SUBJEK PAJAK SUBJEK DAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Dalam Rangka Pembentukkan dan atau Pemeliharaan Basis Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak SISMIOP

C. SUBJEK DAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

1. SUBJEK PAJAK

a. Yang menjadi subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki, menguasai dan atau memperolah manfaat atas bangunan. Dengan demikian tanda pembayaran pelunasan pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak. b. Subjek pajak sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak. c. Dalam hal atas suatu objek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya, direktur jenderal pajak dapat menetapkan subjek pajak sebagaimana dimaksud dalam huruf a sebagai wajib pajak. Hal ini memberikan kewenangan kepada Dirjen Pajak untuk menentukan subjek wajib pajak, apabila suatu objek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya. Untuk lebih jelasnya diberikan contoh sebagai berikut: 1. Subjek pajak X memanfaatkan atau menggunakan bumi danatau bangunan milik Y bukan karena sesuatu hak berdasarkan Undang – Undang atau bukan karena perjanjian, maka X yang memanfaatkan menggunakan bumi dan atau bangunan ditetapkan sebagai wajib pajak. 2. Suatu objek pajak yang masih dalam sengketa pemilikan di pengadilan, maka orang atau badan yang memanfaatkan menggunakan objek pajak tersebut ditetapkan sebagai wajib pajak. 3. Subjek pajak dalam waktu yang lama berada di luar wilayah letak objek pajak, sedang untuk merawat objek pajak tersebut dikuasakan kepada orang atau badan yang diberi kuasa dapat ditunjuk sebagai wajib pajak. Penunjukkan sebagai wajib pajak oleh dirjen pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak. d. Subjek pajak yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam huruf c dapat memberikan keterangan secara tertulis kepada direktur jenderal pajak bahwa ia bukan wajib pajak terhadap objek pajak yang dimaksud e. Bila keterangan yang diajukan oleh wajib pajak dalam huruf d disetujui maka direktur jenderal pajak membatalkan penetapan sebagai wajib pajak sebagaimana dalam huruf c dalam jangka waktu satu bulan sejak diterimanya surat keterangan dimaksud. f. Bila keterangan yang diajukan ini tidak disetujui, maka direktur jenderal pajak mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai alasan – alasan g. Apabila setelah jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya keterangan sebagaimana dalam huruf d direktur jenderal pajak tidak memberikan keputusan maka keterangan yang diajukan itu dianggap disetujui.

2. OBJEK PAJAK