papan partikel minimal sebesar 82 kgfcm
2
dengan demikian papan partikel ini sudah memenuhi standar karena nilai kuat lenturnya sudah diatas harga
minimal yang dipersyaratkan.
Gambar 4.5 Grafik Kuat Lentur Papan Partikel Komposit Grafik diatas memperlihatkan bahwa nilai kuat lentur papan partikel tertinggi
sebesar 218,62 kgfcm
2
21,43 MPa pada berat TKKS 30 . Dengan kata lain nilai tertinggi kuat lentur papan partikel dimiliki oleh komposisi 30 TKKS
atau 70 HDPE. Hal ini diduga akibat dari pengaruh HDPE sebagai bahan polimer yang memiliki sifat viskoelastik yang merupakan sifat khas dari bahan
polimer, sehingga kuat lenturnya cenderung semakin besar. Kecendrungan tersebut juga dipengaruhi oleh laju deformasi yang terjadi pada papan partikel
ketika dikenai gaya luar dalam pengujian kuat lentur.
4.2.2 Hasil Pengujian Modulus Elastisitas
Modulus Elastisitas atau Modulus of Elasticity MOE merupakan ukuran ketahanan suatu bahan terhadap pembengkokan. MOE ini berhubungan dengan
kekuatan bahan, semakin besar ketahanannya terhadap perubahan bentuk semakin tinggi nilai MOE suatu bahan. Hasil pengujian Modulus Elastisitas
papan partikel ini diperlihatkan pada lampiran E. Sedangkan rata-rata modulus elastisitas papan partikel diperlihatkan tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Rata-rata Modulus Elastisitas Papan Partikel Komposit Persentase Berat
TKKS Rata-rata
Modulus Elastisitas kgfcm
2
Rata-rata Modulus Elastisitas
MPa 30
5457,07 534,79
40 5675,81
556,22 50
5894,90 577,70
60 6109,31
598,71 70
7553,83 740,28
Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai Modulus Elastisitas papan partikel terendah sebesar 5457,07 kgfcm
2
atau 534,79 MPa pada berat TKKS 30 , sedangkan tertinggi 7553,83 kgfcm
2
atau sebesar 740,28 MPa pada berat TKKS 70 . Nilai ini lebih tinggi dibanding dengan penelitian Isroi, 2009 dengan perekat
lateks, lem kanji dan polivinil aklirik, MOE yang didapat sebesar 1809,66 kgfcm
2
– 4131,17 kgfcm
2
. Jika dibandingkan dengan SNI 03-2105-2006 yang mempersyaratkan nilai modulus elastisitas papan partikel minimal 20.400
kgfcm
2
, maka dengan demikian untuk nilai modulus elastisitas dari papan partikel ini belum memenuhi standar, sebab nilai modulus elastisitas papan
partikel ini masih jauh dari nilai dipersyaratkan oleh SNI 03-2105-2006. Nilai MOE yang demikian rendah itu 5457,07 kgfcm
2
sampai dengan 7553,83 kgfcm
2
diakibatkan oleh pengaruh TKKS yang memiliki nilai MOE yang relatif rendah sebagaimana hasil penelitian Isroi, 2009 yang nilai MOE dari papan
partikel yang terbuat dari TKKS dengan perekat lateks, lem kanji dan polivinil aklirik hanya sebesar 1809,66 kgfcm
2
– 4131,17 kgfcm
2
, juga akibat karakter HDPE yang ada dalam papan partikel, dimana nilai MOE untuk umumnya HDPE
hanya sekitar 4000 kgfcm
2
sampai dengan sekitar 10.000 kgfcm
2
Surdia, T. 1999. Selanjutnya sifat plastis yang dimiliki HDPE sebagai polimer juga turut
mempengaruhi rendahnya nilai MOE bahan itu. Dengan kata lain karakter inilah yang mempengaruhi sehingga nilai MOE papan partikel tersebut demikian
rendah jika dibanding dengan papan partikel umumnya yang terbuat dari serat kayu alam yang memang memiliki sifat elastis yang relatif besar dibanding
dengan serat TKKS maupun HDPE.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6 Grafik Modulus Elastisitas Papan Partikel Komposit Dari grafik diatas, diperlihatkan bahwa nilai MOE cenderung semakin besar
dengan meningkatnya persentase berat TKKS. Hal ini disebabkan oleh pengaruh TKKS yang merupakan serat alam memiliki elastisitas yang lebih
baik dari polimer secara umum. Kenaikan nilai modulus elastisitas akibat bertambahnya persentase berat TKKS cenderung linier sampai berat TKKS 60,
tetapi pada interval berat TKKS 60 sampai 70 terlihat lonjakan yang signifikan hal ini diduga pertama : terjadi kesalahan menentukan garis linier
grafik tegangan – regangan hasil pengujian disinilah kelemahan metode alat pengujian yang digunakan karena nlai modulus elastisitas E
f
tidak langsung dapat dilihat pada alat. Nilai E
f
harus dihitung berdasarkan rumus yang ada dan perbandingan nilai beban batas proporsi P
maks.
dan besar depleksi δ, kedua :
kemungkinan trend kurva memang tidak linier.
4.2.3 Hasil Pengujian Kuat Rekat Internal