PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR JARING JARING BANGUN RUANG DENGAN METODE PENEMUAN (DISCOVERY) PADA KELAS V SD (PTK Kelas V SD Kliwonan 2 Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2010 2011)
commit to user
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR
JARING-JARING BANGUN RUANG DENGAN
METODE PENEMUAN (
DISCOVERY
)
PADA KELAS V SD
(PTK Kelas V SD Kliwonan 2 Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2010/2011)
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh : LINA HARYANTI
X7107039
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(2)
(3)
(4)
commit to user ABSTRAK
Lina Haryanti. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR JARING-JARING BANGUN RUANG DENGAN METODE PENEMUAN
(DISCOVERY) PADA KELAS V SD (PTK Kelas V SD Kliwonan 2 Kabupaten
Sragen Tahun Ajaran 2010/2011). Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) Untuk meningkatkan kemampuan belajar menggambar jaring-jaring bangun ruang matematika pada kelas V SD Kliwonan 2 kabupaten Sragen dengan menggunakan metode penemuan (discovery). (2) Mendeskripsikan penerapan metode penemuan (Discovery) untuk meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada kelas V SD Kliwonan 2 kabupaten Sragen.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang berisi alur penelitian meliputi empat tahapan, dimulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Empat tahapan tersebut membentuk siklus. Penelitian ini berlangsung dalam 2 siklus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi dan tes hasil belajar. Teknis analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif, yaitu keterkaitan antara tiga komponen antara lain : pengumpulan data / reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan : Penerapan metode
penemuan (discovery) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menggambar
jaring-jaring bangun ruang kelas V SD Negeri Kliwonan 2 kabupaten Sragen. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 56,35 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 50%, siklus I nilai rata-rata kelas 68,27 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 65,38% dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 80,58 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 88,46%. Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan
(discovery) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menggambar
jaring-jaring bangun pada kelas V SD Negeri Kliwonan 2 kabupaten Sragen tahun ajaran 2010/2011.
(5)
commit to user ABSTRACT
Lina Haryanti. IMPROVING STUDENTS DRAWING SPACE STRUCTURE SKILLS USING DISCOVERY METHOD IN THE FIFTH CLASS ( A Classroom Research at the fifth grade student in SD Kliwonan 2 Sragen In 2010/2011 Academic Year). Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University 2011.
The purpose of the research is: (1) to improve the student’s learning in drawing space structure skills at the fifth class in SD Negeri Kliwonan 2 Sragen using discovery method. (2) to describe discovery method to improve the
student’s learning drawing space structure at fifth grade SD Negeri Kliwonan 2
Sragen.
This research is classroom action research and the procedure of the recearch consists of planning, action, observation and reflection. That four steps be a cycle. This research was conducted in two cycles and use documentation and the result of the study to technique of collecting data. The technique of data analisys the researcher used interactive analisys model, that is the relation of three component : collecting the data/data reduction, presenting the data and conclusion/verifikasi.
The result of this research, discovery method can improve students drawing space structure at fifth grade SD Negeri Kliwonan 2 Sragen. It is proven on the condition before the action where the averaged grade was 56,35 with the percentage of classical completeness is 50%, cycle I indicated the averaged grade of class is 68,27 with the classical completeness percentage of 65,38% and cycle II it increased become 80,58 with clasisal completeness percentage of 88,46%. Therefore, a recommendation can be addressed that mathematic learning by using discovery method can improve the students drawing space structure at fifth grade students SD Negeri Kliwonan 2 Sragen 2010/2011 academic year.
(6)
commit to user MOTTO
Mulailah segala sesuatu dengan mengingat allah (R. Sudiyatmana)
Mengembangkan kreatifitas anak merupakan pangkal utama untuk mempersiapkan kehidupan
(Suratno)
Siapapun yang berhenti belajar akan menjadi tua, siapapun yang terus belajar akan tetap muda, karena yang penting adalah mempertahankan pikiran agar tetap muda
(Henry Ford)
Dengan ilmu kehidupan menjadi mudah, dengan seni kehidupan menjadi indah, dengan agama kehidupan menjadi lebih terarah
(7)
commit to user PERSEMBAHAN
Dengan segala doa dan puji syukur kehadirat Allah SWT kupersembahkan karya sederhana ini
kepada:
Alm. Bapakku
Yang selalu memberi motivasi dan dukungan serta menjadi teladanku.
Ibunda Tercinta
Terima kasih atas semua doa yang tulus, restu, dukungan dan kasih sayang yang diberikan selama ini.
Adikku dan Keluarga Besarku
Terima kasih untuk semua dukungan yang diberikan kepadaku selama ini.
Seseorang yang jauh disana
Terima kasih atas doa, dukungan dan motivasi yang diberikan selama ini.
Semua Sahabat dan Keluarga Besar S1BO7
Terima kasih atas dukungan dan kebersamaan kita selama ini dan semoga silaturahmi kita tetap terjaga.
Almamaterku PGSD FKIP UNS Surakarta
Tempatku menimba ilmu pengetahuan dan pengalaman
(8)
commit to user KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Dengan Metode Penemuan (Discovery) Pada Kelas V SD (PTK Kelas V SD Kliwonan 2 Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2010/2011) ini diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan yang baik ini diucapkan terima kasih yang tulus kepada :
1. Prof.Dr.HM. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Dra. Siti Istiyati, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dra. Rukayah, M.Hum selaku Pembimbing II yang telah memberikan
dorongan, semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Tumin, S.Pd selaku kepala sekolah SD Negeri Kliwonan 2 yang telah memberikan ijin penelitian.
7. Supadi, S.Pd selaku guru matematika kelas V yang telah merelakan waktunya untuk membantu penelitian ini.
8. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan penelitian ini.
(9)
commit to user
9. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.
