentu perusahaan kadang kala melakukan pembayaran dividen yang tidak teratur setiap waktunya, dan itu terjadi bukan disengaja namun tentunya didasarkan dengan berbagai alasan. Adapun rumus untuk menghitung pembayaran dividen yang tidak teratur adalah:
2.3.9Price Earning Ratio (PER)
Bagi para investor, semakin tinggi price earning ratio maka pertumbuhan leba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Dengan begitu price earning ratio (ratio harga terhadap laba) adalah perbandingan antara market price pershare (harga pasar perlembar saham) dengan earning pershare (laba perlembar saham). Adapun menurut van Horne dan Wachowicz (2005),“price earning ratio adalah market price pershare dari saham sebuah perusahaandibagi earning per share dua belas bulan terbaru dari perusahaan tersebut”.
Po= D + D + … + D ∞ (1 + k)1 (1 + k)2 (1 = K)∞
(52)
39 Adapun rumus PER adalah:
Keterangan :
PER = Price earning ratio MPS = Market price pershare EPS = Earning pershare 2.4 Corporate Governance
Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akanmencuri/menggelapkan/menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/capital yang telah ditanamkan oleh investor, serta berkaitan dengan bagaimana para investor mengkontrol para manajer (Shleifer dan Vishny, 1997).
Salah satu mekanisme dari corporate governance adalah pembentukan dewan komisaris, dimana dewan komisaris berfungsi melakukan monitoring atau pengawasan dalam memecahkan permasalahan agensi yang terjadi antara pihak manajemen puncak dan pemegang saham. Dengan adanya dewan komisaris
PER = ��� ���
(53)
40 independen, maka diharapkan dapat menjamin terlaksananya praktik perusahaan yang adil (fair) dan transparan (transparent) sehingga akan menghambat praktik manajemen laba.
Boediono (2005) mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Shleifer dan Vishny (1997) mendefinisikan corporate governance sebagai seluruh sistem dari hak-hak (rights), proses, dan pengendalian yang dibentuk di dalam dan di luar manajemen secara menyeluruh dengan tujuan untuk melindungi kepentingan stakeholder. Hak-hak adalah wewenang yang dimiliki oleh stakeholder untuk mempengaruhi manajemen. Proses merupakan mekanisme dari implementasi hak-hak tersebut. Sedangkan pengendalian merupakan mekanisme yang memungkinkan stakeholderuntuk mendapatkan informasi mengenai aktivitas perusahaan, misalnya mengenai laporan audit.
Lebih jauh, Shleifer dan Vishny (1997) mengemukakan bahwa corporate governance merupakan suatu mekanisme yang dapat digunakan untuk memastikan bahwa supplier keuangan atau pemilik modal perusahaan memperoleh pengembalian atau return dari kegiatan yang dijalankan oleh manajer, atau dengan kata lain bagaimana supplier keuangan perusahaan melakukan pengendalian terhadap manajer. Salah satu cara yang paling efisien dalam rangka untuk mengurangi terjadinya konflik kepentingan dan memastikan
(54)
41 pencapaian tujuan perusahaan, diperlukan keberadaan peraturan dan mekanisme pengendalian yang secara efektif mengarahkan kegiatan operasional perusahaan serta kemampuan untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda (Boediono, 2005).
Prinsip-prinsip good corporate governance menurut OECD (2004) dalam Aldridge dan Sutojo (2008) adalah:
1. Fairness (keadilan), yaitu menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor.
2. Transparency (transparansi), yaitu mewajibkan adanya suatu sistem informasi terbuka, tepat waktu, jelas, dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan.
3. Accountability (akuntabilitas), yaitu menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbang kepentingan manajemen dan pemegang saham sebagaimana diawasi oleh dewan komisaris.
4. Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu memastikan dipatuhinya peraturanserta ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial.
Selanjutnya Aldridge dan Sutojo (2008) menulis bahwa good corporate governance mempunyai lima macam tujuan utama, yaitu :
(55)
42 1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham;
2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholders non-pemegang saham;
3. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham;
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dewan komisaris dan manajemen perusahaan;
5. Meningkatkan mutu hubungan dewan komisaris dengan manajemen perusahaan.
Mekanisme internal governance meliputi struktur dewan direksi, kepemilikan manajerial, dan kompensasi eksekutif. Sedangkan mekanisme external governance terdiri dari institutional ownership, pasar untuk kontrol perusahaan, dan tingkat pendanaan dengan hutang (debt financing) (Barnhart dan Rosenstein, 1998).
