Pengertian Computer Anxiety Tujuan Demografi

Kumpulan definisi anxiety mengesankan bahwa tidak ada kesepahaman yang pasti mengenai definisi anxiety. Seperti yang diungkapkan Levitt 1967, bahwa ruang lingkup definisi anxiety yang tepat itu tidak terbatas dan sangat luas Sudaryono dan Astuti, 2005: 896.

2.2.7.2. Pengertian Computer Anxiety

Menurut Iqbaria dan Parasuraman 1989, computer anxiety didefinisikan sebagai suatu kecenderungan seseorang menjadi susah, khawatir atau ketakutan mengenai penggunaan teknologi informasi komputer pada masa sekarang atau pada masa yang akan datang Sudaryono dan Astuti, 2005: 896. Menurut Gudono dan Rifa 1999: 24, computer anxiety adalah suatu tipe stres tertentu computer anxiety itu berasosiasi dengan kepercayaan yang negatif mengenai komputer, masalah-masalah dalam menggunakan komputer dan penolakan terhadap mesin. Menurut Wlodkowski 1993: 83 dalam jurnal Dupin-Bryant 2002: 1, computer anxiety adalah suatu respon yang emosional kepada karakteristik komputer yang ditimbulkan oleh ketakutan. Ketakutan dan kecemasan terhadap komputer adalah “kondisi yang cenderung negatif untuk mempelajari dan kurang menarik bagi seseorang”. Interaksi antara manusia dan komputer adalah komplek. Hakkinen 1994 menyarankan bahwa interaksi ini mungkin membuat berbagai macam respon yang emosional, termasuk kecemasan. Ketakutan terhadap komputer merupakan komunikasi yang alami antara interaksi manusia dan komputer. Dalam jurnal Nicole Joncour, et. al., 1994: 1, computer anxiety adalah sebagai suatu respon yang muncul berupa kecemasan atau ketakutan terhadap teknologi komputer yang diiringi oleh perasaan yang bercampur aduk, gugup dan tertekan Mclnerney dan Sinclair, 1994. Mclnerney, et. al., 1994 lebih jauh mencatat bahwa berbagai perasaan dari suatu anxiety mungkin saja diiringi oleh keyakinan dan sikap yang negatif terhadap teknologi, termasuk khawatir dirinya terlihat kaku, bodoh dan dapat merusak komputer. Sudah banyak penelitian yang dilakukan tentang hal-hal yang berkaitan dengan computer anxiety beserta dampak yang ditimbulkannya. Peneliti yang berbeda-beda dalam konteks penelitian yang berbeda-beda pula seringkali menghasilkan suatu kesimpulan yang berbeda-beda pula.

2.2.7.3. Dampak Computer Anxiety terhadap Pemakai Komputer

Menurut Linda V. Orr 2000, computer anxiety merupakan salah satu technophobia, dimana komputer merupakan salah satu teknologi yang berkembang dalam kehidupan manusia. Technophobia sendiri dapat digolongkan menjadi 3 tingkatan Sudaryono dan Astuti, 2005: 896, yaitu: a. Anxious Technophobe Seseorang yang termasuk dalam tingkatan ini akan menunjukkan tanda-tanda klasik yang merupakan reaksi kekhawatiran anxiety reaktion ketika menggnakan suatu teknologi, tanda-tanda tersebut dapat berupa munculnya keringat ditelapak tangan, detak jantung yang keras atau sakit kepala. b. Cognotive Technophobe Seseorang yang termasuk dalam tingkatan ini pada mulanya merasa tenang dan relaks, mereka sebenarnya menerima suatu teknologi baru tetapi muncul beberapa pesan negatif seperti “Saya akan menekan tombol yang salah dan mengacaukan mesin ini”. c. Unconfortable User Seseorang yang termasuk dalam tingkatan ini dapat dikatakan sedikit khawatir dan masih muncul pernyataan negatif, tetapi secara umum tidak membutuhkan one-on-one-counselling. Kegelisahan terhadap komputer dapat memunculkan dua hal, yaitu: a. Fear takut Seseorang yang merasa takut dengan adanya komputer karena mereka belum banyak menguasai teknologi komputer, sehingga mereka belum bisa mendapatkan manfaat dengan kehadiran komputer. b. Anticipation antisipasi Seseorang merasa perlu melakukan antisipasi terhadap kegelisahan yang muncul dengan adanya komputer. Antisipasi tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan ide-ide pembelajaran yang menyenangkan anticipation terhadap komputer.