Surakarta, Juni 2011 Penulis
(10)
commit to user DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN ABSTRAK . ... iv
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C.Pembatasan Masalah ... 5
D.Perumusan Masalah ... .. 5
E. Tujuan Penelitian ... . 5
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
A.Kajian Teori ... 7
1. Hakikat Kemampuan Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang ... 7
2. Hakikat Metode Penemuan (Discovery) ... 16
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 26
C.Kerangka Berpikir ... 27
D.Hipotesis ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 29
(11)
commit to user
C.Bentuk dan Strategi Penelitian ... 29
D.Sumber Data ... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ... 31
F. Validitas Data ... 31
G.Teknik Analisis Data ... 32
H.Indikator Ketercapaian ... 33
I. Prosedur Penelitian ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40
A.Hasil Penelitian ... 40
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 40
2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 40
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 64
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 67
A.Kesimpulan ... 67
B. Implikasi ... 67
C.Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
(12)
commit to user DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring
Bangun Ruang Pra Siklus ... 41 Tabel 2. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 47 Tabel 3. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ... 48 Tabel 4. Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Menggunakan Metode Penemuan (Discovery) Siklus I 50 Tabel 5. Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Siklus I ... 51 Tabel 6. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 58 Tabel 7. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ... 60 Tabel 8. Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Menggunakan Metode Penemuan (Discovery) Siklus II 61 Tabel 9. Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Siklus II ... 62 Tabel 10. Perkembangan Hasil Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ... 64
(13)
commit to user DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir ... 28
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan kelas (PTK) ... 30
Gambar 3. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman ... 33
Gambar 4. Grafik Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Pra Siklus ... 42
Gambar 5. Grafik Hasil Observasi Kinerja Siklus I ... 48
Gambar 6. Grafik Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ... 49
Gambar 7. Grafik Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Menggunakan Metode Penemuan (Discovery) Siklus I ... 50
Gambar 8. Grafik Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Siklus I ... 52
Gambar 9. Grafik Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 59
Gambar 10. Grafik Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ... 60
Gambar 11. Grafik Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Menggunakan Metode Penemuan (Discovery) Siklus II ... 61
Gambar 12. Grafik Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Siklus II ... 63 Gambar 13. Grafik Perkembangan Hasil Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II 65
(14)
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 73
Lampiran 2. Silabus Kelas V ... 74
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 76
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 93
Lampiran 5. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 ... 110
Lampiran 6. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan 1 113
Lampiran 7. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 .... 118
Lampiran 8. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan 2 . 121 Lampiran 9. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 ... 126
Lampiran 10. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II Pertemuan 1 129
Lampiran 11. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 .. 134
Lampiran 12. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II Pertemuan 2 137
Lampiran 13. Tes Pra Siklus ... 142
Lampiran 14. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 143
Lampiran 15. Soal Individu Siklus I Pertemuan 1 ... 144
Lampiran 16. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 145
Lampiran 17. Soal Individu Siklus I Pertemuan 2 ... 146
Lampiran 18. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 147
Lampiran 19. Soal Individu Siklus II Pertemuan 1 ... 151
Lampiran 20. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 153
Lampiran 21. Soal Individu Siklus II Pertemuan 2 . ... 156
Lampiran 22. Perolehan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus ... 157
Lampiran 23. Perolehan Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 158
Lampiran 24. Perolehan Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 159
Lampiran 25. Kisi-kisi Soal ... 160
(15)
commit to user BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat menciptakan generasi muda sebagai penerus bangsa yang cerdas, kreatif dan berkompeten. Sehingga berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan pendidikan yang mempunyai kualitas baik dan menghasilkan generasi penerus bangsa yang baik pula sangat diperlukan di Indonesia. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung di sekolah akan berjalan dengan baik apabila ada timbal balik antara siswa dengan guru. Maka dari itu harus diciptakan komunikasi yang baik antara siswa dan guru. Guru diharapkan mampu membimbing siswa dengan baik sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dasar pada setiap jenjang pendidikan formal yang memegang peran penting dalam peningkatan kualitas pendidikan. Matematika merupakan pengetahuan dasar yang diperlukan oleh peserta didik untuk menunjang keberhasilan belajarnya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Matematika bagi pendidikan dasar, pada umumnya tidak disukai dan ditakuti karena dianggap sukar oleh siswa. Sehingga, hal ini dapat mempengaruhi perkembangan belajar matematika dan menurunnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
Menurut pendapat R.Soedjadi (2000:41) bahwa objek matematika adalah abstrak. Hal itu merupakan salah satu penyebab sulitnya seorang guru mengajarkan matematika. Seorang guru yang mengajarkan matematika harus berusaha agar matematika di sekolah dasar terlihat konkret untuk memudahkan siswa menangkap pelajaran matematika. Siswa merasa kesulitan untuk memahami pelajaran matematika. Kemampuan dan hasil belajar matematika kurang dan belum sesuai dengan harapan baik harapan guru, orang tua maupun siswa sendiri. Sehingga dalam proses pembelajaran matematika, guru harus mempunyai strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang
(16)
commit to user
diharapkan. Salah satunya menggunakan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa agar siswa aktif dalam pelaksanaan pembelajaran matematika.
Sekarang ini masih banyak ditemui siswa yang memiliki kemampuan rendah dalam belajar matematika, terutama di sekolah. Dalam hal ini, guru kurang memperhatikan strategi yang tepat untuk pembelajaran matematika, sehingga aktivitas belajar siswa di sekolah masih sangat monoton. Keadaan yang demikian menyebabkan turunnya kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SD Kliwonan 2 yang dilihat melalui daftar nilai mata pelajaran matematika, rendahnya kemampuan tersebut ditunjukkan oleh rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar matematika siswa SD Kliwonan 2 rendah yaitu faktor internal dan eksternal dari siswa. Menurut Aunurrahman (2009:178) faktor internal belajar antara lain: (1) Ciri khas/karakteristik siswa, (2) Sikap terhadap belajar, (3) Motivasi belajar, (4) Konsentrasi belajar, (5) Mengolah bahan belajar, (6) Menggali hasil belajar, (7) Rasa percaya diri, (8) Kebiasaan belajar. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain: (1) Faktor guru, (2) Lingkungan sosial (termasuk teman sebaya), (3) Kurikulum sekolah, (4) Sarana dan prasarana. Berdasarkan observasi yang telah di lakukan, masalah internal dan eksternal belajar tersebut juga terjadi di SD Kiwonan 2. Dan masalah tersebut mempengaruhi hasil belajar matematika.
Berdasarkan fakta di lapangan masih banyak siswa yang mempunyai nilai rendah dalam mata pelajaran matematika. Ini teridentifikasi melalui nilai hasil tes yang dilakukan guru. Begitu pula di SD Kliwonan 2 yang dapat dilihat dari daftar nilai matematika, ternyata masih ada 50% siswa yang belum tuntas. Tepatnya 13 siswa dari 26 siswa yang ada di kelas V SD Kliwonan 2 sedangkan yang tuntas 50% dari jumlah siswa dengan nilai yang tidak tinggi.
Fakta di atas menunjukkan bahwa kualitas dan proses pembelajaran yang dilaksanakan kurang optimal dan belum sesuai harapan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SD Kliwonan 2, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : (1) Kurangnya motivasi dan antusias belajar siswa
(17)
commit to user
dalam pembelajaran matematika, (2) Siswa tidak mempersiapkan diri sebelum pembelajaran dimulai walaupun materi yang akan diajarkan sudah diketahui, (3) Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan materi yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.
Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan agar siswa termotivasi dan
antusias untuk mengikuti pembelajaran matematika. Terutama untuk
meningkatkan kemampuan belajar menggambar berbagai bentuk jaring-jaring bangun ruang. Karena apabila ada kesulitan pada siswa dan tidak langsung di atasi, maka pada jenjang pendidikan berikutnya siswa juga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan berbagai bentuk jaring-jaring bangun ruang. Siswa juga akan selalu beranggapan bahwa mata pelajaran matematika itu sulit dan tidak menyenangkan sehingga motivasi untuk belajar matematika menjadi berkurang. Maka dari itu dari berbagai macam model dan metode pembelajaran yang ada, harus dimanfaatkan seefektif mungkin oleh guru untuk menunjang pembelajaran.
Dari masalah-masalah yang dikemukakan di atas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Di sinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi siswa, baik dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam mata pelajaran matematika khususnya pada materi bangun ruang. Dalam hal ini penulis memilih metode pembelajaran penemuan (discovery) untuk meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada pembelajaran matematika. Metode ini dipilih karena untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan yang berpusat pada siswa, belajar untuk berpikir sendiri dan belajar untuk menemukan bentuk jaring-jaring bangun ruang.
Metode penemuan adalah prosedur pembelajaran yang mementingkan pembelajaran perseorangan, manipulasi objek dan percobaan sebelum sampai kepada generalisasi. Metode ini merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa. Metode penemuan mengutamakan pada keaktifan siswa, berorientasi
(18)
commit to user
pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Guru lebih sering memfungsikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa dapat belajar untuk berpikir dan berhasil menemukan sesuatu. Pembelajaran harus dibuat dalam suasana yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dan antusias dalam mengikuti pembelajaran.
Menurut Sugiyanto (2009:1) sebagai seorang pendidik, diketahui bahwa profesionalisme seorang guru bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi lebih pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswanya. Untuk menciptakan pembelajaran yang menarik bagi siswa, maka dalam hal ini metode penemuan
(discovery) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru di sekolah
untuk meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada pembelajaran matematika.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka peneliti mengambil judul
penelitian “ Peningkatan Kemampuan Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang
dengan Metode Penemuan (Discovery) Pada Kelas V SD Kliwonan 2 Kabupaten
Sragen.”
