5
pemahaman sumber daya manusia manajer terhadap sistem pengukuran kinerja dan sistem reward terhadap kinerja manajerial pada UD Surya
Chemical. Dimana sistem pengukuran kinerja dan sistem reward, sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan operasional dan untuk menghadapi
tantangan dalam persaingan dunia usaha. Kenyataannya diketahui bahwa masih ada sebagian manajer yang
kurang mendukung kegiatan operasional sepenuhnya, sehingga mengindikasikan bahwa masih terlihat kurangnya kesadaran manajer
mengenai sistem pengukuran kinerja dan sistem reward, yang telah diterapkan di perusahaan terhadap kinerja manajerial.
Berdasarkan uraian diatas, maka akan diadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Reward terhadap
Kinerja Manajerial Pada UD. Surya Chemical.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang disebutkan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah sistem pengukuran kinerja dan system reward, berpengaruh
terhadap kinerja manajerial pada UD. Surya Chemical? 2.
Manakah yang dominan pengaruhnya antara system pengukuran kinerja dan system reward, terhadap kinerja manajerial pada UD. Surya
Chemical?
6
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah sistem pengukuran kinerja dan system reward
berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada UD. Surya Chemical. 2.
Untuk mengetahui manakah yang dominan pengaruhnya antara sistem pengukuran kinerja dan system reward terhadap kinerja manajerial pada
UD. Surya Chemical.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah: a.
Perusahaan Sebagai bahan masukan untuk lebih mengetahui pengaruh sistem
pengukuran kinerja dan system reward terhadap kinerja manajerial dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
b. Peneliti
Sebagai sarana untuk menerapkan dan mengaplikasikan teori–teori yang telah diperoleh selama masih studi serta dapat memperluas
wawasan ilmiah di bidang akuntansi manajemen dan hal ini berguna bila kelak terjun ke masyarakat.
c. Pembaca
Hasil penelitian ini dapat disumbangkan dan digunakan bagi peneliti sebagai acuan untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan
masalah ini di masa yang akan datang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
1. Aida Ainul Mardiyah dan Listianingsih 2005
a. Membahas tentang “Pengaruh Sistem Pengukuran Kineja, Sistem
Reward dan Profit Center terhadap Hubungan antara Total Quality Management dengan Kinerja Manajerial”
b. Permasalahan
1. Apakah interaksi penerapan TQM dan sistem pengukuran
kinerja berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial? 2.
Apakah interaksi penerapan TQM dan system reward berpengaruh terhadap kinerja manajerial?
3. Apakah interaksi penerapan TQM dan profit center berpengaruh
positif terhadap kinerja manajerial? c.
Hipotesis 1.
Bahwa interaksi penerapan TQM dan sistem pengukuran kinerja berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
2. Bahwa interaksi penerapan TQM dan system reward
berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial. 3.
Bahwa interaksi penerapan TQM dan profit center berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
7
8
d. Hasil
1. Ada pengaruh interaksi Total Quality Management dan sistem
pengukuran kinerja terhadap kinerja manajerial, namun arah hubungannya negatif
2. Ada pengaruh interaksi Total Quality Management dan sistem
reward terhadap kinerja manajerial namun arah hubungannya negative
3. Tidak ada interaksi antara Total Quality Management dengan
profit center terhadap kinerja manajerial
2. Retno Kurnianingsih dan Nur Indriantoro 2001
a. Membahas tentang “Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja dan
Sistem Penghargaan terhadap Keefektifan Penerapan Teknik Total Quality Management” Studi empiris pada perusahaan manufaktur
di Indonesia. b. Permasalahan
1. Apakah interaksi antara teknik Total Quality Management dan
sistem pengukuran kinerja berpengaruh terhadap kinerja manajerial?
2. Apakah interaksi antara Total Quality Management dan sistem
penghargaan berpengaruh terhadap kinerja manajerial? c.
Hipotesis 1.
Bahwa interaksi antara Total Quality Management dan sistem pengukuran kinerja berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
9
2. Bahwa interaksi antara Total Quality Management dan sistem
penghargaan berpengaruh terhadap kinerja manajerial. d. Hasil
1. Adanya hubungan signifikan antara variable dependen kinerja
manajerial dengan semua variable independen variabel prediktornya
2. Interaksi antara variable sistem pengukuran kinerja dan sistem
penghargaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial.
Persamaan dan perbedaan penalitian sekarang dengan penelitian terdahulu.
Nama Judul Variabel Aida Ainul Mardiyah
dan Listianingsih 2005
“Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja,
System Reward dan Profit Center terhadap
Hubungan antara Total Quality Management
dengan kinerja Manajerial”
Variabel Bebas : Sistem Pengukuran Kinerja
X1 System Reward X2
Profit Center X3 Variabel Terikat :
Total Quality Management
→ Kinerja Manajerial Y Retno Kurnianingsih
dan Nur Indriantoro 2001
“Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja dan
Sistem Penghargaan terhadap Keefektifan
Penerapan Teknik Total Quality Management”
Study Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di
Indonesia Variabel Bebas :
Sistem Pengukuran Kinerja X1
Sistem Penghargaan X2 Variabel Terikat :
Total Quality Management Y
Rizky Ekwin Pratama 2010
Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja Dan
System Reward Terhadap Kinerja Manajerial Pada
UD. Surya Chemical Variabel Bebas :
Sistem Pengukuran Kinerja X
1
System Reward X
2
Variabel Terikat : Kinerja Manajerial Y
Sumber : Peneliti
10
Dari uraian persamaan dan perbedaan di atas, dapat disimpulkan bahwa replikasi dari peneliti sebelumnya karena dimensi waktu, judul, serta
obyek penelitian berbeda.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Akuntansi Manajemen
Sebuah organisasi akan dapat berjalan secara efisien dan efektif apabila dikelola dengan sebaik–baiknya. Pengelola organisasi adalah para
manajer, direktur, dewan direksi, pimpinan dan sebagainya. Para manajer umumnya tidak memiliki waktu yang cukup untuk untuk memeriksa
informasi operasi secara rinci, mereka menggunakan ringkasan informasi operasi bersama dengan informasi lainnya untuk melaksanakan fungsi
manajemen. Informasi akuntansi yang khusus ditujukan untuk kepentingan manajemen disebut akuntansi manajemen.
Menurut Henry Simamora 1999 : 12, akuntansi manajemen adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, penghimpunan,
penganalisaan, penyusunan, penafsiran dan penyampaian informasi yang membantu para manajer dalam mencapai tujuan- tujuan organisasi.
Menurut Hansen dan Mowen 2004 : 4, sistem informasi akuntansi manajemen adalah sistem informasi yang menghasilkan
keluaran output dengan menggunakan masukan input dan memprosesnya untuk mencapai tujuan tertentu manajemen.
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa inti dari proses manajemen adalah membuat keputusan, memilih diantara
11
beberapa alternatif tindak pelaksanaan dipandang dari suatu tujuan tertentu. Pengambilan keputusan adalah dasar dari pembagian proses
manajemen menjadi 2, yaitu perencanaan dan kontrol. Menurut oleh Ainul Mardiyah dan Listianingsih 2005 : 567,
memberikan bukti empiris mengenai pentingnya desain sistem akuntansi manajemen sebagai faktor kontingensi dalam upaya peningkatan kinerja.
Dengan memasukkan dua faktor kontingensi, yaitu sistem pengukuran kinerja dan sistem reward terhadap keefektifan penerapan TQM. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan adanya interaksi antara variabel sistem pengukuran kinerja dan sistem reward mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja manajerial artinya perusahaan yang menerapkan teknik TQM secara langsung dapat meningkatkan kinerja
manajerial.
2.2.2. Sistem Pengukuran Kinerja
Menurut Kurnianingsih dan Indriantoro 2001 : 35, yang dimaksud sistem pengukuran kinerja adalah frekuensi pengukuran kinerja
para manajer dalam unit organisasi yang dipimpin mengenai kualitas dalam aktivitas operasi perusahaan.
Manfaat pengukuran kinerja bagi manajemen maupun karyawan menurut Halim dan Tjahjono 2000 seperti yang dikutip dalam Ainul
Mardiyah dan Listianingsih 2005 : 569 adalah: 1 mengelola operasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara
maksimum, 2 membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan
12
dengan karyawan, seperti promosi, transfer, dan pemberhentian, 3 mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan, pengembangan karyawan,
menyediakan kriteria seleksi, dan evaluasi program pelatihan karyawan, 4 menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan
menilai kinerja, serta 5 menyediakan suatu dasar bagi distribusi reward.
