Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Produk Cacat Pada Stasiun Empty Bottle Inspection PT. Coca-Cola Amatil Indonesia

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Sutalaksana, Iftikar. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Institut Teknologi Bandung: Bandung

Satwiko, Prasasto. 2009. Fisika Bangunan. ANDI: Yogyakarta

Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No 1405/MENKES/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

Standar Nasional Indonesia. Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja. SNI

16-7062-2004

Egan, David. 1983. Concepts in Architectural Lighting. Hill School Education Grup: New York

Yusuf, Muhhamad. 2011. Efek Pencahayaan Terhadap Prestasi dan Kelelahan Operator. Seminar nasionl IENACO

Standar Nasional Indonesia Nomor 03-6575-2001, Desain Pencahayaan Buatan Lin, Chin-chiuan. 2014. Effects of Lighting Color, Illumination Intensity, and Text

Color on Visual Performance : International Journal of Applied Science and Engineering

Khusrul, Mualifa. 2014.Analisis Sistem Pencahayaan di Ruang Sipil/ Sarana dengan SNI Nomor 03-6575-2001 Tentang Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan PT. X Gresik Metode Penelitian : Jurnal Kesehatan Masyarakat.


(2)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Pencahayaan2

3.2. Istilah-istilah dan Pengertian dalam Pencahayaan

Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat objek-objek secara jelas, cepat, dan tanpa menimbulkan kesalahan. Kebutuhan akan pencahayaan yang baik akan semakin diperlukan apabila manusia mengerjakan pekerjaan yang memerlukan ketelitian penglihatan.

3

2 Iftikar Z. Sutalaksana. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Bandung: Institut Teknologi

Bandung. Hal. 95-96

3

Prasasto Satwiko. 2009. Fisika Bangunan. Yogyakarta: ANDI. Hal. 144-145

Cahaya matahari (sunlight, daylight) mempunyai panjang gelombang antara 290 hingga 2300 nm dan mempunyai spektrum lengkap dari ungu-ultra hingga merah-infra. Mata manusia paling peka terhadap cahaya kuning (550nm).

Cahaya langit (sky light) adalah cahaya bola langit. Cahaya inilah yang dipakai untuk penerangan alami ruangan, bukan sinar matahari langsung. Sinar matahari langsung akan sangat menyilaukan dan membawa panas, sehingga tidak dipakai untuk menerangi ruangan. Catatan: hindari kekacauan antara sky light dan skylight (disambung) yang berarti kaca atap atau jendela loteng.


(3)

Cahaya buatan (artificial light) adalah segala bentuk cahaya yang bersumber dari alat yang diciptakan manusia, seperti lampu pijar, lilin, lampu minyak tanah dan obor. Lawan dari cahaya buatan adalah cahaya alami, yaitu cahaya yang bersumber dari alam, misalnya: matahari, lahar panas, fosfor di pohon-pohon, kilat, dan kunang-kunang. Bulan adalah sumber cahaya alami sekunder karena dia sebenarnya hanya memantulkan cahaya matahari.

Dalam pembicaraan kuantitatif cahaya, kita akan menemukan istilah-istilah berikut:

1. Arus cahaya (luminos flux, flow diukur dengan lumen) adalah banyaknya cahaya yang dipancarkan ke segala arah oleh sebuah sumber cahaya persatuan waktu. 2. Intensitas sumber cahaya (light intensity, luminos intensity diukur dengan

cendela) adalah kuat cahaya yang dikeluarkan oleh sumber cahaya ke arah tertentu. Sebuah sumber cahaya berintensitas 1 cendela (1 lilin) mengeluarkan cahaya total ke segala arah sebanyak 12,57 lumen. (12,57 adalah luas kulit bola berjari-jari 1 meter dengan sumber cahaya sebagai titik pusatnya.) Dengan kata lain, 1 cendela = 1 lumen per 1 sudut bola (steradian).