B. Identifikasi Masalah
Dilihat dari latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka identifikasi permasalahannya sebagai berikut:
1. Banyak ditemui siswa yang memiliki kemampuan rendah dalam belajar matematika.
2. Banyak ditemui siswa yang mendapat nilai rendah dalam pembelajaran matematika.
3. Siswa merasa kesulitan untuk memahami pelajaran matematika.
4. Guru masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional.
5. Guru kurang memperhatikan strategi yang tepat untuk pembelajaran matematika.
(19)
commit to user C. Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan waktu yang tersedia maka penelitian ini memerlukan pembatasan. Penelitian ini hanya dibatasi pada masalah :
1. Kemampuan siswa dalam menggambar jaring-jaring bangun ruang pada kelas V SD Kliwonan 2.
2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode penemuan
(discovery).
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut,
1. Apakah penggunaan metode penemuan (discovery) dapat meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada kelas V SD Kliwonan 2 kabupaten Sragen?
2. Bagaimana penerapan metode penemuan (discovery) untuk meningkatkan
kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada kelas V SD Kliwonan 2 kabupaten Sragen?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kemampuan belajar menggambar jaring-jaring
bangun ruang matematika pada kelas V SD Kliwonan 2 kabupaten Sragen
dengan menggunakan metode penemuan (discovery).
2. Mendeskripsikan penerapan metode penemuan (Discovery) untuk
meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada kelas V SD Kliwonan 2 kabupaten Sragen.
(20)
commit to user F. Manfaat Penelitian 1. Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian sejenis yang akan datang.
2. Praktis
a. Bagi Siswa
Meningkatnya kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang dalam pembelajaran matematika terutama pada materi pembelajaran menggambar jaring-jaring bangun ruang.
b. Bagi Guru
1) Bermanfaat untuk menemukan solusi demi meningkatnya kualitas
pembelajaran matematika kelas V pada materi menggambar jaring-jaring bangun ruang.
2) Sebagai bahan masukan untuk melibatkan siswa secara aktif sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
1) Memberikan masukan kepada Kepala Sekolah tentang metode penemuan
(discovery), sehingga dapat mengarahkan pada guru supaya
mempraktekannya.
2) Meningkatnya kualitas pendidikan melalui penerapan metode penemuan
(21)
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakikat Kemampuan Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang a. Pengertian Matematika
1) Pengertian tentang Matematika
Hakikat matematika menunjuk kepada segi-segi penting dan mendasar dalam matematika. Menurut R.Soedjadi (2000:11) pengertian matematika beraneka ragam tidak hanya satu pengertian saja. Beberapa pengertian tersebut antara lain:
a) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan teroganisir secara sistematik.
b) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. c) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan
berhubungan dengan bilangan.
d) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
e) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
f) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Definisi matematika beraneka ragam sesuai dengan atau berdasar pada sudut pandang para ahli matematika yang mendefinisikannya. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2002:723) pengertian matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.
Berdasarkan dari beberapa definisi matematika tersebut dapat disimpulkan pengertian matematika adalah salah satu ilmu dasar dalam kehidupan sehari-hari yang memudahkan manusia untuk memecahkan permasalahannya dalam kehidupan sehari-hari.
(22)
commit to user
Shafer, K. G. (2008) dalam Learning to teach with technology through
an apprenticeship model berpendapat Advances in mathematics education
technology have supported the shift from teacher-centered instruction to student-centered instruction, in which the teacher serves as a facilitator for
learning. (http://www.citejournal.org/vol8/iss1/mathematics/article1.cfm
diakses 28 Mei 2011). Kemajuan teknologi pendidikan matematika telah mendukung pergeseran dari guru-instruksi terpusat untuk instruksi yang berpusat pada siswa, di mana guru berfungsi sebagai fasilitator untuk belajar.
Kersaint, G. (2007) dalam Toward technology integration in
mathematics education: A technology-integration course planning
assignment menyatakan mathematics teacher educators should take a
greater role in helping teachers of mathematics to incorporate technology
as part of their mathematics instruction.
(http://www.citejournal.org/vol7/iss4/mathematics/article1.cfm diakses 28 Mei 2011). Matematika pendidik guru harus mengambil peran lebih besar dalam membantu guru matematika untuk menggabungkan teknologi sebagai bagian dari pembelajaran matematika mereka.
Dalam proses pembelajaran matematika guru harus memperhatikan adanya perbedaan individu, karakteristik siswa dan mendukung mereka untuk belajar dengan baik. Karena setiap peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menyerap materi yang disampaikan guru. 2) Karakteristik Matematika
Matematika mempunyai ciri khusus atau karakteristik tersendiri. Beberapa karakteristik yang dimiliki itu mempunyai peran sendiri-sendiri. Menurut R.Soedjadi (2000:13) beberapa ciri khusus atau karakteristik matematika adalah: a) Memiliki objek kajian abstrak, b) Bertumpu pada kesepakatan, c) Berpola pikir deduktif, d) Memiliki simbol yang kosong dari arti, e) Memperhatikan semesta pembicaraan, (f) Konsisten dalam sistemnya.Walaupun tidak terdapat definisi tunggal matematika, dengan
(23)
commit to user
melihat ciri-ciri khusus atau karakteristiknya dapat dirangkum pengertian matematika secara umum.
3) Pengertian Matematika Sekolah
Matematika diajarkan dijenjang persekolahan yaitu sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama, sekolah menengah atas disebut matematika sekolah. Menurut R.Soedjadi (2000:37) matematika sekolah adalah unsur-unsur atau bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi kepada kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK.
Dalam matematika sekolah buku sekolah tidak selalu diawali dengan teori ataupun definisi. Penyajian matematika yang akan disampaikan disesuaikan dengan perkembangan intelektual peserta didik atau siswa. Penyajiannya dikaitkan dengan realita di sekitar siswa.
4) Tujuan Pendidikan Matematika
Menurut R.Soedjadi (2000:43) tujuan pendidikan matematika dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum pelajaran matematika dan tujuan institusional.
Tujuan umum diberikannya matematika di jenjang Pendidikan Dasar dan pendidikan umum adalah:
a) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.
b) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Sedangkan tujuan khusus matematika di Sekolah Dasar adalah:
a) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung
(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.
b) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui
(24)
commit to user
c) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
d) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
Tujuan matematika yang tercantum dalam KTSP pada SD/MI adalah sebagai berikut:
a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
d) Mengkomunkasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (http://syarifartikel.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-matematika-sekolah-1.html akses tgl 17 maret 2011).
b. Hakikat Kemampuan Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang
1) Pengertian Kemampuan Menggambar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2002:707) pengertian kemampuan adalah (a) kesanggupan;kecakapan;kekuatan, (b) kekayaan. Menurut Chaplin ability kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan (http://www.digilib.petra.ac.id). Sedangkan menurut Robbins kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek (http://www.digilib.petra.ac.id).
(25)
commit to user
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2002:329) pengertian menggambar adalah membuat gambar; melukis. Menggambar (Inggris: drawing) adalah kegiatan membentuk imajinasi, dengan menggunakan banyak pilihan teknik dan alat. Bisa pula berarti membuat tanda-tanda tertentu di atas permukaan dengan mengolah goresan dari alat gambar. (http://id.wikipedia.org/wiki/Menggambar)
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan pengertian kemampuan menggambar adalah kesanggupan seseorang untuk berusaha membuat gambar dengan berbagai teknik sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya.
2) Pengertian Jaring-jaring Bangun Ruang
Dunia kita terbuat dari benda-benda yang berbentuk bangun ruang. Diantaranya bumi yang menjadi tempat tinggal kita ini berbentuk bola dan banyak peralatan sehari-hari di lingkungan kita berbentuk bangun ruang. bangun ruang akan membantu anak memahami, menggambarkan atau mendeskripsikan benda-benda di sekitar anak dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut ST.Negoro dan B.Harahap dalam ensiklopedia matematika (2003:20) mengungkapkan jika suatu bangun tidak seluruhnya terletak dalam bidang, maka bangun itu disebut bangun ruang. Agus Suharjana (2008:5) berpendapat Bangun ruang adalah bagian ruang yang dibatasi oleh himpunan titik-titik yang terdapat pada seluruh permukaan bangun tersebut. Yang termasuk bangun ruang antara lain kubus, balok, tabung, limas, prisma dan kerucut. Menurut Y.D.Sumanto, Heny Kusumawati dan Nur Aksin (2008:149) bagian-bagian bangun ruang terdiri dari : (1) Sisi yaitu bagian bangun ruang yang membatasi bagian dalam dan bagian luar bangun ruang tersebut. (2) Rusuk yaitu garis pertemuan antara dua sisi pada bangun ruang tersebut. (3) Titik sudut yaitu pojok bangun ruang tersebut.
R.J Soenarjo (2007:262) berpendapat, jaring-jaring bangun ruang adalah bidang datar yang terdiri dari seluruh sisi-sisi bangun ruang dalam satu rangkaian. Jaring-jaring dapat dibuat dari berbagai bangun ruang. Misalnya sebuah kotak mempunyai rusuk. Rusuk-rusuk itu juga merupakan
(26)
commit to user
jaring-jaring, maka jika sebuah kotak kita lepas perekatnya, maka akan terbentuk jaring-jaring bangun ruang.
Jadi jaring-jaring bangun ruang terbentuk atau terdiri dari beberapa bangun datar yang dirangkai. Jika bangun-bangun tersebut dirangkaikan dan sisi-sisinya tidak berhimpitan maka akan terbentuk sebuah bangun ruang yang sesuai dengan jaring-jaring yang telah dibuat.
c. Tinjauan Materi Pokok Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang
Jaring-jaring bangun ruang dapat digunakan untuk membuat sebuah bangun ruang misalnya ingin membuat sebuah bangun ruang dari kertas karton. Jaring-jaring bangun ruang terdiri dari beberapa bangun datar yang dirangkai. Jaring-jaring dapat dibuat dari berbagai bangun ruang yaitu kubus, balok, tabung, kerucut, prisma dan limas. Jika sebuah bangun ruang dibuka perekatnya, maka akan terbentuk jaring-jaringnya.
Untuk menunjukkan cara memperoleh jaring-jaring dari sebuah bangun ruang, guru dapat meminta kepada siswa untuk membelah bangun ruang mereka, misalnya bangun kubus dengan menggunakan cutter atau gunting menurut beberapa rusuk tertentu dan menyisakan satu rusuk yang merangkaikan antara dua persegi, serta ajukanlah pertanyaan kepada para siswa ada berapa macam bentuk jaring-jaring dari sebuah kubus setelah mereka memulai pengguntingan dengan cara yang berbeda-beda, tentunya mereka akan menjawab dengan bermacam-macam jawaban. Dapat dimungkinkan bahwa ada beberapa siswa yang cara mengguntingnya membuahkan hasil yang sama. Hasil guntingan siswa akan membentuk jaring-jaring dari bangun yang telah mereka gunting.
Untuk membuat sebuah bangun ruang dari kertas karton misalnya membuat kubus, maka terlebih dahulu kita membuat jaring-jaring kubus. Yaitu rangkaian enam daerah persegi yang dapat dibentuk menjadi sebuah kubus. Salah satu contoh rangkaian dari enam persegi sebagai berikut.
(27)
commit to user
Untuk mengetahui apakah rangkaian dari enam persegi seperti pada gambar di atas merupakan suatu jaring-jaring kubus atau bukan adalah dengan menentukan salah satu sisinya sebagai bidang alas (AL). Setelah itu dapat ditentukan bidang lainnya yaitu bidang atas (AT), kanan (KA), kiri (KI), depan (D) dan belakang (B). Jika tidak ada bidang-bidang sisi yang berimpit maka rangkaian tersebut merupakan suatu jaring-jaring kubus. Dari rangkaian enam persegi di atas akan dapat membentuk sebuah bangun setelah dirangkaikan. Yaitu tidak ada dua bidang sisi yang berhimpit sehingga dapat disimpulkan bahwa rangkaian tersebut merupakan jaring-jaring kubus.
Kertas karton yang telah digambar kemudian dipotong ditentukan sisinya sehingga tidak berhimpit dan dirangkaikan akan menjadi sebuah bangun kubus seperti pada gambar di bawah ini.
Di bawah ini adalah macam-macam jaring-jaring dari berbagai bangun ruang :
AT KI AL KA
B
(28)
commit to user 1) Jaring-jaring Kubus
2) Jaring-jaring Balok
(29)
commit to user 4) Jaring-jaring Limas Segiempat
5) Jaring-jaring Limas Segitiga
(30)
commit to user 6) Jaring-jaring Tabung
7) Jaring-jaring Kerucut
2. Hakikat Metode Penemuan (Discovery)
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas-tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2002:740) metode mengandung arti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan), cara kerja konsisten untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
T.Raka Joni dalam Soly Abimanyu (2009:2-5) mengartikan metode sebagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Lebih lanjut Soly Abimanyu menyatakan bahwa metode dapat
(31)
commit to user
diartikan sebagai cara/jalan menyajikan/melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.
Knirk & Gustafson (2005) menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi
dalam konteks kegiatan belajar mengajar.
(http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/12/pengertian-pembelajaran.html.)
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. (Wikipedia.com)
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. (definisi-pengertian.blogspot.com/2010/03/definisi-metode-pembelajaran.html.)
Sedangkan menurut Soly Abimanyu (2009:2-6) metode pembelajaran adalah cara/jalan dalam menyajikan/melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
b. Macam-macam Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan guru ada bermacam-macam. Guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai agar mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran ada yang berpusat pada guru tetapi ada juga yang berpusat pada siswa. Macam-macam metode pembelajaran yang
(32)
commit to user
berpusat pada guru maupun yang berpusat pada siswa menurut Soli Abimanyu (2009) antara lain :
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa.
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau siswa.
3. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan.
4. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara memecahkan masalah yang dipelajari melalui urun pendapat dalam diskusi kelompok.
5. Metode Simulasi
Metode Simulasi adalah pembelajaran untuk menguasai konsep atau keterampilan melalui kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan.
6. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah metode pembelajaran untuk menguasai materi pelajaran melalui pemberian tugas-tugas yang harus diselesaikan siswa baik secara individual maupun secara kelompok.
7. Metode Kerja Kelompok
Metode pembelajaran yang dipilih guru untuk menguasai materi pelajaran yang harus diselesaikan siswa secara kelompok.
(33)
commit to user
8. Metode Karya Wisata
Metode Karya Wisata adalah metode pembelajaran yang dilakukan untuk mempelajari materi pelajaran dengan cara mengunjungi secara langsung tempat dimana materi pelajaran itu berada.
9. Metode Penemuan
a. Discovery adalah prosedur pembelajaran yang mementingkan
pembelajaran perorangan, manipulasi objek dan percobaan sebelum sampai kepada generalisasi.
b. Inquiri adalah penyelidikan, artinya perluasan proses penemuan yang digunakan lebih mendalam.
10. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah prosedur pembelajaran yang
memungkinkan siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari.
11. Metode Pembelajaran Unit
Metode pembelajaran unit adalah prosedur pembelajaran dimana siswa dan guru mengarahkan segala kegiatannya pada pemecahan suatu masalah yang dipelajarinya melalui berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.
12. Metode Pembelajaran dengan Modul
Metode pembelajaran dengan modul adalah prosedur pembelajaran yang dilakukan dengan menyiapkan suatu paket belajar yang berisi satu satuan konsep tunggal bahan pembelajaran untuk dipelajari sendiri oleh siswa dan jika ia telah menguasainya baru boleh pindah ke satuan paket belajar berikutnya.
Dari berbagai metode pembelajaran di atas, yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penemuan (discovery).
c. Hakikat Metode Penemuan (Discovery)
1) Pengertian Metode Penemuan (Discovery)
Dalam proses pembelajaran, anak-anak harus sesering mungkin diajak untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran. Siswa dibimbing untuk
(34)
commit to user
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri dan memecahkan sendiri masalah yang dipelajari. Jika anak dibiasakan memecahkan masalah, maka berarti guru atau orang tua telah membangun pengalaman yang kelak dapat mereka gunakan untuk memecahkan masalah-masalah berikutnya.
Menurut Herdian (http://herdy07.wordpress.com) metode
pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang
mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.
Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang
mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum sampai
pada generalisasi. Discovery ialah proses mental siswa mampu
mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Sund dalam Soly Abimanyu (2009:7-9) berpendapat bahwa penemuan adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Misalnya : merumuskan masalah, merancang eksperimen, mengunpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan sebagainya.
Menurut Soly Abimanyu (2009:7-10) penemuan diartikan sebagai prosedur pembelajaran perseorangan, manipulasi objek, melakukan
(35)
commit to user
percobaan, sebelum sampai pada generalisasi. Metode penemuan mengutamakan cara belajar siswa aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif.
Menurut Gilstrap dalam moedjiono dan Moh. Dimyati (1992:86)
berpendapat bahwa istilah metode penemuan (discovery method)
didefinisikan sebagai suatu prosedur yang menekankan belajar secara individual, manipulasi objek atau pengaturan/pengondisian objek, dan eksperimentasi lain oleh siswa sebelum generalisasiatau penarikan kesimpulan dibuat. Metode ini membutuhkan penundaan penjelasan tentang temuan-temuan penting sampai siswa menyadari sebuah konsep.
Selanjutnya Moedjiono dan Moh.Dimyati (1992:87) menyatakan metode penemuan merupakan format interaksi belajar mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan atau bimbingan guru. Batasan ini mengandung pengertian metode penemuan sebagai metode yang berorientasi pada siswa dan menekankan pada proses dan hasil secara bersamaan.
Jadi metode penemuan (Discovery) merupakan metode pembelajaran yang membantu guru untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Siswa diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri, menyelidiki sendiri dan memecahkan sendiri masalah yang dipelajari. Penggunaan metode ini juga memungkinkan bagi siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang realistik atau nyata.
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa metode discovery sengaja dirancang untuk meningkatkan keaktifan siswa yang lebih besar, berorientasi pada proses, untuk menemukan sendiri informasi yang diperlukan dan dapat memecahkan masalah yang dipelajari untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian metode discovery berorientasi pada proses dan hasil secara bersama-sama.
Tujuan penggunaan metode penemuan menurut Soli Abimanyu (2009:7-10) antara lain : (a) untuk memperoleh metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, (b)
(36)
commit to user
untuk mengaktifkan siswa belajar sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran, (c) untuk memvariasikan metode pembelajaran yang digunakan agar siswa tidak bosan, (d) agar siswa dapat menemukan sendiri, menyelidiki sendiri dan memecahkan sendiri masalah yang dipelajari, sehingga hasilnya akan setia dan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan.
Untuk menggunakan metode pembelajaran guru mempunyai alasan memilih sebuah metode yang ingin digunakan dalam pembelajaran. Dalam menggunakan metode penemuan juga terdapat beberapa alasan untuk memilih metode ini. Alasan tersebut antara lain : (a) memungkinkan untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif, (b) pengetahuan yang ditemukan sendiri melalui metode penemuan akan betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain, (c) siswa dapat menguasai salah satu metode ilmiah yang sangat berguna dalam kehidupannya, (d) siswa dibiasakan berpikir analitis dan mencoba memecahkan masalah yang akan ditransfer dalam kehidupan masyarakat.
2) Kelebihan dan Kelemahan Metode Penemuan (Discovery)
Setiap model atau metode pembelajaran pasti ada kelebihan dan kelemahannya. Menurut Soli Abimanyu (2009:7-10) metode penemuan
(Discovery) juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya antara
lain :
a) Siswa belajar melalui proses penemuan.
b) Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan sangat kokoh.
c) Metode penemuan membangkitkan gairah siswa dalam belajar.
d) Metode penemuan memungkinkan siswa bergerak untuk maju sesuai
dengan kemampuannya sendiri.
e) Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya
sehingga ia merasa lebih terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar.
f) Metode ini berpusat pada anak dan guru sebagai teman belajar atau fasilitator.
(37)
commit to user
Sedangkan kelemahan dari metode penemuan (Discovery) antara lain : a) Metode ini memprasyaratkan kesiapan mental, dalam arti siswa yang
pandai akan memonopoli penemuan dan siswa yang bodoh akan frustasi.
b) Metode ini kurang berhasil untuk kelas besar karena habis waktu guru untuk membantu siswa dalam kegiatan penemuannya.
c) Dalam pelajaran tertentu fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide mungkin terbatas.
d) Metode ini terlalu mementingkan untuk memperoleh pengertian, sebaliknya kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan.
e) Metode ini kurang memberi kesempatan untuk berpikir kreatif kalau pengertian-pengertian yang ditemukan telah diseleksi oleh guru, begitu pula proses-prosesnya dibawah pembinaannya.
Dari beberapa kelemahan yang telah disebutkan, ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan tersebut. Cara mengatasi kelemahan tersebut antara lain :
a) Membentuk kelompok-kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari siswa pandai dan siswa kurang pandai, agar siswa pandai dapat membimbing siswa yang kurang pandai. Dengan cara ini pula kelemahan dalam kelas besar dapat diatasi.
b) Metode penemuan dapat pula dilakukan di luar kelas sehingga tidak
memerlukan fasilitas atau bahan yang umumnya mahal.
c) Memulai dengan penemuan terbimbing, kemudian jika siswa sudah terbiasa dengan metode ini maka menggunakan metode penemuan bebas, agar siswa benar-benar dapat berkembang berpikir kreatifnya.
3) Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Penemuan (Discovery)
Menurut Soly Abimanyu (2009:7-12) langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan adalah kegiatan persiapan dan kegiatan pelaksanaan penemuan.
(38)
commit to user (1)Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa. (2)Merumuskan tujuan pembelajaran.
(3)Menyiapkan problem (materi pelajaran) yang akan dipecahkan. Problem itu dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan. Problem tentang konsep atau prinsip yang akan ditemukan itu perlu ditulis dengan jelas.
(4)Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b) Kegiatan Pelaksanaan Penemuan
(1)Kegiatan Pembukaan
(a)Melakukan apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan mengenai materi pelajaran yang telah diajarkan.
(b)Memotivasi siswa dengan cerita pendek yang ada kaitannya dengan materi yang diajarkan.
(c)Mengemukakan tujuan pembelajaran dan kegiatan atau tugas yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu.
(2)Kegiatan Inti
(a)Mengemukakan problema yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penemuan.
(b)Diskusi pengarahan tentang cara pelaksanaan penemuan atau pemecahan problema yang telah ditetapkan.
(c)Pelaksanaan penemuan berupa kegiatan penyelidikan atau percobaan untuk menemukan konsep atau prinsip yang telah ditetapkan.
(d)Membantu siswa dengan informasi atau data, jika diperlukan siswa. (e)Membantu siswa melakukan analisis data hasil temuan, jika
diperlukan.
(f)Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa. (g)Memuji siswa yang giat dalam melaksanakan penemuan. (h)Memberi kesempatan siswa melaporkan hasil penemuannya. (3)Kegiatan penutup
(39)
commit to user
(b)Melakukan evaluasi hasil dan proses penemuan.
(c)Melakukan tindak lanjut, yaitu meminta siswa melakukan penemuan ulang jika ia belum menguasai materi dan meminta siswa mengerjakan tugas pengayaan bagi siswa yang telah melakukan penemuan dengan baik.
Sedangkan langkah-langkah metode penemuan (Discovery) menurut Herdian (http://herdy07.wordpress.com. Diakses 3 Maret 2011) adalah sebagai berikut:
a) Identifikasi kebutuhan siswa.
b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan.
c) Seleksi bahan, problema atau tugas-tugas.
d) Membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa.
e) Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan.
f) Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan.
g) Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan.
h) Membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa. i)Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang
mengarahkan dan mengidentifikasi masalah.
j)Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa.
k) Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil
penemuannya.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode penemuan (discovery) sebagai berikut : a) Kegiatan awal
(1)Membuka pelajaran dan mengabsen siswa.