2.5 Komisaris Independen
Dewan komisaris bertanggung jawab dan mempunyai kewenangan untuk mengawasi kebijakan dan kegiatan yang dilakukan direksi dan manajemen atas pengelolaan sumber daya perusahaan agar dapat berjalan secara efektif, efisien, dan ekonomis dalam rangka mencapai tujuan organisasi, serta memberikan nasihat bilamana diperlukan (Wedari, 2004). Karena posisinya yang sangat penting dalam perusahaan, kemampuan dan pemahaman komisaris terhadap bidang usaha dan emiten akan sangat mempengaruhi persetujuan dan keputusan yang dibuat, sehingga komisaris harus memiliki dan menguasai latar belakang pendidikan di bidang ekonomi.
(56)
43 Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan memiliki peranan dalam aktivitas pengawasan. Vafeas dan Afxentiou(2000) menyatakan bahwa selain kepemilikan manajerial, peran dewan komisaris juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Fungsi monitoringyang dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh jumlah atau ukuran dewan komisaris.
Dalam membangun sebuah model corporate governance, perusahaan harus memiliki dewan komisaris yang kredibel serta memiliki independensi. Menurut Sugiri(1999), ada beberapa faktor yang harus dicermati, yaitu :
1.Faktor kuantitas. Yang harus ditata pertama kali adalah menentukan jumlah komisaris yang efektif. Jumlah tidak boleh terlalu sedikit karena akan mengganggu kinerja dewan direksi itu sendiri, tetapi juga tidak boleh terlalu banyak karena akan berdampak pada efisiensi.
2. Faktor pendidikan, di mana tugas-tugas dewan komisaris adalah berkaitan erat dengan hal-hal yang bersifat strategi. Oleh karena itu, dukungan latar belakang yang memadai akan sangat menentukan kualitas keahlian, pengetahuan, dan pengelolaan informasi sehingga akan berdampak pada kedalaman pengawasan yang diberikan.
3. Faktor pengalaman, di mana anggota komisaris yang memiliki latar belakang pendidikan yang baik akan lebih baik apabila didukung oleh pengalaman yang cukup. Dengan memiliki pengalaman yang cukup, maka bobot dari keluasan
(57)
44 pandangannya dan ketajaman analisisnya akan menambah kredibilitas anggota komisaris.
Proporsi dewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat, serta dapat bertindak secara independen. Menurut pencatatan Peraturan Nomor tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek bersifat Ekuitas di Bursa, jumlah komisaris minimum 30%. Dalam pola penyelenggaraan perusahaan yang baik (good corporate governance), perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris independen yang jumlah proposionalnya sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali, dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota komisaris (Wedari, 2004). 2.6Return Saham
Ang (1997) menulis bahwa setiap investor, baik jangka panjang atau jangka pendek, memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang disebut return, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung.Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Hartono, 2007).Return saham diperoleh dari selisih kenaikan (capital gain) atau selisih penurunan (capital loss). Capital gainatau capital loss sendiri diperoleh dari selisih harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Dari sini dapat disimpulkan bahwa return saham adalah hasil atau keuntungan dari suatu investasi berbentuk saham yang diperoleh dari selisih kenaikan harga atau selisih penurunan harga. Return saham dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
(1)
99
Lampiran 2
Data Return On Equity (ROA) Tahun 2011-2013
Perusahaan Real Estate dan Property
Tabulasi Hasil Perhitungan Return On Equity (ROA) Sampel Penelitian Tahun 2011-2013
Perusahaan Real Estate dan Property
No
Nama Perusahaan
Tahun
2011
2012
2013
1
PT Agung Podomoro Land Tbk.
6.35
5.54
3.52
2
PT Alam Sutera Realty Tbk.
10.03 11.11
6.17
3
PT Bekasi Asri Pemula Tbk.