3. Iluminan (illuminance, diukur dengan lux, lumen/m2) adalah banyak arus cahaya yang datang pada satu unit bidang. Illuminasi (illumination) adalah datangnya cahaya ke suatu objek.

4. Luminan (Luminance, diukur dengan candela/m2 adalah intensitas cahaya yang dipancarkan, dipantulkan, atau diteruskan oleh satu unit bidang yang diterangi.


(4)

Tetapi kita mengukur terang yang dipantulkan oleh sebuah bidang dengan cendela/m2, demikian juga kita mengukur terang bidang yang meneruskan cahaya, seperti kaca lampu, dengan candela/m2. Pada buku referensi lama sering digunakan satuan footLambert (fL), untuk membedakan satuan luminan dari iluminan. FootLambert = (Footcandle) x (Reflection Factor). Luminasi (lumination) adalah perginya cahaya dari suatu objek.

3.3. Iluminasi di Ruang Kerja4

Jenis Kegiatan

Iluminansi minimum yang direkomendasikan menurut Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002 dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Rekomendasi Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002 Iluminansi Minimal

(Lux)

Keterangan

Pekerjaan kasar dan tidak terus-menerus

100

Ruang penyimpanan & ruang peralatan / instalasi yang memerlukan pekerjaan

yang kontinu Pekerjaan kasar & terus

menerus

200

Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar

4

Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No 1405/MENKES/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.


(5)

Pekerjaan rutin 300

R. administrasi, ruang kontrol, pekerjan mesin & perakitan/ penyusun

Pekerjaan agak halus 500

Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin

kantor pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin

Pekerjaan halus 1000

Pemilihan warna, pemrosesan tekstil, pekerjaan mesin halus & perakitan halus

Pekerjaan amat halus

1500

Tidak menimbulkan bayangan

Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat

halus Pekerjaan terinci 3000 Tidak menimbulkan bayangan Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus


(6)

3.4. Pengukuran Pencahayaan 3.4.1. Pengukuran Iluminansi5

5

Standar Nasional Indonesia. Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja. SNI 16-7062-2004

Iluminansi untuk bidang kerja diukur secara horizontal sejauh 75 centimeter diatas permukaan lantai, sedangkan untuk luasan tertentu iluminansi diperoleh dengan mengambil nilai rata-rata dari beberapa titik pengukuran (SNI 03-6575-2001). Penentuan titik pengukuran iluminansi diatur dalam SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja. Adapun penentuan titik pengukuran pada pencahayaan adalah sebagai berikut:

1. Penerangan setempat: obyek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan.Bila merupakan meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada.

2. Penerangan umum: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut:

a. Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter.


(7)

Gambar 3.4. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum Dengan Luas Lebih Dari 100 m2

3.5. Faktor – faktor pencahayaan6

Sumber–sumber cahaya yang cukup jumlahnya sangat berguna dalam mengatur pencahayaan secara baik. Sumber cahaya dapat diperoleh dari cahaya matahari atau terangnya langit. Selain itu sumber cahaya yang lain, berasal dari pencahayaan buatan yaitu lampu. Ada beberapa jenis lampu yang biasa digunakan disini, yaitu: Lampu LED, Lampu pijar, lampu fluorecent dan lampu–lampu pelepasan listrik yang berisi uap dengan bertekanan tinggi, misalnya lampu mercury, lampu neon.


(8)

3.6. Jenis-Jenis Lampu7

3.7. Produktivitas dan Cahaya 3.6.1. Lampu Pijar

. Memasang lampu pijar secara menggantung (bagian dasar lampu terletak di atas) akan memperpanjang efikasi karena proses penghitaman (residupenguapan filamen) akan tersamar di bagian dasar lampu. Efikasi yaitu jumlah cahaya total yang dihasilkan dibanding dengan daya (watt) yang digunakan.

8

7

Prasasto Satwiko. Fisika Bangunan. (Yogyakarta: ANDI, 2008) h. 200-206 8

Ir. Suyatno Sastrowinoto. Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi. (Jakarta: PT. Pertja, 1985), h.187-189

Ketegangan pada alat visual bias membuahkan dua jenis kelelahan yaitu lelah visual dan lelah saraf. Lelah visual terjadi oleh ketegangan yang intensif pada sebuah fungsi yang tunggal dari mata. Ketegangan yang terus-menerus pada otot siliar terjadi pada waktu menginspeksi benda kecil yang berkepanjangan; dan ketegangan pada retina dapat timbul oleh kontras cerah yang terus-menerus menimpa secara local. Lelah visual membuahkan :

1. Gangguan, berair, dan memerah pada konjunktiva mata 2. Pandangan dobel

3. Sakit kepala

4. Menurunnya kekuatan akomodasi


(9)

Gejala tersebut terjadi umumnya bila penerangan tidak mencukupi dan bila mata mempunyai kelainan refraksi namun tak dibetulkan dengan kacamata. Lelah saraf membuahkan waktu reaksi yang memanjang, melambatnya gerakan serta terganggunya fungsi psikologis dan motor lainnya. Apabila kondisi itu tetap beraksi, lelah kronis akan terjadi dengan gejala:

1. Kelesuan-umum dan pendengaran 2. Sakit kepala dan vertigo (pusing kepala) 3. Sukar tidur dan hilang selera makan

3.8. Uji Kenormalan Data

3.8.1. Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorov-smirnov

Uji Kolmogorov-Smirnov merupakan pengujian normalitas yang banyak dipakai, terutama setelah adanya banyak program statistik yang beredar. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik.

Uji KolmogorovSmirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah 5% berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 5% maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Penerapan pada uji Kolmogorov-Smirnov adalah jika signifikansi di bawah 5% berarti data yang akan diuji mempunyai


(10)

perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal. jika signifikansi di atas 5% maka berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku.

Uji Kolmogorov-Smirnov ini dilakukan dengan cara membentuk fungsi distribusi Empiris Fn(x) dari data hasil pengamatan x1, x2 ,x3 , ... , xn. Fungsi distribusi

empiris tersebut akan dibandingkan dengan suatu fungsi distribusi penduga Fo(x), sehingga diperoleh hipotesa sebagai berikut:

Ho: Fn(x) = Fo(x) Hi : Fn(x) ≠ Fo(x)

Fungsi distribusi empiris Fn(x) dari data x1, x2 ,x3 , ... , xn didefinisikan sebagai

berikut:

Fn (x)= banyaknya Xi ≤X

n

Fn(x) = i / n

Jika Fo(x) merupakan distribusi yang dihipotesakan. maka sebagai statistik uji K-S adalah:

Dn+=Max [ i

n- F(Xi)]

Dn-=Max [ F(Xi)- i-1

n ]

D = Max (Dn+, Dn-) dimana:

i : 1,2,3,..,n n : Jumlah data


(11)

F(x1) : Fungsi distribusi.

Fo(x) - Distribusi tcoritis Fn(x): Distribusi data asli.

Pemilihan fungsi distribusi dari suatu data dilihat berdasarkan Dn yang terkecil atau Significance Level ( Tingkat Kepercayaan) yang terbesar. Ho ditolak, jika Dn > dn,α. Harga dn,α dapat dilihat pada tabel uji K-S.

3.11. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data dilakukan jika ukuran populasi cukup besar dan terdistribusi secara normal. Pengujian ini juga untuk memastikan data yang dikumpulkan adalah cukup secara objektif. Rumus yang digunakan untuk menguji kecukupan data dengan tingkat ketelitian 5 % adalah:

Dimana,

Z = tingkat keyakinan dengan nilai 2 s = tingkat ketelitian dengan nilai 0,05 N = jumlah data

X = data yang diperoleh

( )

2

2 2 . / '           =

X X X N s z N


(12)

