38 Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Oleh sebab itu, kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam
pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.
Menurut Roebyarto 2008:23 Pembelajaran matematika adalah suatu proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa guna
memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan matematika, dimana guru menciptakan situasi agar siswa belajar dengan menggunakan model
pembelajaran penemuan terbimbing. Berdasarkan beberapa uraian di atas diperoleh bahwa pembelajaran
matematika merupakan suatu proses untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru mengenai matematika melalui serangkaian kegiatan yang
terencana dan terstruktur. Melalui kegiatan tersebut peserta didik dapat memperoleh
kegiatan belajar
matematika dengan
lancar dan
menyenangkan. Ini dapat diamati dengan adanya perubahan pada tingkah laku peningkatan pemahaman konsep siswa, sehingga hasil belajar siswa
juga meningkat. Seseorang dapat dikatakan belajar matematika apabila dalam diri orang tersebut terjadi suatu kegiatan yang dapat mengakibatkan
perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika.
2. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Matematika sangat diperlukan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun menghadapi kemajuan IPTEK. Karena itu matematika perlu
39 dibekalkan pada setiap peserta didik sedini mungkin. Bagi siswa SD yang
masih tahap berpikir konkret, guru harus berhati-hati dalam menanamkan konsep matematika dalam pembelajaran di kelas. Anak usia 6-12 tahun
masih pada tahap operasional konkret yang belum dapat berpikir formal sedangkan matematika adalah ilmu abstrak, formal, dan deduktif.
Mengingat adanya perbedaan itu maka diperlukan kemampuan khusus dari seorang guru yang bisa menjembatani antara dunia anak yang belum bisa
berpikir deduktif agar dapat mengerti dunia matematika yang bersifat deduktif.
Dari dunia matematika menggunakan penalaran secara deduktif atau penalaran dari pemikiran umum terlebih dahulu sampai ke yang khusus
telah mengembangkan model-model yang merupakan contoh sistem ini. Model-model matematika sebagai interpretasi dari sistem matematika
kemudian dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan dunia nyata. Manfaat lain dari matematika dapat membentuk pola pikir yang
sistematis, logis, dan kritis dengan penuh kecermatan. Beberapa model matematika di antaranya Contextual Learning,
Cooperative Learning, Realistic Mathematic Education RME, Problem Solving, Mathematical Investigation, Guided Discovery, Open-Ended
Multiple Solutions, multiple method solution, Manipulative material, Concept Map, Quantum Teaching and Learning, and Writing in
Mathematics Gatot Muhsetyo, 2009:12.
40 Menurut Soedjadi dalam Gatot Muhsetyo 2009:12 menyatakan
bahwa keabstrakan matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta konsep, operasi, dan prinsip. Ciri keabstrakan matematika beserta dengan
ciri yang lainnya yang tidak sederhana, menyebabkan matematika tidak mudah untuk dipelajari, sehingga banyak siswa yang kurang tertarik pada
matematika. Hierarki perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan
pembelajaran matematika yang efektif di sekolah dasar dan sesuai dengan hierarki belajar matematika, maka perlu mempertimbangkan materi,
tujuan, sumber belajar, strategi praasesmen, strategi belajar mengajar, dan strategi protasemen.
Dalam setiap pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi contextual problem.
Dengan mengajukan masalah kontekstual secara bertahap dibimbing untuk menguasai
konsep matematika.
Untuk meningkatkan
keaktifan pembelajaran maka dituntut untuk menggunakan alat atau media
pembelajaran yang
dapat membantu
proses dan
keberhasilan pembelajaran. Selain itu, dalam pembelajaran matematika juga dituntut
menerapkan sebuah model dan metode pembelajaran yang tepat, sehingga pada akhirnya pembelajaran matematika dapat diserap dengan baik oleh
siswa. Dalam mengembangkan kreatifitas dan potensi siswa, maka guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efesien sesuai
dengan kurikulum dan pola pikir siswa. Dalam mengajarkan matematika, seorang guru harus memahami bahwa kemampuan setiap siswa itu
41 berbeda-beda serta tidak semua siswa menyenangi pembelajaran
matematika. Menurut Heruman 2007:2-3 menjelaskan bahwa “Konsep-konsep
pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar, pemahaman konsep dan pembinaan
keterampilan”. Siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, untuk menuju tahap
keterampilan tersebut harus melalui langkah-langkah benar yang sesuai dengan kemampuan siswa dan lingkungan sekitar.
Penjabaran pembelajaran matematika ditekankan pada konsep matematika yaitu
penanaman konsep dasar, pemahaman konsep dan pembinaan keterampilan.
Berdasarkan pernyataan di atas, pembelajaran matematika di Sekolah Dasar SD adalah ilmu yang sangat penting dan berguna untuk diberikan
kepada siswa untuk masa depan hidupnya agar siswa mampu
memaksimalkan potensi yang ada dalam dirinya yang harus diberikan oleh guru dengan memperhatikan kondisi lingkungan dan karakteristik dari
setiap siswa.
3. Komponen tentang Pembelajaran Matematika