(2)Melakukan apersepsi dan mengemukakan tujuan pembelajaran. b) Kegiatan inti
(1)Menentukan problema yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penemuan.
(40)
commit to user
(2)Berdiskusi cara pelaksanaan penemuan yang berupa kegiatan penyelidikan atau percobaan.
(3)Membantu siswa dengan informasi atau data jika diperlukan. (4)Merangsang terjadinya interaksi siswa dengan siswa.
(5)Memberikan penghargaan bagi siswa yang giat dalam pelaksanaan penemuan.
(6)Memberi kesempatan siswa untuk melaporkan hasil penemuannya. c) Kegiatan akhir
(1)Membuat rangkuman hasil penemuannya. (2)Melakukan evaluasi.
(3)Menutup pelajaran.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu pada penelitian yang telah ada sebelumnya, antara lain :
Rika Nanda Puspitasari (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya
Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas III Melalui Penerapan Metode Guided Inquiry – Discovery” menyimpulkan bahwa penerapan metode guided inquiry - discovery dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas III SD Negeri Karangbangun. Hal ini dilihat dari prosentase kenaikan nilai IPA siswa kelas III dari siklus I sampai Siklus III. Dari siklus I kemudian dilaksanakan siklus II prestasi siswa mengalami prosentase kenaikan 5,26%; dari siklus II kemudian dilaksanakan siklus III mengalami prosentase kenaikan 36,84%.
Dwi Rahayuningsih (2010) dalam penelitiannya yang berjudul
“Peningkatan Prestasi Belajar Siswa tentang Konsep Gaya pada Mata Pelajaran
IPA dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing Di Kelas V SD Negeri
Somongari Purworejo Tahun Pelajaran 2009 / 2010” menyimpulkan bahwa proses
pembelajaran IPA dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Somongari Kec.Kaligesing, Kab. Purworejo. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I
siswa yang memperoleh nilai ≥65 atau di atas KKM 65 ada 8 siswa dari 14 siswa atau 57,1 %. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai ≤65 atau kurang dari KKM
(41)
commit to user
65 sebanyak 6 siswa 14 siswa atau 42,9% pada tindakan sebelumnya. Kemudian
setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II siswa yang memperoleh nilai ≥65
atau di atas dari KKM 65 10 siswa dari 14 siswa atau 71,42 % . Sedangkan siswa
yang memperoleh nilai ≤65 atau di bawah KKM 65 sebanyak 4 siswa dari 14
siswa atau 35,7%.
Sri Sawiningsih (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Metode Penemuan untuk Meningkatakan Ketuntasan Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika pada Konsep Penjumlahan Kelas II Semester I SDN Bedoro
2 Sambungmacan Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010” menyimpulkan bahwa
berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mulai dari Sebelum Siklus I sampai dengan Siklus II dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode penemuan dapat meningkatkan kemampuan menjumlahkan bilangan cacah pada mata pelajaran Matematika. Pada akhir Siklus II terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar siswa yaitu sebesar 3,3% (dari 86,1 menjadi 88,9). Jumlah siswa yang sudah tuntas ada 19 anak (100%), dan yang belum tuntas tidak ada (0%).
C. Kerangka Berpikir
Pada awalnya dalam pembelajaran matematika guru belum menggunakan
metode penemuan (Discovery) dan masih menggunakan metode yang
konvensional, siswa kurang aktif dan pembelajaran kurang menyenangkan. Sehingga kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang rendah.
Berdasarkan kondisi awal tersebut, salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan metode pembelajaran penemuan
(Discovery). Model pembelajaran ini dapat menciptakan suasana pembelajaran
yang menyenangkan yang tidak hanya berpusat pada guru. Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kemudian dihadapkan pada sebuah permasalahan dan kelompok tersebut harus mampu menemukan sendiri, menyelidiki sendiri dan memecahkan sendiri masalah yang dipelajari. Sehingga hasilnya akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan. Dan mereka akan mendiskusikan hasilnya dengan semua kelompok dan guru.Pada tahap ini terdapat beberapa kegiatan meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
(42)
commit to user
Pada kondisi akhir dapat dipastikan bahwa melalui metode penemuan
(Discovery) dapat meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun
ruang. Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan, dapat dirumuskan sebuah hipotesis tindakan kelas bahwa penggunaan metode penemuan
(Discovery) dapat meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun
ruang pada siswa kelas V SD Kliwonan 2 Kabupaten Sragen. Kondisi
Awal
Guru masih
menggunakan metode
pembelajaran yang
konvensional 1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Pengamatan 4. Refleksi Kondisi Akhir
Dalam pembelajaran guru
menggunakan metode
penemuan (Discovery)
Kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang meningkat Tindakan Kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang di kelas V rendah Siklus I 1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Pengamatan 4. Refleksi Siklus II
(43)
commit to user BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Kliwonan 2 kabupaten Sragen. Alasan yang mendasari penelitian di SD Kliwonan 2, antara lain :
1. Pembelajaran dengan metode penemuan (Discovery) belum pernah diteliti di SD Negeri Kliwonan 2.
2. Kemampuan dan hasil belajar matematika di kelas V masih rendah. 2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2010/2011 yaitu mulai bulan Januari hingga Juni 2011 atau selama 5 bulan. Bulan Januari hingga Maret dilaksanakan observasi dan penyusunan proposal. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 18 april dan 21 april 2011. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 25 april dan 28 april 2011. Sedangkan untuk penyusunan laporan dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kliwonan sebanyak 26 siswa, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki, 13 siswa perempuan dan tidak ada siswa yang berkebutuhan khusus. Objek penelitiannya adalah kemampuan siswa menggambar jaring-jaring bangun ruang.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Data yang akan diperoleh berupa data yang langsung tercatat dari kegiatan di lapangan, maka bentuk pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini digunakan strategi penelitian model siklus. Menurut Suhardjono (2009:74) PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap
(44)
commit to user
siklus yaitu : (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi, seperti pada gambar di bawah ini :
Siklus I
Siklus II
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan kelas (PTK) (Suharsimi, Suhardjono dan Supardi 2009:74)
D. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini antara lain : 1. Sumber data primer, yaitu :
a. Siswa sebagai subjek penelitian.
b. Guru sebagai sumber informasi tentang keadaan siswa, terutama guru matematika kelas V.
2. Sumber data sekunder, yaitu :
a. Dokumentasi
Pengumpulan data yaitu hasil pekerjaan siswa secara tertulis dalam menyelesaikan soal menggambar jaring-jaring bangun ruang.
Permasalahan Permasalahan baru hasil refleksi Apabila permasalahan belum terselesaikan
Dilanjutkan ke siklus berikutnya Refleksi II Perencanaan tindakan II Refleksi I Perencanaan tindakan I Pelaksanaan tindakan I Pengamatan/ pengumpulan data I
Pelaksanaan tindakan II
Pengamatan/
(45)
commit to user
b. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan dalam mengamati proses pelakasanaan pembelajaran menggunakan metode penemuan (discovery).
c. Hasil nilai siswa
Siswa diuji kemampuannya setelah selesai pelaksanaan pembelajaran untuk mendapatkan nilai siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Tes
Tes adalah serentetan pernyataan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes ini diberikan pada siswa setelah pembelajaran selesai untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pokok bahasan menggambar jaring-jaring bangun ruang.
2. Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), daftar nama siswa dan daftar nilai siswa kelas V SD Kliwonan 2 kabupaten Sragen sebelum penelitian dilaksanakan. 3. Observasi
Observasi yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan ini adalah obsevasi langsung. Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan tanpa perantara (langsung) terhadap objek yang diamati. Dalam penelitian ini observasi bertujuan untuk mengetahui kemampuan dan perkembangan siswa dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
F. Validitas Data
Data yang sudah diperoleh, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus dimantapkan kebenarannya. Oleh karena itu penulis harus
(46)
commit to user
memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang telah diperolehnya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi dan hasilnya diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik dokumentasi pada siswa kelas V SD Negeri Kliwonan 2 kabupaten Sragen serta tes untuk mengetahui kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada siswa kelas V SD Negeri Kliwonan 2 kabupaten Sragen. Dari data yang diperoleh dari beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya.
G. Teknik Analisis Data
Menurut Iskandar (2009:75) analisis data penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan proses memilih, memilah, membuang, menggolongkan, serta menyusun ke dalam kategorisasi, mengklarifikasi data untuk menjawab pertanyaan, tema apa yang ditentukan pada data, seberapa jauh data dapat mendukung tema atau tujuan penelitian tindakan kelas (PTK). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif Miles dan Huberman. Model analisis interaktif ini mempunyai tiga komponen pokok yaitu, reduksi data, sajian data dan menarik kesimpulan atau verifikasi.
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
(47)
commit to user
tindakan. Penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Penampilan data secara sederhana dalam bentuk paparan naratif, tabel dan grafik.
3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yakni yang merupakan validitasnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman
H. Indikator Ketercapaian
Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila 80% dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 21 siswa) dari 26 siswa dengan mendapat nilai
≥ 65.
Pengumpulan data
Penyajian data
Reduksi data
Kesimpulan-kesimpulan : Penarikan/Verifikasi
(48)
commit to user I. Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut:
1. Melakukan survei terhadap pembelajaran matematika.
2. Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi untuk segera dipecahkan.
3. Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah teridentifikasi. 4. Melakukan pengkajian teoritis tentang metode penemuan (discovery) dalam
pembelajaran matematika pada materi menggambar bangun ruang. 5. Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas. 6. Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun.
7. Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang juga secara menyeluruh.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan melalui empat kegiatan. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus yaitu : (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama, guru menentukan rancangan untuk siklus yang kedua. Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Pada tahap perencanaan tindakan terdiri dari kegiatan berikut :
1) Berdasarkan hasil pengidentifikasian dan penetapan masalah, peneliti kemudian mengajukan suatu solusi yang berupa penerapan metode
(49)
commit to user
penemuan (Discovery) yang digunakan sebagai metode pembelajaran dalam mata pelajaran matematika.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
matematika dengan kompetensi dasar (KD) menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana. Indikator (1) Menggambar berbagai bentuk jaring-jaring kubus dan balok. (2) Menggambar jaring-jaring tabung, kerucut dan limas.
3) Mendesain alat evaluasi untuk evaluasi kelompok dan evaluasi individu. 4) Menyiapkan media pembelajaran berupa berbagai bangun ruang yang
dibuat dari kertas karton.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan. Rancangan tindakan tersebut diterapkan di dalam kelas sesuai dengan skenarionya. Skenario dari tindakan harus dilaksanakan dengan baik. Rinciannya meliputi :
1) Kegiatan Awal
a) Guru membuka pelajaran.
b) Berdoa dan mengabsen siswa
c) Guru melakukan apersepsi dengan mengingat kembali pelajaran yang
telah lalu tentang bangun ruang.
d) Guru mengemukakan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
a) Guru menunjukkan pada siswa bangun ruang yang telah disediakan. b) Siswa diminta untuk menyebutkan nama bangun ruang yang dibawa
guru.
c) Siswa dibentuk menjadi 5 kelompok kemudian setiap kelompok diberi
media bangun ruang yang telah disediakan guru dan diminta untuk menemukan jaring-jaringnya sesuai dengan keinginan mereka.
d) Siswa secara aktif dan berkelompok berdiskusi tentang cara
menemukan jaring-jaring bangun ruang sesuai dengan keinginan mereka kemudian menggambar jaring-jaring yang telah ditemukan.
(50)
commit to user
e) Dalam pelaksanaan penemuan siswa saling bekerja sama untuk
menemukan jaring-jaring bangun ruang sehingga terjadi interaksi yang baik antar siswa.
f) Setelah kegiatan penemuan selesai, perwakilan kelompok diminta ke depan kelas untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya.
g) Memberikan pujian atau penghargaan pada kelompok yang paling aktif dalam diskusi kegiatan penemuan.
3) Kegiatan Akhir
a) Siswa membuat rangkuman hasil-hasil penemuannya.
b) Siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan guru secara individu. c) Guru menutup pelajaran.
c. Pengamatan/Observasi
Peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format
observasi/penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Yang dilakukan peneliti antara lain :
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran matematika dengan metode
penemuan (Discovery) pada pokok bahasan menggambar jaring-jaring bangun ruang meliputi aktivitas guru dan siswa. Pada siklus I
kemampuan guru dalam mengelola waktu pelajaran masih
kurang,perhatian guru terhadap siswa juga masih kurang. Sedangkan untuk siswa, yang berusaha mengungkapkan pendapat, yang ingin terlibat aktif dalam pembelajaran, yang rasa ingin tahunya meningkat masih kurang dan kerjasama dalam kelompok juga masih kurang.
2) Mengadakan tes terhadap kemampuan siswa dalam menggambar
jaring-jaring bangun ruang. Dilihat dari nilai, kemampuan siswa sudah meningkat dibandingkan dengan nilai tes pra siklus.
(51)
commit to user d. Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Yang dievaluasi antara lain : aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung serta hasil pekerjaan siswa.
Pada siklus I, dalam kegiatan penemuan siswa saling bekerja sama untuk menemukan jaring-jaring bangun ruang. Perwakilan kelompok ke depan kelas untuk menyampaikan hasil diskusi. Setelah selesai pembelajaran dilaksanakan evaluasi individu. Siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa dari 26 siswa atau 65,38 %. Ini sudah mengalami peningkatan dari tes pra siklus yang dilaksanakan yaitu hanya 13 siswa yang tuntas atau 50%. Berdasarkan siklus I yang telah selesai dilaksanakan kemudian dianalisis untuk mengetahui kekurangannya. Kekurangannya pada siklus I antara lain : guru belum bisa menguasai kelas dengan baik, siswa yang pandai lebih aktif, dalam kegiatan kelompok kerja sama siswa masih kurang, serta dalam mengerjakan soal yang ukuran bangun ruangnya ditentukan siswa masih mengalami kesulitan. Setelah diketahui kekurangan pada siklus 1, maka dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap rencana selanjutnya pada siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah. Permasalahan yang muncul pada siklus I antara lain :
a) Guru belum bisa menguasai kelas dengan baik. Untuk perbaikan pada
siklus II guru berusaha untuk memantau setiap kelompok dalam kegiatan penemuan.
b) Siswa yang lebih pandai lebih aktif. Pada siklus II guru berusaha untuk meningkatkan kerja sama kelompok agar semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan penemuan dengan memberikan penghargaan berupa pujian dan bintang.
(52)
commit to user
c) Kerja sama siswa dalam kegiatan kelompok masih kurang. Pada siklus II guru meningkatkan kerja sama kelompok dengan cara memberikan penghargaan bagi kelompok yang aktif dalam kegiatan penemuan. d) Dalam mengerjakan soal yang ukuran bangun ruangnya ditentukan
siswa masih mengalami kesulitan sehingga pada siklus II pada lembar evaluasi kelompok maupun individu, guru menyediakan lembar jawab berpetak untuk memudahkan siswa.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode
penemuan (Discovery).
3) Menyiapkan sumber belajar dan menyusun serta mengembangkan format
evaluasi pembelajaran.
