Penambahan Berat Badan Interdialisis

125

BAB 5 PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa variabel penambahan berat badan interdialisis memiliki hubungan dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Penjelasan tentang tiap variabel dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:

5.1 Penambahan Berat Badan Interdialisis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penambahan berat badan interdialisis pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis adalah 3,92 dengan penambahan berat badan interdialisis minimal 0,45 dan penambahan berat badan interdialisis maksimal 8,19. Penambahan berat badan interdialisis dengan satuan Kilogram Kg didapat rata-rata 2,13Kg, median 2,03Kg, standar deviasi 0,85 dengan penambahan berat badan minimal 0,36Kg dan maksimal 4,29Kg. Penambahan berat badan interdialisis disebabkan karena ketidakmampuan ginjal dalam menjalani fungsi eksresinya, sehingga berapapun jumlah cairan yang masuk dan dikonsumsi pasien, penambahan berat badan akan akan selalu ada. Rata-rata penambahan berat badan interdialisis responden termasuk kategori berat karena 3,9 Lopez-Gomez, 2005. Beberapa faktor spesifik yang mempengaruhi penambahan berat badan interdialisis antara lain faktor dari pasien itu sendiri dan beberapa faktor psikososial antara lain faktor demografi, masukan cairan, rasa haus, social support, self efficacy dan stres Sonnier, 2000. Universitas Sumatera Utara 126 Kelebihan cairan tubuh yang terjadi pada pasien juga sangat terkait dengan kepatuhan pasien hemodialisis itu sendiri. Kepatuhan merupakan bagian terpenting untuk mengontrol masukan cairan pada pasien yang menjalani hemodialisis, penelitian yang dilakukan oleh Marantika 2014 untuk melihat gambaran kepatuhan pasien yang menjalani hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan menyatakan bahwa jumlah pasien yang tidak mematuhi anjuran medisnya adalah 53 orang, lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang mematuhi anjuran medis yaitu hanya 6 orang. Kepatuhan juga sangat erat hubungan nya dengan tingkat pendidikan, mayoritas responden pada penelitian ini berpendidikan sekolah menengah atas SMA yaitu 51,2, hanya sebagian kecil yang berpendidikan di perguruan tinggi yaitu 28,4. Berdasarkan suku, menurut penelitian Marantika 2014 suku batak diidentifikasi sebagai suku yang lebih sering tidak patuh dibanding suku lainnya, namun untuk membuktikannya butuh penelitian lebih lanjut. Jenis kelamin akan mempengaruhi cairan dan berat badan seseorang karena perbedaan komposisi tubuh, dimana komposisi tubuh laki-laki yang terdiri dari 55 air sedangkan perempuan terdiri dari 47 air Guyton, 2006. Pada penelitin ini mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 59,3 sehingga kemungkinan akan berpengaruh terhadap asupan cairan yang dikonsumsi, sehingga cenderung penambahan berat badan interdialisis pada penelitian ini tinggi. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Igbokwe dan Obika 2007 dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa laki-laki kurang dapat mengontrol rasa haus, dan rasa haus laki-laki cenderung lebih tinggi jika dibandingkan oleh Universitas Sumatera Utara 127 perempuan. Sejalan dengan penelitian Ifudu et al. 2002 bahwa penambahan berat badan interdialisis pada laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan. Abuelo 1998 menyatakan bahwa pasien yang berusia lanjut mengalami penurunan rasa haus sehingga asupan cairan pun menurun yang menyebabkan penambahan berat badan interdialisis pun tidak berat. Pada penelitian ini usia responden paling banyak dalam rentang usia dewasa menengah yaitu 28,9 dan dewasa lanjut 49, dan hanya 17,5 yang berusia lanjut usia 60tahun, oleh karena itu berdasarkan usia responden rasa haus yang dirasakan masih sangat tinggi. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati 2012 yang menyatakan adanya hubungan antara usia dengan penambahan berat badan interdialisis semakin responden berusia lanjut maka penambahan berat badan interdialisis makin kecil. Sejalan dengan penelitian Lopez-Gomez 2005 yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan penambahan berat badan interdialisis, dimana hubungan nya berkorelasi negatif yang bermakna semakin lanjut usia maka penambahan berat badan interdialisis semakin kecil. Asupan cairan sangat berperan penting dalam terjadinya penambahan berat badan interdialisis dimana asupan cairan yang berlebihan akan menyebabkan penambahan berat badan interdialisis yang tidak terkontrol Abuelo, 1999. Asupan cairan harian yang dianjurkan pada pasien yang menjalani hemodialisis adalah dibatasi hanya sebanyak insensible water losses ditambah jumlah urin Smeltzer Bare, 2008. Namun hal tersebut tidak banyak dipahami oleh responden, mereka hanya mengetahui asupan cairan harus dibatasi tapi untuk berapa jumlah pastinya mayoritas responden tidak mengetahuinya. Penambahan Universitas Sumatera Utara 128 berat badan interdialisis juga sangat erat hubungannya dengan rasa haus Mistiaen, 2001. Rasa haus juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca Sarkar et al., 2006, kota Medan yang cenderung bercuaca panas menyebabkan rasa haus pasien meningkat sehingga asupan cairan juga meningkat. Mayoritas responden mengeluhkan cuaca yang panas menyebabkan mereka tidak bisa menahan rasa haus. Berat badan interdialisis juga cenderung meningkat pada saat Weekend Sonnier, 2000. Sejalan dengan penelitian Lopez-Gomez 2005 yang mengatakan bahwa penambahan berat badan interdialisis dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan biasanya juga meningkat pada periode interdialitik yang melewati akhir minggu weekend. Abuelo 1998 memperkirakan konsumsi cairan pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis tidak boleh lebih dari 1literhari agar penambahan berat badan tidak lebih dari 1kghari, dengan perkiraan kebutuhan cairan pasien karena penambahan berat badan interdialisis 4 akan berbahaya untuk pasien. Hal ini sejalan dengan National Kidney Foundation 2006 yang menyatakan bahwa penambahan berat badan interdialisis 4,8 akan meningkatkan resiko kematian pada pasien dan idealnya dalam sekali hemodialisis tidak boleh menarik cairan lebih dari 1-2Kg.

5.2 Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis