65
E. Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian yang relevan telah dilakukan antara lain oleh Rindi Lelly Anggraini tahun 2014 dengan judul “Proses pembelajaran inklusi
untuk Anak Berkebutuhan Khusus ABK kelas V SD Giwangan Yogyakarta” dengan relevansi sama-sama meneliti pelaksanaan
pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus akan tetapi tidak melihat pada sisi mata pelajarannya. Hasil penelitian Pembelajaran untuk
Anak Berkebutuhan
Khusus student
with special
needs membutuhkan suatu strategi tersendiri sesuai dengan kebutuhan
masing masing. model pembelajaran terhadap peserta didik berkebutuhan khusus yang di persiapkan oleh guru di sekolah,
ditujukan agar peserta didik mampu berinteraksi terhadap lingkungan sosial. Pembelajaran tersebut disusun secara khusus melalui
penggalian kemampuan diri peserta didik yang didasarkan pada kurikulum berbasis kompetensi. Proses pembelajaran inklusi di kelas
V SD Negeri Giwangan dengan menyatukan peserta didik normal dengan peserta didik berkebutuhan khusus kelas penuh di bawah
pengawasan guru kelas atau guru mata pelajaran dan guru pendamping khusus. Serta dalam sekolah ini juga terdapat faktor
pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan pendidikan inklusi di sekolah ini.
2. Penelitian oleh Nofiana Ika Rahmawati tahun 2013 “Sistem Pembelajaran Matematika Di Sekolah Inklusi” dengan hasil penelitian
66 perencanaan pembelajaran matematika di sekolah inklusi tidak jauh
berbeda dengan sekolah reguler. Perencanaan pembelajaran di sekolah inklusi dilakukan dengan memodifikasi materi, alokasi waktu, serta
modifikasi sarana prasarana yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Ciri khusus rencana pelaksanaan pembelajaran RPP di sekolah
inklusi adalah adanya RPP khusus bagi peserta didik berkebutuhan khusus, yang pembuatannya dijadikan satu dengan RPP untuk peserta
didik normal, kedua proses pembelajaran matematika di sekolah inklusi berlangsung di dalam ruang kelas yang terdiri dari peserta
didik normal dan peserta didik berkebutuhan khusus. Karena tidak ada guru pembimbing khusus GPK, dalam proses pembelajaran, guru
matematika merangkap menjadi guru pembimbing bagi peserta didik berkebutuhan khusus. evaluasi pembelajaran matematika di sekolah
inklusi dilakukan dengan berbagai macam teknik, diantaranya tes tertulis untuk peserta didik normal dan tes lisan untuk peserta didik
tunanetra. Teknik lainnya adalah penugasan dan unjuk kerja yang dilakukan pada setiap kali pertemuan. Relevansi penelitian ini adalah
sama-sama meneliti tentang pembelajaran matematika di sekolah inklusi dan penelitian ini sebagai acuan karena penelitian ini memiliki
relevansi yang mirip. 3. Penelitian lainnya dilakukan oleh Fida Rahmantika Hadi tahun
2014dengan judul “Analisis proses pembelajaran matematika pada anak berkebutuhan khusus ABK Slow Leaners di kelas inklusif”.
67 Hasilnya penelitian ini menjelaskan kesiapan yang dilakukan guru
matematika yaitu menyiapkan media dan sumber belajar. Selain guru matematika, GPK juga menyiapkan media dan sumber belajar untuk
siswa ABK slow leaners sesuai dengan PPI. Untuk siswa ABK slow learners, guru matematika tidak menyiapkan media khusus. Media
khusus dapat berbentuk puzzle atau papan penjodohan, dibuat semenarik mungkin agar ABK slow leaners tidak cepat bosan saat
pembelajaran. pembelajaran anak ini dilakukan dengan pembelajaran pull out. Pelaksanaan pembelajaran di SD inklusi ini terdiri dari tiga
tahapan yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Ketiga tahapan tersebut merupakan alur yang digunakan mulai dari persiapaan yang
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai dengan materi yang diajarkan, inti adanya kolaborasi
pembelajaran matematika antara guru matematika dan GPK dan tahapan yang terakhir yakni penutup dengan merangkum pelajaran
yang melibatkan siswa biasa dan ABK dan memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. Relevansi sama-sama
meneliti pelaksanaan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus akan tetapi berbeda pada subyek penelitiannya.
F. Pertanyaan Penelitian