3.99
2.82
1.38
4
PT Bumi Citra Permai Tbk.
2.28
4.12
4.12
5
PT Bumi Serpong Damai Tbk.
7.91
8.83
12.87
6
PT Ciputra Development Tbk.
4.29
5.67
7.03
7
PT Ciputra Property Tbk.
3.91
5.38
5.05
8
PT Ciputra Surya Tbk.
5.65
6.19
5.03
9
PT Cowell Development Tbk.
8.64
3.92
1.79
10
PT Duta Pertiwi Tbk.
8.14
9.3
8.59
11
PT Gowa Makasar Tourism Development Tbk.
10.07
7.15
11.42
12
PT Jaya Real Property Tbk.
8.49
8.56
7.23
13
PT Kawasan Industri Jababeka Tbk.
5.83
5.37
4.32
14
PT Lamicitra Nusantara Tbk.
9.26
6.85
6.56
15
PT Lippo Cikarang Tbk.
12.62 14.37
11.34
16
PT Lippo Karawaci Tbk.
4.46
5.32
4.53
17
PT Metropolitan Kentjana Tbk.
15.1
14.22
12.34
18
Modernland Realty Ltd. Tbk.
3.82
5.67
4.31
19
PT Pakuwon Jati Tbk.
6.59
10.13
8.45
20
PT Roda Vivatex Tbk.
10.53 10.33
12.34
21
PT Sentul City Tbk.
2.58
3.59
2.24
22
PT Summarecon Agung
4.8
7.28
6.53
23
PT. Initiland Development Tbk.
2.59
3.29
2.14
24
PT Perdana Gapuraprima Tbk.
3.63
4.3
2.63
25
PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk.
9.32
7.45
7.12
(2)
100
Lampiran 3
Data Return On Equity (ROE) Tahun 2011-2013
Perusahaan Real Estate dan Property
Tabulasi Hasil Perhitungan Return On Equity (ROE) Sampel Penelitian Tahun 2011-2013
Perusahaan Real Estate dan Property
No
Nama Perusahaan
Tahun
2011
2012
2013
1
PT Agung Podomoro Land Tbk.
13.62 13.25
9.96
2
PT Alam Sutera Realty Tbk.
21.63
25.7
16.68
3
PT Bekasi Asri Pemula Tbk.
7.3
5.13
2.73
4
PT Bumi Citra Permai Tbk.
2.96
6.75
6.75
5
PT Bumi Serpong Damai Tbk.
12.26 14.04
21.66
6
PT Ciputra Development Tbk.
6.46
10.02
14.47
7
PT Ciputra Property Tbk.
4.67
8
8.04
8
PT Ciputra Surya Tbk.
10.23 12.37
11.82
9
PT Cowell Development Tbk.
20.34
6.14
2.98
10
PT Duta Pertiwi Tbk.
11.85
11.9
10.7
11
PT Gowa Makasar Tourism Development Tbk.
28.3
27.52
25.24
12
PT Jaya Real Property Tbk.
18.24 19.26
20.22
13
PT Kawasan Industri Jababeka Tbk.
9.31
9.56
6.74
14
PT Lamicitra Nusantara Tbk.
19.32 12.92
11.46
15
PT Lippo Cikarang Tbk.
31.37 33.13
31.63
16
PT Lippo Karawaci Tbk.
8.65
11.53
7.54
17
PT Metropolitan Kentjana Tbk.
21.7
21.24
23.45
18
Modernland Realty Ltd. Tbk.
7.76
11.7
8.55
19
PT Pakuwon Jati Tbk.
15.95 24.45
22.43
20
PT Roda Vivatex Tbk.
13.76 13.09
11.45
21
PT Sentul City Tbk.
2.97
4.59
3.58
22
PT Summarecon Agung
15.69 20.76
21.74
23
PT. Initiland Development Tbk.
3.88
5.07
5.23
24
PT Perdana Gapuraprima Tbk.
6.88
8.01
6.34
25
PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk.
13.73 13.58
11.34
(3)
101
Lampiran 4
Data Independensi Dewan Komisaris (BDI) Tahun 2011-2013
Perusahaan Real Estate dan Property
Tabulasi Hasil Perhitungan Independensi Dewan Komisaris Tahun 2011-2013
Perusahaan Real Estate dan Property
No
Nama Perusahaan
2011 2012
2013
1
PT Agung Podomoro Land Tbk.
1
1
1
2
PT Alam Sutera Realty Tbk.
1
1
1
3
PT Bekasi Asri Pemula Tbk.
0
0
1
4
PT Bumi Citra Permai Tbk.
1
0
1
5
PT Bumi Serpong Damai Tbk.
1
1
1
6
PT Ciputra Development Tbk.
1
1
1
7
PT Ciputra Property Tbk.
1
0
1
8
PT Ciputra Surya Tbk.
0
0
0
9
PT Cowell Development Tbk.
0
0
0
10
PT Duta Pertiwi Tbk.
0
0
1
11
PT Gowa Makasar Tourism Development Tbk.
0
0
1
12
PT Jaya Real Property Tbk.
1
1
0
13
PT Kawasan Industri Jababeka Tbk.
1
1
1
14
PT Lamicitra Nusantara Tbk.
1
0
0
15
PT Lippo Cikarang Tbk.
1
1
0
16
PT Lippo Karawaci Tbk.
0
0
1
17
PT Metropolitan Kentjana Tbk.
0
1
1
18
Modernland Realty Ltd. Tbk.
1
0
1
19
PT Pakuwon Jati Tbk.
0
1
0
20
PT Roda Vivatex Tbk.
1
1
1
21
PT Sentul City Tbk.
1
0
1
22
PT Summarecon Agung
1
1
1
23
PT. Initiland Development Tbk.
0
0
1
24
PT Perdana Gapuraprima Tbk.
1
1
1
(4)
102
Lampiran 5
Data Return Saham Tahun 2011-2013
Perusahaan Real Estate dan Property
Tabulasi Hasil Perhitungan Return Saham Tahun 2011-2013
Perusahaan Real Estate dan Property
No
Nama Perusahaan
Tahun
2011
2012
2013
1
PT Agung Podomoro Land Tbk.
1.1428 1.8365 1.7456
2
PT Alam Sutera Realty Tbk.
8.5652 0.0356
0.073
3
PT Bekasi Asri Pemula Tbk.
1.6648 0.4344 0.6424
4
PT Bumi Citra Permai Tbk.
0.856
0.8032 0.4523
5
PT Bumi Serpong Damai Tbk.
2.1677 0.8418 0.9342
6
PT Ciputra Development Tbk.
0.1442 0.6648 0.6423
7
PT Ciputra Property Tbk.
0.2168 0.5361 0.5321
8
PT Ciputra Surya Tbk.
0.4694 2.9697 3.1245
9
PT Cowell Development Tbk.
0.6032 0.7832 0.8034
10
PT Duta Pertiwi Tbk.
0.0106 0.5901 0.6123
11
PT Gowa Makasar Tourism Development Tbk.
0.164
0.7633 0.8342
12
PT Jaya Real Property Tbk.
0.3848 0.3333 0.4532
13
PT Kawasan Industri Jababeka Tbk.
2.6363 0.9156 0.8453
14
PT Lamicitra Nusantara Tbk.
0.7085 0.7663 0.8843
15
PT Lippo Cikarang Tbk.
0.608
0.3535 0.2642
16
PT Lippo Karawaci Tbk.
1.7183 0.1907
0.246
17
PT Metropolitan Kentjana Tbk.
0.5606 0.0255 0.0245
18
Modernland Realty Ltd. Tbk.
0.2801 0.6184 0.7346
19
PT Pakuwon Jati Tbk.
2.2711 0.3529 0.2943
20
PT Roda Vivatex Tbk.
0.2105
0.125
0.124
21
PT Sentul City Tbk.
0.3778 0.5633 0.6343
22
PT Summarecon Agung
2.6363 0.9156
1.034
23
PT. Initiland Development Tbk.
0.7085 0.7663 0.8123
24
PT Perdana Gapuraprima Tbk.
0.718
0.3535 0.4453
25
PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk.
1.6183 0.1957 0.2043
(5)
103
Lampiran 6
Analisis Statistik Deskriptif
(6)