2.2.8. Computer Experience

Pengalaman merupakan dasar dalam melakukan tugas artinya dengan pengalaman seseorang akan lebih cepat memahami sesuatu dan menjadikannya mempunyai wawasan yang luas, sehingga akan terbiasa untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu serta mudah untuk beradaptasi dalam berbagai kondisi lingkungan pekerjaan yang berbeda. Pengalaman experience merupakan modal yang diterima berdasarkan keahlian di masa yang lalu. Pengalaman diperoleh berkat interaksi antara individu dengan lingkungannya. Menurut pendapat Thompson, et. al., 1994 dalam jurnal Rifa dan Gudono 1999: 24 menunjukkan bahwa pengalaman berpengaruh terhadap penggunaan Personal Computer. Orang yang mempunyai pengalaman dibidang komputer mempunyai keahlian yang lebih tinggi dari orang yang tidak mempunyai pengalaman Horrison Rainer,1992. Levin dan Gordon 1989 mengemukakan bahwa subjek yang mempunyai komputer sendiri lebih termotivasi untuk mengenal komputernya dan memiliki sikap yang lebih berpengaruh terhadap komputer daripada subjek yang tidak memiliki komputer. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa computer experience adalah tingkat ketidaknyamanan seseorang terhadap penggunaan komputer yang dikarenakan adanya pengaruh kurangnya pengetahuan terhadap komputer yang didapat dari masa lalu. Lama tidaknya keberadaan seseorang dalam perusahaan mempengaruhi tingkat produktifitas dalam memyelesaikan pekerjaannya. Dan tentu tidak mengherankan apabila cara memandang dan menanggapi setiap kejadian antara seseorang yang berpengalaman dan yang kurang pengalaman akan berbeda. Beberapa penelitian berdasarkan pengalaman Czaja 1998; Dyck 1994; Sharit, et. al., 1998; Marquie 1994 dalam jurnal Butchko, 2003: 2 menemukan perbedaan-perbedaan antara generasi muda dan tua. Pencarian meliputi generasi tua yang mengalami tingkat ketidaknyamanan yang tinggi, perasaan yang tidak manusiawi, kurangnya kontrol ketika menggunakan komputer dan rendahnya percaya diri kepercayaan bahwa seseorang yang merasa mampu dalam mengoperasikan teknologi komputer. Yang ditemukan bahwa generasi keinginan secara fisik dan ketidaknyaman secara tetap bagi generasi tua dan muda mengalami sedikit stres daripada generasi muda ketika mengerjakan tugas-tugas secara interaktif. Singkatnya, yang ditemukan bahwa generasi tua memiliki tingkat kemampuan komputer yang rendah. Walau secara keseluruhan, mereka memiliki rasa tidak percaya diri yang rendah daripada generasi muda. 2.2.9. Konsep Dasar Demografi 2.2.9.1. Pengertian Demografi Kata demografi berasal dari bahasa Yunani ’Demos’ yang berarti rakyat atau penduduk dan ’Grafein’ yang artinya menulis. Jadi demografi Achille Guillard adalah tulisan-tulisan atau karangan- karangan mengenai rakyat atau penduduk Yasin, 2007: 1. Menurut Donald J. Bogue, demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistika dan matematika tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk serta perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya 5 komponen demografi, yaitu kelahiran, kematian, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial Yasin, 2007: 1. Menurut Philip M. Hauser dan Dudley Duncan, demografi mempelajari tentang jumlah, persebaran territorial dan komposisi penduduk serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan tersebut Yasin, 2007: 2. Menurut Goerge W. Barclay, demografi memberikan gambaran yang menarik dari penduduk yang digambarkan secara statistika. Demografi mempelajari tingkah laku keseluruhan dan bukan tingkah laku perorangan Yasin, 2007: 2. Demografi merupakan studi tentang proses vital dalam hal terjadinya pengumpulan penduduk dalam jumlah besar dan secara keseluruhannya secara bersama Kartasapoetra dan Kreimers, 1987 : 411. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manusia merupakan bagian dari faktor demografi yang merupakan salah satu aset penting dalam melakukan kegiatan, terutama dalam suatu organisasi hal ini juga tidak tergeser kedudukannya meskipun perkembangan teknologi yang sangat pesat.

2.2.9.2. Tujuan Demografi

Bermacam-macam karakteristik penduduk dan gejala-gejala yang saling berhubungan di dalam masyarakat dipakai para ahli demografi untuk 4 tujuan pokok Yasin, 2007: 4, yaitu : 1. Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu. 2. Menjelaskan pertumbuhan masa lampau, penurunannya dan persebarannya dengan sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia. 3. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan bermacam-macam aspek organisasi sosial. 4. Mencoba meramalkan pertumbuhan penduduk di masa yang akan datang dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya.

2.2.9.3. Komponen Demografi