2.2.3. Interaksi Antara Sistem Pengukuran Kinerja dan Kinerja Manajerial
Teori pembentukan perilaku operant conditioning B. F. Skinner 1974 menyatakan bahwa perilaku yang diikuti oleh konsekuensi-
konsekuensi pemuasan cenderung diulang, sedangkan perilaku yang diikuti konsekuensi-konsekuensi hukuman cenderung tidak diulang. Teori
ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan kinerja manajerial apabila penilaian kinerjanya diikuti dengan konsekuensi yang memuaskan seperti
dengan memberikan penghargaan. Hani Handoko, 1992 : 264 Dalam hal ini dapat dimaksudkan bahwa, peningkatan kinerja
manajerial dan sistem pengukuran kinerja sebagai variabel pendukung akan meningkat jika penilaian kinerja diikuti dengan konsekuensi yang
memuaskan, misalnya para manajer harus dapat membuat para bawahan merasa berguna dan penting serta dilibatkan dalam setiap pengambilan
kebijakan terhadap keputusan-keputusan yang akan diambil oleh organisasi.
Dengan sistem pengukuran kinerja yang terdiri dari serangkaian ukuran akan dapat menilai kinerja manajerial, pengukuran kinerja dapat
13
memberikan informasi untuk mengambil keputusan tentang promosi dan gaji. Ainul Mardiyah dan Listianingsih, 2005 : 571
Menurut Locke dan Latham 1990 seperti yang dikutip dalam Kurnianingsih dan Indriantoro 2001 : 31, menyatakan bahwa frekuensi
pelaporan pengukuran kinerja pemanufakturan membantu para karyawannya mengembangkan efektivitas pekerjaan strategis dengan lebih
cepat dan dapat meningkatkan kinerjanya. Dengan demikian akan lebih baik jika pengukuran kinerja secara
langsung dihubungkan dengan kualitas. Oleh karena itu, karyawan diwajibkan untuk memastikan bahwa kualitas dalam proses
pemanufakturan tetap pada pengawasan dan dapat secara terus menerus ditingkatkan hasilnya. Kurnianingsih dan Indriantoro, 2001 : 32
2.2.4. System Reward
Menurut Ainul Mardiyah dan Listianingsih 2005 : 570, menyatakan bahwa kompensasi adalah semua bentuk return baik finansial
maupun non-finansial yang diterima karyawan karena jasa yang disumbangkan ke perusahaan. Kompensasi dapat berupa finansial yaitu
berbentuk gaji, upah, bonus, komisi, asuransi karyawan, bantuan sosial karyawan, tunjangan, libur atau cuti tetapi tetap dibayar, dan sebagainya.
Kompensasi non-finansial seperti tugas yang menarik, tantangan tugas, tanggung jawab tugas, peluang kenaikan pangkat, pengakuan, dan lain–
lain.
14
Peranan penghargaan dan pengakuan terhadap prestasi karyawan, seperti penilaian kinerja, kompensasi program pengakuan prestasi dan
sistem promosi, merupakan motivasi untuk mencapai sasaran. Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, 2001 : 140
2.2.5. Interaksi Antara System Reward dan Kinerja Manajerial
Teori Motivasi merupakan cara untuk memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi antara manajer dengan para bawahan
agar dapat meningkatkan kinerja manajerial. Motivasi merupakan dorongan yang membuat karyawan melakukan sesuatu dengan cara dan
untuk mencapai tujuan tertentu. Sjafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala Hubeis, 2007 : 113
Menurut Abraham Maslow, menyebutkan bahwa kebutuhan tiap manusia tumbuh secara progresif yaitu ketika kebutuhan tingkat terendah
terpuaskan maka individu bersangkutan mencari kebutuhan berikutnya yang lebih tinggi lagi sampai yang tertinggi. Artinya menurut Maslow, tiap
individu baru akan melakukan pekerjaan terbaiknya jika semua kebutuhannya terpenuhi. Sebaliknya, seseorang tidak akan merespon
positif untuk mengerjakan yang terbaik ketika dirinya merasa terancam atau tidak dihargai, walaupun kebutuhan fisiknya telah terpenuhi. Sjafri
Mangkuprawira dan Aida Vitayala Hubeis, 2007 : 114. Hal ini dapat dimaksudkan bahwa motivasi dapat mengakibatkan,
menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia. Dengan demikian para manajer harus dapat memahami orang-orang tertentu agar dapat
15
mempengaruhi untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan organisasi melalui sistem penghargaan sehingga nantinya kinerja manajerial
meningkat. Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Menurut Ichniowski dkk 1997 seperti yang dikutip oleh Ainul
Mardiyah dan Listianingsih 2005 : 570, menyatakan bahwa kinerja yang tinggi dasarnya tergantung program pemberian intensif jika dihubungkan
dengan pekerjaan yang mendukung, meliputi penilaian kerja, informasi yang merata, dan keamanan kerja. Pemberian insentif merupakan
pemotivasian yang lebih kuat bagi karyawan untuk meningkatkan kualitas kinerjanya.
