Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis

128 berat badan interdialisis juga sangat erat hubungannya dengan rasa haus Mistiaen, 2001. Rasa haus juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca Sarkar et al., 2006, kota Medan yang cenderung bercuaca panas menyebabkan rasa haus pasien meningkat sehingga asupan cairan juga meningkat. Mayoritas responden mengeluhkan cuaca yang panas menyebabkan mereka tidak bisa menahan rasa haus. Berat badan interdialisis juga cenderung meningkat pada saat Weekend Sonnier, 2000. Sejalan dengan penelitian Lopez-Gomez 2005 yang mengatakan bahwa penambahan berat badan interdialisis dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan biasanya juga meningkat pada periode interdialitik yang melewati akhir minggu weekend. Abuelo 1998 memperkirakan konsumsi cairan pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis tidak boleh lebih dari 1literhari agar penambahan berat badan tidak lebih dari 1kghari, dengan perkiraan kebutuhan cairan pasien karena penambahan berat badan interdialisis 4 akan berbahaya untuk pasien. Hal ini sejalan dengan National Kidney Foundation 2006 yang menyatakan bahwa penambahan berat badan interdialisis 4,8 akan meningkatkan resiko kematian pada pasien dan idealnya dalam sekali hemodialisis tidak boleh menarik cairan lebih dari 1-2Kg.

5.2 Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis

Kualitas hidup merupakan sesuatu yang bersifat subyektifitas dan multidimensi. Subyektifitas mengandung arti bahwa kualitas hidup hanya dapat ditentukan dari sudut pandang pasien itu sendiri sedangkan multidimensi bermakna bahwa kualitas hidup dipandang dari seluruh aspek kehidupan seseorang secara holistik meliputi aspek biologis atau fisik, psikologis, Universitas Sumatera Utara 129 sosiokultural dan spiritual Panthee Kritpracha, 2011. Kualitas hidup mengembangkan defenisinya tentang bagaimana kesehatan seseorang berdampak pada kemampuan untuk beraktifitas fisik secara normal dan juga aktivitas sosialnya Young, 2009. Hasil penelitian menunjukkan gambaran umum nilai kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis mengalami penurunan yang signifikan dengan nilai rata-rata keseluruhan domain 53,47 dengan standar deviasi SD 21,00. Penilaian kualitas hidup dalam penelitian ini dengan ketentuan rentang skor 0-100, dimana 0 menunjukkan kualitas hidup terburuk, dan 100 kualitas hidup terbaik. Penurunan nilai terutama pada domain keterbatasan akibat masalah fisik, keterbatasan akibat masalah emosi, beban akibat penyakit ginjal, fungsi fisik, efek penyakit ginjal, persepsi kesehatan secara umum, tidur, status pekerjaan, dan fungsi seksual. Domain kualitas hidup yang memiliki nilai rata-rata yang paling tinggi adalah dukungan dari staff dialisis yaitu 95,81 SD 14,15 dan dukungan sosial 89,09 SD 22,95. Hal ini sejalan dengan penelitian Cleary dan Drennan 2005 menunjukkan bahwa pengukuran kualitas hidup dengan menggunakan kuisioner Kidney Disease Quality of Life SF 36 KDQOL terjadi penurunan nilai yang signifikan pada kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis terutama pada dimensi keterbatasan peran akibat gangguan fisik dan vitalitas. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Atmaja 2010 juga menunjukkan bahwa penilaian kualitas hidup yang menggunakan KDQOL bahwa keterbatasan peran akibat gangguan fisik mempunyai skor rata-rata terendah 23,65. Universitas Sumatera Utara 130 Hampir seluruh responden mengeluh mengalami keterbatasan akibat masalah fisik dan emosional dengan nilai rata-rata 3,16 dan 4,46. Keterbatasan akibat masalah fisik mencakup seberapa besar masalah fisik yang dialami pasien mengganggu pekerjaan dan aktifitas sehari-hari, seperti memperpendek waktu untuk bekerja atau beraktifitas, keterbatasan dan kesulitan dalam beraktifitas. Hasil penelitian Pakpour 2010 juga menyatakan bahwa domain keterbatasan peran akibat gangguan fisik mempunyai nilai yang terendah diantara domain yang lain. Ayoub dan Hijjazi 2013 hasil analisis regresi faktor yang paling mempengaruhi terhadap kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis adalah penyakit kronik yang diderita, dan domain yang mempunyai nilai yang paling rendah adalah nyeri pada tubuh, fungsi sosial dan peran fisik. Keterbatasan akibat masalah emosional ini mencakup bagaimana masalah emosional mengganggu pasien dalam beraktifitas sehari hari, seperti lebih tidak teliti dari sebelumnya. Depresi dan kecemasan merupakan gangguan psikologis yang paling sering dialami oleh pasien yang menjalani hemodialisis hal ini dikarenakan gejala uremia seperti kelelahan, gangguan tidur, menurunnya nafsu makan dan gangguan kognitif Son et al., 2009. 