3.12. Regresi Linear

Persamaan matematik yang memungkinkan kita meramalkan nilai-nilai suatu peubah tak bebas dari nilai-nilai satu atau lebih peubah bebas disebut persamaan regresi.Istilah ini berasal dari telaah kebakaan yang dilakukan oleh Sir Francis Galton (1882-1911) yang membandingkan tinggi badan anak laki-laki dengan tinggi badan ayahnya. Galton menunjukkan bahwa tinggi badan anak laki-laki dari ayah yang tinggi setelah beberapa generasi cenderung mundur (regressed) mendekati nilai tengah populasi. Dengan kata lain, anak laki-laki dari ayah yang badannya sangat pendek cenderung lebih tinggi daripada ayahnya. Sekarang istilah regresi diterapkan pada semua jenis peramalan, dan tidak harus berimplikasi suatu regresi mendekati nilai tengah populasi.

Dalam pasal ini kita akan membicarakan masalah pendugaan atau peramalan nilai peubah tak bebas Y berdasarkan peubah bebas X yang telah diketahui nilainya. Misalkan kita ingin meramalkan nilai kimia mahasiswa tingkat persiapan berdasarkan skor tes intelegensia yang diberikan sebelum mulai kuliah.Untuk membuat peramalan semacam ini, pertama-tama kita perhatikan sebaran nilai kimia untuk berbagai skor tes intelegensia yang dicapai oleh mahasiswa-mahasiswa tahun sebelumnya. Dengan melambangkan nilai kimia seseorang dengan y dan skor tes intelegensianya dengan x, maka data setiap anggota populasi dapat dinyatakan dalam koordinat (x,y).Contoh regresi, tentukanlah garis regresi bagi data pada tabel dibawah ini:


(13)

Tabel 3.2. Skor Tes Intelegesia dan Nilai Kimia Mahasiswa Baru Mahasiswa Skor Tes, X Nilai Kimia, Y

1 65 85

2 50 74

3 55 76

4 65 90

5 55 85

6 70 87

7 65 94

8 70 98

9 55 81

10 70 91

11 50 76

12 55 74

Maka diperoleh

�xi=725,

12 i=1

�yi=1011

12 i=1

,�xiyi=61685

12 i=1 �xi2=44475

12 i=1

x

�=60417, y �=84.250

Sehingga,

b=(12)(61685)-(725)(1011)

(12)(44475)-(725)2 =0.897

a=84.250=(0.897)(60.417)=30.056 Dengan demikian garis regresinya adalah

y


(14)

3.13. Uji Korelasi Pearson Product Moment

Korelasi Pearson Product Moment (r) dikemukakan oleh Karl Pearson tahun 1900. Kegunaannya untuk mengetahui derajat hubungan dan kontribusi variabel bebas dengan variabel terikat. Uji Korelasi Pearson Product Moment termasuk uji statistik parametrik yang menggunakan data interval dan ratio dengan persyaratan tertentu. Misalnya: data dipilih secara acak (random); datanya berdistribusi normal; data yang dihubungkan berpola linier; dan data yang dihubungkan mempunyai pasangan yang sama sesuai dengan subjek yang sama.

Rumus yang digunakan adalah:

Uji Korelasi Pearson Product Moment dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1< r < + 1). Apabilah nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r yang ditunjukkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai R

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,80 – 1,000 Sangat Kuat 0,60 – 0,799 Kuat 0,40 – 0,599 Cukup Kuat 0,20 – 0,399 Rendah 0,00 – 0,199 Sangat Rendah


(15)

3.14. Tingkat Pencahayaaan Rata-rata9

Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan pada umumnya didefinisikan sebagai tingkat pencahayaan rata-rata pada bidang kerja. Yang dimaksud dengan bidang kerja ialah bidang horisontal imajiner yang terletak 0,75 meter di atas lantai pada seluruh ruangan. Tingkat pencahayaan rata-rata Erata-rata (lux), dapat dihitung dengan persamaan :

Erata-rata =

������ �� ��� � dimana :

Ftotal = Fluks luminus total dari semua lampu yang menerangi bidang kerja (lumen)

A = luas bidang kerja (m2). kp = koefisien penggunaan .

kd = koefisien depresiasi (penyusutan).