Hasil penelitian Sim dan Killough 1998 menyatakan bahwa kinerja yang tinggi dapat dicapai jika praktik TQM digunakan bersama
dengan program kinerja yang digunakan sebagai dasar pemberian atau reward. Ichniowski dkk 1997 menyatakan bahwa kinerja yang tinggi
dasarnya tergantung program pemberian reward. Dengan demikian, karyawan yang memberikan informasi bermanfaat untuk peningkatan
mutu selayaknya menerima reward dari manajemen. Ainul Mardiyah dan Listianingsih, 2005 : 571
2.2.6. Kinerja Manajerial
Penelitian Mahoney, dkk 1963 seperti yang dikutip oleh Ainul Mardiyah dan Listianingsih 2005 : 568, menyatakan kinerja
16
performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing–masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Manajer menghasilkan kinerja dengan mengerahkan bakat dan kemampuan, serta usaha beberapa orang lain yang berada didalam daerah
wewenangnya. Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan keefektifan organisasi. Ainul Mardiyah dan Listianingsih,
2005 : 568 Mahoney, dkk 1963 dalam Indriantoro seperti yang dikutip oleh
Sutanti 2007 : 30, mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan
manajerial, antara lain: 1.
Perencanaan, dalam arti kemampuan untuk menentukan tujuan, kebijakan dan tindakan atau pelaksanaan, penjadwalan kerja,
penganggaran, merancang prosedurdan pemrograman. 2.
Investigasi, yaitu kemampuan untuk mengumpulkan dan menyampaikan informasi untuk catatan laporan, dan rekening,
mengukur hasil, menentukan persediaan dan analisis pekerjaan. 3.
Pengkoordinasian, yaitu kemampuan melakukan tukar menukar informasi dengan orang lain dibagian oganisasi yang lain untuk
meningkatkan dan menyesuaikan program, memberitahu bagian lain dan hubungan dengan manajer lain.
17
4. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk menilai dan mengukur proposal,
kinerja yang diamati atau dilaporkan, penilaian pegawai, penilaian catatan hasil, penilaian laporan keuangan, pemeriksaan produk.
5. Pengawasan supervisi, yaitu kemampuan untuk mengarahkan,
memimpin dan mengembangkan bawahan, membimbing, melatih dan menjelaskan peraturan kerja pada bawahan, memberikan tugas
pekerjaan dan menangani bawahan. 6.
Pengaturan staff staffing, yaitu kemampuan untuk mempertahankan angkatan kerja di bagian anda, merekrut, mewawancarai dan memilih
pegawai baru, menempatkan, mempromosikan dan mutasi pegawai. 7.
Negosiasi, yaitu kemampuan dalam melakukan pembelian, penjualan atau melakukan kontrak untuk barang dan jasa, menghubungi
pemasok, tawar–menawar dengan wakil penjual, tawar–menawar secara kelompok.
8. Perwakilan representatif, yaitu kemampuan dalam menghadiri
pertemuan-pertemuan dengan perusahaan lain, pertemuan perkumpulan bisnis, pidato untuk acara–acara kemasyarakatan,
pendekatan kemasyarakatan, mempromosikan tujuan umum perusahaan.
2.3. Kerangka Pikir