4) Menyiapkan media pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini perencanaan tindakan diterapkan di dalam kelas sesuai dengan skenarionya berdasarkan refleksi pada siklus I. Rinciannya meliputi: 1) Kegiatan Awal
a) Guru membuka pelajaran, berdoa dan mengabsen siswa
b) Guru melakukan apersepsi dengan mengingat kembali pelajaran yang
telah lalu tentang bangun ruang.
c) Guru mengemukakan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
a) Guru menunjukkan pada siswa bangun ruang yang telah disediakan. b) Siswa diminta untuk menyebutkan nama bangun ruang yang dibawa
guru.
c) Siswa dibentuk menjadi 5 kelompok kemudian setiap kelompok diberi
berbagai jaring-jaring bangun ruang yang telah disiapkan sehingga mereka menemukan jaring-jaring bangun ruang yang benar dan menggambarnya.
d) Siswa secara aktif dan berkelompok berdiskusi menemukan jaring-jaring bangun ruang kemudian menggambar jaring-jaring-jaring-jaring yang telah ditemukan dan membentuknya menjadi bangun ruang.
(53)
commit to user
e) Siswa saling bekerja sama untuk menemukan jaring-jaring bangun ruang, menggambarnya dan membentuk menjadi bangun ruang sehingga terjadi kerja sama yang baik antar siswa.
f) Guru berkeliling memantau kegiatan siswa.
g) Setelah kegiatan penemuan selesai, perwakilan kelompok diminta ke depan kelas untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya.
h) Memberikan pujian atau penghargaan pada siswa yang paling aktif dalam diskusi kegiatan penemuan baik individu maupun kelompok. 3) Kegiatan Akhir
a) Siswa membuat rangkuman hasil-hasil penemuannya.
b) Siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan guru secara individu. c) Guru menutup pelajaran.
c. Pengamatan/Observasi
1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran matematika dengan metode
penemuan (Discovery) pada materi menggambar jaring-jaring bangun ruang, meliputi aktivitas guru dan siswa. Pada siklus II ini kemampuan guru dalam pembelajaran mengalami peningkatan. Siswa sudah bekerja sama dengan baik dalam kegiatan diskusi kelompok.
2) Mengadakan tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menggambar jaring-jaring bangun ruang. Dilihat dari hasil nilai individu dari tes siklus I dan siklus II sudah mengalami peningkatan.
d. Refleksi
Setelah selesai dilaksanakan siklus II dapat dilihat bahwa antara siklus I dan siklus II, kemampuan siswa dalam menggambar jaring-jaring bangun ruang meningkat. Pada siklus II siswa yang tuntas meningkat menjadi 23 siswa atau 88,46 %. Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang
(1)
commit to user
(discovery) guru dinyatakan berhasil. Karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai yang berarti ada peningkatan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang dengan menggunakan metode penemuan (discovery) pada siswa kelas V SD Negeri Kliwonan 2.
Perkembangan nilai siswa pada Tabel 10 di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik :
Gambar 13. Grafik Perkembangan Hasil Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Dalam proses pembelajarannya masih terdapat beberapa kekurangan. Antara lain kerja sama guru kurang menguasai kelas dan dapat diatasi dengan cara guru berusaha memantau setiap kelompok dalam kegiatan penemuan. Siswa yang pandai lebih aktif dapat diperbaiki dengan cara dalam pembentukan kelompok harus heterogen dan memberikan pujian atau penghargaan secara individi agar semua siswa akif dalam kegiatan penemuan. Kerja sama siswa dalam kelompok masih kurang dapat diatasi dengan guru berusaha untuk meningkatkan kerja sama kelompok agar semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan penemuan dengan memberikan penghargaan atau pujian pada kelompok yang aktif.
Dari penelitian yang telah dilaksanakan selama 2 siklus dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menggambar jaring-jaring bangun ruang pada kelas V SD Negeri Kliwonan 2 dengan metode penemuan
(2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
(discovery). Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dan grafik di atas. Hal ini terjadi karena metode penemuan (discovery) melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran matematika melalui pengalaman nyata dan diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri. Sehingga pengetahuan yang diperoleh sangat kokoh.
(3)
commit to user
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam 2 siklus dengan menerapkan penggunaan metode penemuan (discovery) pada siswa kelas V SD Negeri Kliwonan 2 kabupaten Sragen tahun pelajaran 2010/2011 dalam kegiatan pembelajaran matematika pokok bahasan menggambar jaring-jaring bangun ruang, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Melalui metode penemuan (discovery) terbukti dapat meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang siswa kelas V SD Negeri Kliwonan 2 kabupaten Sragen tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dapat telihat dengan adanya peningkatan rata-rata kelas yang pada tes awal atau pra siklus sebesar 56,53, siklus I meningkat menjadi 68,27 dan pada siklus II meningkat menjadi 80,58. Sedangkan untuk ketuntasan siswa menurut standar KKM yaitu 65, pada tes awal atau pra siklus dari 26 siswa yang tuntas sebanyak 13 siswa atau 50%. Pada siklus I menunjukkan peningkatan siswa yang tuntas menjadi 17 siswa atau 65,38% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 23 siswa atau 88,46%.
Pembelajaran dengan metode penemuan (discovery) melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran matematika melalui pengalaman nyata dan diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri. Sehingga pengetahuan yang diperoleh sangat kokoh. Dalam pelaksanaannya siswa saling bekerja sama untuk menemukan permasalahan yang sudah disiapkan sehingga rasa ingin tahu, kerja sama dan keaktifan siswa meningkat.
B.Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada pembelajaran dengan menerapkan metode penemuan (discovery) dalam pelaksanaan pembelajaran Matematika pokok bahasan menggambar jaring-jaring bangun ruang. Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah model siklus. Prosedur penelitiannya terdiri dari 2 siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari Senin
(4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
tanggal 18 April 2011 dan Kamis 21 April 2011. Siklus II dilaksanakan pada hari Senin 25 April 2011 dan Kamis 28 April 2011. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan implikasi teoritis dan ilmpikasi praktis hasil penelitian sebagai berikut :
1. Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah bahwa peningkatan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada pembelajaran Matematika dengan metode penemuan (discovery) dapat dipertimbangkan untuk menambah metode pembelajaran bagi guru dalam memberikan materi pelajaran siswa.
Metode penemuan (discovery) sengaja dirancang untuk meningkatkan keaktifan siswa yang lebih besar, berorientasi pada proses, untuk menemukan sendiri informasi yang diperlukan dan dapat memecahkan masalah yang dipelajari untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dapat menemukan sendiri, menyelidiki sendiri dan memecahkan sendiri masalah yang dipelajari, sehingga hasilnya akan setia dan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan.
2. Implikasi Praktis
Penelitian telah membuktikan hahwa pembelajaran Matematika dengan metode penemuan (discovery) dapat meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehubungan dengan kemampuan dan hasil belajar siswa yang akan dicapai. Kemampuan dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan metode pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa.
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada Bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Pembelajaran dengan menggunakan model metode penemuan (discovery) pada hakikatnya
(5)
commit to user
dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan yang sejenis, terutama untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menggambar jaring-jaring bangun ruang. Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin. Oleh karena itu kreatifitas dan keaktifan guru sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang.
C.Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan metode penemuan (discovery) pada kelas V SD Negeri Kliwonan 2 kabupaten Sragen tahun ajaran 2010/2011, maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi peserta didik SD Negeri Kliwonan 2 kabupaten Sragen pada khususnya sebagai berikut :
1. Bagi Sekolah
a. Hendaknya sekolah menginspirasi guru-guru secara umum melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran di kelas. Karena penelitian tindakan kelas membantu dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
b. Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mendorong guru-guru untuk
melaksanakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif salah satunya menggunakan metode penemuan (discovery).
2. Bagi Guru
a. Diharapkan guru mengunakan metode penemuan (discovery) sebagai
alternatif metode pembelajaran dalam proses pembelajaran matematika.
b. Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam menggunakan
metode penemuan (discovery), terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi, sehingga mudah dipahami oleh siswa.
(6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
3. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau pemikiran pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal. b. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya yaitu menggambar atau