50 dari pasien yang memulai dialisis mengalami depresi dengan gejala seperti rasa bersalah, putus asa, mudah marah, dan keinginan untuk bunuh diri, selain itu pasien juga merasa menjadi beban dalam keluarga dan khawatir tentang penampilan atau gangguan citra tubuh Sathvik et al., 2008. Beban sebagai akibat penyakit ginjal sering kali dirasakan pasien, hal ini juga dirasakan sebagian besar responden dalam penelitian ini dengan nilai rata-rata 20,00. Beban akibat penyakit ini antara lain sejauh mana Universitas Sumatera Utara 131 penyakit ginjal pasien dirasakan sangat mengganggu kehidupan, banyaknya waktu yang dihabiskan, rasa frustasi terhadap penyakit, dan perasaan menjadi beban dalam keluarga. Efek penyakit ginjal merupakan konsekuensi akibat penyakit ginjal yang diderita dan sering menyusahkan pasien. Pada penelitian ini efek penyakit ginjal mendapat nilai rata-rata 46,83, artinya sebagian besar responden merasa sangat terganggu dengan pembatasan cairan, pembatasan diet, kemampuan bekerja disekitar rumah, kemampuan untuk melakukan perjalanan, ketergantungan terhadap petugas kesehatan, perasaan khawatir dan stres terhadap penyakit yang diderita, kehidupan seksual, dan penampilan Hays et al., 1997. Pada penelitian ini sebagian responden juga mengeluhkan ada gangguan dalam fungsi Seksual dengan nilai rata-rata 52,57 yang dinilai dalam domain ini adalah intensitas, gairah dan menikmati hubungan seksual. Hasil penelitian Santos et al. 2012 dari total 58 pasien perempuan yang menjalani hemodialisis, 46 79,3 diketahui mengalami disfungsi seksual. Prevalensi disfungsi seksual di antara perempuan yang menjalani hemodialisa sangat tinggi, mencapai hampir 80 . Bukan hanya perempuan, pasien pria juga mengalami gangguan disfungsi seksual atau gangguan ereksi Stefanovic Avramovic, 2012. Sebagian besar responden juga mengalami gangguan tidur dengan nilai rata-rata 49,65. Sejalan dengan penelitian Yong et al. 2009 yang menyatakan gejala gangguan fisik yang sering dikeluhkan pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis adalah gangguan atau kesulitan tidur, kelelahan, tidak tahan cuaca dingin, pruritus, kelemahan ekstremitas bawah. Fungsi fisik sebagian Universitas Sumatera Utara 132 besar responden juga terganggu dengan nilai rata-rata 37,53. Aspek ini mencakup kemampuan untuk beraktifitas seperti berjalan, menaiki tangga, membungkuk, mengangkat, gerak badan dan kemampuan aktifitas berat. Sebagian besar responden juga mempunyai persepsi kondisi kesehatan secara umum buruk dengan nilai 47,88 aspek ini mencakup pandangan pasien terhadap kondisi kesehatan sekarang, prediksi di masa yang akan datang, dan daya tahan terhadap penyakit. Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis memiliki kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya dan mengalami gangguan atau skor yang lebih rendah disebagian besar domain kualitas hidup Cleary Drennan, 2005; Sathvik et al., 2008; Bele et al., 2012; Yong et al., 2009; Pakpour et al., 2010. Kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik dipengaruhi oleh banyak faktor seperti sosial demografi, depresi, lamanya menjalani hemodialisis, dukungan keluarga, adekuasi, dan status penyakit. Penelitian Pakpour 2010 menyatakan bahwa semakin lama pasien menjalani hemodialisis maka kondisi fisik dan mental nya akan semakin memburuk. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurchayati 2010 yang melakukan penelitian di RSI Fatimah Cilacap dan RSUD Banyumas menyatakan bahwa semakin lama pasien menjalani hemodialisis maka kualitas hidupnya semakin baik. Berdasarkan jenis kelamin Lopes et al. 2007 dalam penelitian nya menyatakan bahwa perempuan cenderung punya skor kualitas hidup yang lebih rendah dari laki-laki, begitu juga dengan keadaan tidak bekerja, pendapatan yang Universitas Sumatera Utara 133 rendah juga berpengaruh terhadap kualitas hidup. Sejalan dengan penelitian Nurchayati 2010 bahwa status pekerjaan berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Mayoritas responden pada penelitian ini sudah tidak lagi bekerja yaitu sebanyak 123 orang. Mayoritas responden juga berpenghasilan 1-2juta rupiah perbulan, dengan meningkatnya kebutuhan dan biaya hidup, sebagian responden merasa penghasilan mereka belum mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Domain dukungan dari staf dialisis dan dukungan sosial dalam penelitian ini mempunyai nilai yang paling tinggi yaitu 95,81 dan 89,09. Hampir seluruh responden mengatakan sangat puas dengan pelayanan perawat di unit hemodialisis dan sebagian juga mengatakan mendapat dukungan dari keluarga, teman-teman dan lingkungan sekitar. Praktek keperawatan hemodialisis merupakan praktek keperawatan lanjut, yang dilakukan oleh perawat dialisis yang terdiri dari perawat praktisi dan perawat spesialis klinik dan memiliki sertifikat pelatihan dialisis Headley Wall, 2000. Kallenbach et al., 2005 menyebutkan bahwa perawat dialisis selain sebagai care provider clinician pemberi asuhan keperawatan, educator, counselor, administrator, advocate dan researcher juga sebagai collaborator. Peran perawat dialisis dalam melakukan praktek keperawatan lanjut pada pasien yang menjalani hemodialisis dapat mencegah terjadinya komplikasi yang berefek pada peningkatan kualitas hidup pasien hemodialisis Headley Wall, 2000. Perawat di unit hemodialisis RSUP Haji Adam Malik dan RS dr. Pirngadi mayoritas merupakan perawat ahli dan terlatih dan memiliki sertifikat pelatihan dialisis. Dukungan sosial dalam penelitian ini juga mendapat nilai yang Universitas Sumatera Utara 134 tertinggi. Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang penting untuk membantu menurunkan depresi pada pasien dan membantu beradaptasi dengan pengobatan dialisis yang dijalani Tel Tel, 2011. 5.3 Hubungan Penambahan Berat Badan Interdialisis dengan Kualitas Hidup Paisen penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata dan standar deviasi SD pada pasien yang mengalami penambahan berat badan interdialisis 3, 3-3,9, dan 3,9. Nilai rata-rata kualitas hidup pasien yang mengalami penambahan berat badan interdialisis 3,9 jauh lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang menjalani penambahan berat badan interdialisis 3. Hal ini terbukti pada analisa bivariat dilakukan uji korelasi pearson untuk mengetahui hubungan penambahan berat badan interdialisis dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis didapat p value 0,00 0,05 yang artinya adanya hubungan penambahan berat badan interdialisis dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis Ha diterima. Nilai r pada penelitian ini adalah -0,307 yang bermakna tingkat kekuatan hubungan lemah dan berpola negatif yang berarti semakin tinggi penambahan berat badan interdialisis semakin turun nilai kualitas hidup responden. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nasution 2008 tentang cairan tubuh dengan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis dimana adanya hubungan korelasi antara total body water, intraseluler water dan dry weight dengan kualitas hidup pasien. Karena penambahan berat badan interdialisis berhubungan dengan kondisi cairan tubuh Universitas Sumatera Utara 135 dan dapat dihitung berdasarkan berat badan kering pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Pace 2004 mengatakan bahwa berat badan kering dry weight yang ideal tidak hanya penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis tetapi juga dapat mengurangi komplikasi yang terjadi selama hemodialisis Blood Weekly, 2005. Veerapan et al. 2012 dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa interdialityc weight gain IDWG, dan urine output mempengaruhi kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik, pasien yang memiliki kenaikan berat badan interdialisis lebih kecil akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik, sementara pasien yang memiliki volume urin yang lebih banyak akan mempunyai kualitas hidup yang lebih baik juga. Peningkatan berat badan yang melebihi batas yang dianjurkan yaitu 1,5Kg akan berdampak pada fungsi kardivaskuler dan sistem respirasi National Kidney Foundation, 2006. Hasil penelitian Lase 2011 juga menunjukkan bahwa faktor status nutrisi termasuk asupan cairan dan kondisi komorbid memiliki hubungan yang bermakna terhadap kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Penambahan berat badan yang berlebihan akan menimbulkan berbagai masalah dan akan berdampak terhadap penurunan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis sehingga dapat menyebabkan perubahan pada kemampuan unuk melaksanakan fungsi kehidupannya sehari-hari Young, 2009. Penambahan berat badan interdialisis dapat menyebabkan komplikasi ke semua organ tubuh, kelebihan cairan yang dialami oleh pasien sangat erat kaitannya dengan morbiditas dan kematian Linberg et al., 2009. Penelitian lain juga Universitas Sumatera Utara 136 menyebutkan bahwa penambahan berat badan interdialisis yang berlebihan dapat menyebabkan hipertensi yang semakin berat, gangguan fungsi fisik, sesak nafas, edema pulmonal yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kegawat daruratan hemodialisis, meningkatnya resiko, hipertropy ventrikuler dan gagal jantung Welch et al., 2006. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian, bahwa rata- rata responden mempunyai nilai yang sangat rendah pada dimensi keterbatasan akibat masalah fisik dan diikuti dengan keterbatasan akibat masalah emosi. Secara psikologis keterbatasan fisik yang dialami oleh pasien akan menyebabkan stress dan depresi diperparah dengan gangguan body image yang dialami pasien dan juga berpengaruh terhadap kehidupan sosial pasien Abuelo, 1998; Welch et al., 2006. Menurut Linberg et al. 2009 penambahan berat badan interdialis merupakan salah satu indikator kualitas hidup yang perlu dikaji pada pasien yang menjalani hemodialisis untuk meningkatkan perawatan berkelanjutan. Hasil uji korelasi Pearson didapat nilai kekuatan hubungan r -0,310, yang artinya nilai kekuatan hubungan termasuk kategori lemah. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis yaitu faktor sosial demografi yang terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan, status pernikahan, dan status pekerjaan Paraskevi, 2011; Kizilcik et al., 2012; Sathvik, 2008; Veerapan et al., 2012; Tel Tel, 2011. Pada penelitian ini mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki, dan mayoritas berusia dalam rentang dewasa lanjut. Responden mayoritas berpendidikan SMA, status menikah dan mayoritas sudah tidak lagi bekerja. Menurut Pakpour et al. 2010, pasien yang mempunyai aktivitas pekerjaan Universitas Sumatera Utara 137 cenderung mempunyai kualitas hidup yang baik karena juga akan mempengaruhi status ekonomi. Faktor lain yang juga mempengaruhi kualitas hidup pasien adalah depresi, pasien yang mengalami depresi mempunyai kualitas hidup yang buruk dibandingkan dengan pasien yang tidak depresi Son et al., 2009; Kizilcik et al., 2012. Lamanya menjalani hemodialisis juga akan mempengaruhi kualitas hidup pasien Young, 2009, mayoritas dari responden berada pada rentang 1-3tahun menjalani hemodialisis. Pasien yang mendapatkan dukungan sosial dan keluarga akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik Rambod Rafii, 2010; Tel Tel, 2011; Thomas Washington, 2012. Adekuasi hemodialisis juga ikut mempengaruhi kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis Cleary Drennan, 2005, tapi pada penelitian ini tidak diketahui nilainya, pasien yang memiliki adekuasi hemodialisis yang baik akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik juga.

5.4. Domain Spiritualitas pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis