32
Dalam novel Skandal, Shusaku Endo menggambarkan setting waktu dari cerita jika dilihat dari latar belakang pengarang, cerita Skandal menggambarkan
waktu padazaman Modern yaitu abad ke-19.
2.3.3 Setting Sosial
Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencangkup berbagai masalah dalam lingkup yang kompleks, dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi
keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap, dan lain-lain. Disamping itu, latar social juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.
Dalam novel ”Skandal” digambarkan kehidupan pengarang di jepang yang selalu dekat dengan Pers dan penggemarnya. Dan dalam novel ini digambarkan
latar sosial, yaitu banyaknya perilaku-perilaku menyimpang dalam seks bagi masyarakat Jepang, yaitu adanya perilaku sadomasokhis dimana sepasang atau
sesama jenis melakukan hubungan seks dengan melakukan kekerasan fisik, dan bagi yang melakukan hubungan seperti itu akan merasa puas atau bergairah
hingga merasa ingin mati. Latar sosial tokoh utama Suguro digambarkan Shusaku Endo dengan status sebagai Pengarang novel yang kawakan di Jepang.
2.4. Psikoanalisa Sigmun Freud Dalam Kajian Sastra
Sumbangan Freud dalam teori psikologi kpribadian substansial sekaligus kontroversial. Teori psikoanalisa, menjadi teori yang paling komprehensif
diantara teori kpribadian lainnya, namun juga mendapat tanggapan yang paling banyak, baik tanggapan negatif maupun posotif. Sistematik yang dipakai Freud
Universitas Sumatera Utara
33
dalam mendeskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan, yakni: struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian, banyak
diikuti oleh pakar kepribadian yang lain. Psikologi adalah kajian menguraikan kejiwaan dan meneliti alam bawah
sadar pengarang. Sedangkan Hubungan antara sastra dan psikologi karena munculnya istilah psikologi sastra yang membahas tentang hukum-hukum
psikologi yang diterapkan pada karya sastra, misalnya karakter tokoh-tokoh dalam suatu karya sastra diciptakan pengarang berdasarkan kondisi psikologis yang
dibangun oleh pengarangnya http:gayusmile.blogspot.com201201pendekatan- psikologis-dalam-penelitian.html.
Menurut Sigmun Freud psikologi dan sastra memiliki hubungan yang erat. Dia juga mengungkapkan bahwa hubungan sastrawan dengan gejala psikologis,
baik yang terlihat maupun yang terungkap akan dituangkan lewat dalam karya sastra. Hal ini semua akan dilihat dari pendekatan psikoanalisis.
Teori Psikoanalisis Freud menjdi paradigma psikologi kepribadian, dan terapkan psikoanalisis dalam terapi jiwa menjadi primadona sampai sekarang.
Terinya mencoba memotret manusia, baik fisik maupun fsikisnya. Sumbangan utama Freud adalah menyadarkan bahwa proses tak sadar mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap tingkah laku. Psikoanalisis dalam karya sastra berguna untuk menganalisis secara
psikologis tokoh-tokoh dalam drama dan novel Ade Fitriani, 2013 : 27. Terkadang pengarang secara tidak sadar maupun sadar dapat memasukkan teori
Psikologis yang dianutnya. Psikoanalisis juga dapat menganalisis jiwa pengarang lewat karya sastranya.
Universitas Sumatera Utara
34
Prinsip-prinsip psikoanalisis ini adalah sebagai berikut: a
Lapisan kejiwaan yang paling dalam rendah adalah lapisan bawah sadar libido atau daya hidup, yang berbentuk dorongan seksual dan perasaan-
perasaan lain yang mendorong manusia mencari kesenangan dan kegairahan.
b Pengalaman-pengalaman sewaktu bayi dan kanak-kanak banyak
mempengaruhi sikap hidup di masa dewasa. c
Semua buah pikiran, betapapun kelihatannya tidak berarti, masih tetap penting bila dihubungkan dengan daerah bawah sadar.
d Konflik emosi pada dasarnya adalah konflik antara perasaan bawah sadar
dengan keinginan-keinginan yang muncul dari luar. e
Emosi itu sendiri bersifat dwirasa, tidak ada emosi dari satu jenis, benci dan sayang saling bercampur.
f Sebagian konflik dapat diselesaikan atau disembunyikan dengan cara yang
dapat diterima. Apabila dia mampu keluar dari konflik itu disebut dengan sublimasi,
tetapi bila ia gagal ia akan menyerupai neurosis yaitu konflik emosi di dasar jiwa.
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga model struktural yang berupa: a
Id Id adalah sistem kpribadian yang asli, dibawa sejak lahir. dari Id ini
kemudian akan muncul Ego dan Super Ego. Saat dilahirkan, Id berisi semua aspek psikologi yang diturunkan, seperti insting, impuls dan
Universitas Sumatera Utara
35
drive. Id berhubungsn erat dengan proses psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya.
b Ego
Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan yang objektif.
Ego disebut eksekutif kepribadian, karena Ego mengkontrol pintu- pintu kearah tindakan, memilih segi-segi lingkungan dimana dia akan
melakukan respon, dan memutuskan insting-insting manakah yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya.
c Super Ego
Super Ego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idealistik. Super Ego berkembang dari
Ego, dan seperti Ego dia tidak mempunyai energi sendiri. Super Ego adalah wewenang moral dari kepribadian, ia mencerminkan yang ideal
dan memperjuangkan kesempurnaah bukan kenikmatan. Dinamika kepribadian ditentukan oleh cara energi psikis didistribusikan
dan dipakai oleh Id, Ego dan Super Ego. Pada mulanya, seluruh energi psikis menjadi milik Id dan dipakai untuk memenuhi hasrat wishfulfillment melalui
aksi refleks, proses primer. Energi itu diinvestasikan cathects kepada suatu obyek untuk memuaskan hasrat.
Ego tidak mempunyai energi sendiri, sehingga harus menarik energi dari Id. Berangsur-angsur semakin banyak energi Id yang dapat diambil oleg Ego,
karena Ego lebih berhasil dari pada Id dalam mereduksi tegangan. Proses pengalihan energi ini disebut identifikasi identification, yakni proses Ego yang
Universitas Sumatera Utara
36
mencocokkan gambaran mental dari Id dengan kenyataan aktual. Id berprinsip bahwa obyek nyata harus sama dengan gambaran atau fantasi mengenai obyek
yang diinginkan, sedang Ego berprinsip gambaran obyek bisa berbeda dengan obyek nyata, gambaran itu harus dikonfrontasi dengan kenyataan dan peluang
untuk memperolehnya. Seperti Ego, Super Ego mendapat energi dari Id melalui proses identifikasi.
Id tetap menerima kepuasaan melalui identifikasi yang dilakukan Super Ego, dalam bentuk pilihan menerima Ego ideal dan conscience. Trjadilah perpindahan
dari Id ke Super Ego. Apa yang dikerjakan oleh Super Ego seringkali meski tidak selalu bertentangan dengan implus-implus Id. Ini terjadi karena aturan moral itu
mewakili usaha masyarakat untuk mengkontrol dan mencegah pengungkapan dorongan primitif, terutama dorongan seksual dan agresi. Orang yang “baik”
adalah yang dapat mengkontrol diri agar tidak melanggar aturan, dan mengekang implus-implus primitifnya. Super Ego juga bisa bertentangan dengan Ego, ketika
rasional pragmatis dari Ego melanggar moralitas dan tidak mempertimbangkan nilai-nilai kesempurnaan.
2.6. Biografi Pengarang