60
Punch box dan body protector juga disuruh bawa sendiri tiap atlet, hal ini seperti yang disampaikan oleh TJ, yaitu:
“ya kalau sarana yang dimiliki oleh IPSI saya rasa sangat kurang untuk melakukan pembinaan itu, jadi mulai pecing
samsak dan body protector itu tiap atlet harus bawa sendiri. suplemen yang lain pun juga perlu ditingkatkan, ya masih
jauh dari harapan jadi masih ada ketimpangan seringkali ini yang membuat kita kurang efisien latihan sehingga
frekuensi anak anak untuk melakukan latihan banyaknya tendangan pukulan dan seterusnya itu juga masih sangat
tergantung dengan jumlah alat kan, dengan alat yang belum ada ini saya kira juga masih perlu ditingkatkan agar latihan
lebih efisien lebih efektif sehingga hasilnya juga sesuai
yang diharapkan”. Pernyataan oleh MA mengenai sand sack, punch box, dan
body protector, yaitu: “kalau prasarana saya kira masih kurang jadi mulai
samsaknya baru ada 1, pecingnya juga terbatas banget, body protector juga belum standar jadi untuk latihan masih
tembus “. Berdasarkan hasil wawancara di atas, untuk sarana dan
prasarana sebagai pendukung dalam proses latihan nampaknya masih banyak yang kekurangan, sehingga atlet maupun pelatih
sangat kesulitan untuk melakukan proses latihan. Hal ini hendaknya menjadi suatu perhatian bagi semua pihak yang terkait
dan harus dicari jalan keluarnya agar proses latihan dapat berjalan dengan baik.
f. Pertandingan
Pertandingan merupakan sarana kompetitif untuk mengukur kemampuan atlet, adapun tolok ukurnya adalah atlet dapat
61
mencapai prestasi dalam pertandingan. Adanya pertandingan yang kotinyu akan memunculkan iklim yang kompetitif dalam
proses pembinaan khususnya atlet pencak silat dewasa. Pertandingan yang ada di kabupaten Klaten selama ini
nampaknya masih sangat kurang dalam segi kualitas, khususnya atlet yang ikut serta dalam pertandingan. Seperti halnya yang
disampaikan oleh MN yang menyatakan bahwa atlet dewasa tidak ada lagi generasi penerusnya, yaitu:
“untuk pertandingan khusus dewasa terakhir tahun 2003, permasalahannya karena kalau kita adakan pertandingan
dewasa yang jelas pertama terkendala jumlah pesilat. Saya yakin sangat terbatas jumlah pesilat di dewasa bahkan kalau
toh ada yo nanti yang muncul juga pesilat-pesilat yang sudah kita prediksi kita proyeksikan untuk kejuaraan tingkat
Jawa Tengah yang akan datang, jadi pesilatnya ya cuman itu-
itu aja”. Pengurus IPSI kabupaten Klaten sendiri tidak pernah
mengadakan pertandingan seperti yang disampaikan oleh TJ, yaitu:
“pernah, dulu tapi udah agak lama sih cuman sebatas seleksi saja, akhir-akhir ini seringnya yang remaja. Evennya
dewasa sendiri ya masih sangat terbatas masih harus ditingkatkan lagi seharusnya ya dari instansi sendiri
mengadakan kejuaraan yang khusus dewasa ,kalau jarang mengadakan seperti ini kan tentu saja pembinaannya kurang
berkembang”. Kendala jumlah pesilat dewasa yang saat ini sangat kurang
juga disampaikan oleh SH, yaitu: “ya kalau pertandingan dewasa sekarang tidak pernah ada,
karena kalau kita mau ngadain pertandingan yang khusus dewasa itu atletnya yang gak ada selama ini kan even yang
62
sering diadakan ya even yang remaja seperti POPDA karena kalau atlet yang remaja di kabupaten Klaten itu sangat
banyak dan tiap perguruan pasti punya atlet remaja, lha kalau atlet yang dewasa tiap perguruan belum tentu punya”.
Pernyataan yang telah disampaikan di atas dari segi kualitas dan kuantitas pertandingan yang ada di kabupaten Klaten masih
di rasa sangat kurang dan ini menjadi permasalahan pembinaan sendiri. Atlet menjadi kurang akan pengalaman bertanding
sehingga akibatnya pencapaian prestasi atlet-atlet pencak silat dewasa kabupaten Klaten masih belum memuaskan.
g. Dukungan Pihak Lain