3.14.1. Koefisien Penggunaan

Sebagian dari cahaya yang dipancarkan oleh lampu diserap oleh armatur, sebagian dipancarkan ke arah atas dan sebagian lagi dipancarkan ke arah bawah. Faktorpenggunaan didefinisikan sebagai perbandingan antara fluks luminus yang sampai dibidang kerja terhadap keluaran cahaya yang dipancarkan oleh semua lampu. Besarnya koefisien penggunaan dipengaruhi oleh faktor :


(16)

1. distribusi intensitas cahaya dari armatur.

2. perbandingan antara keluaran cahaya dari armatur dengan keluaran cahaya dari lampu di dalam armatur.

3. reflektansi cahaya dari langit-langit, dinding dan lantai.

4. pemasangan armatur apakah menempel atau digantung pada langit-langit, 5. dimensi ruangan.

Besarnya koefisien penggunaan untuk sebuah armatur diberikan dalam bentuk tabel yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat armatur yang berdasarkan hasil pengujian dari instansi terkait. Merupakan suatu keharusan dari pembuat armatur untuk memberikan tabel kp, karena tanpa tabel ini perancangan pencahayaan yang menggunakan armature tersebut tidak dapat dilakukan dengan baik.


(17)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Coca-cola Amatil Indonesia yang berlokasi di Jl. Medan Belawan km.14 Simpang Martubung Medan, Sumatera Utara.

4.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian korelasi atau penelitian hubungan. Penelitian korelasi adalah penelitian yang dilakukan peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan terhadap data yang memang sudah ada (Suharsimi, 2010). Pada penelitian ini akan dicari nilai korelasi antara faktor iluminansi (lux) terhadap jumlah produk cacat yang lolos inspeksi.

4.3. Objek Penelitian

Objek yang diteliti pada penelitian ini adalah botol cacat yang lolos inspeksi dan tingkat illuminasi tasiun Empty Bottle Inspection PT. Coca-Cola Amatil Indonesia


(18)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Sumber-sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan yang dilakukan secara langsung atau data yang diperoleh melalui proses pengukuran dengan bantuan suatu instrument.

2. Data sekunder

Data sekunder bersumber dari dokumen perusahaan yang dapat diperoleh dari pihak manajemen.

4.5. Instrumen yang digunakan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. 4 in 1Multi-Function Environment Meter

Alat ini digunakan untuk mengukur tingkat iluminasi dan luminasi pada stasiun Empty Bottle Inspection.


(19)

2. Meteran

Alat ini digunakan untuk mengukur luas dari stasiun Empty Bottle Inspection.

4.8. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual merupakan suatu bentuk kerangka berpikir yang dapat digunakan sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah.

4.9. Defenisi Operasional

Adapun defenisi operasional kerangka konseptual pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Lampu

Jenis lampu adalah merk lampu yang digunakan perusahaan untuk menerangi lingkungan kerja.

2. Jumlah Lampu

Jumlah Lampu adalah banyaknya lampu yang terpasang di lingkungan kerja. 3. Luas Ruangan

Luas ruangan adalah luas ruangan yang diterangi alat penerangan. 4. Tinggi Ruangan

Tinggi ruangan adalah jarak antara bidang kerja dan sumber penerangan. 5. Iluminasi


(20)

6. Luminasi

Luminasi adalah jumlah cahaya yang dipantulkan objek 7. Reflektansi Objek

Reflektansi objek adalah perbandingan tingkat luminasi dan illuminansi

4.10. Variabel Penelitian

Variabel-variabel penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Dependen (Variabel tergantung atau terpengaruh)

Variabel dependen adalah variable yang nilainya dipengaruhi oleh variabel lain.

2. Variabel Independen (Variabel bebas, sebab mempengaruhi)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain.

4.11. Pengolahan Data

Pada pengolahan data dilakukan uji kecukupan data untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan telah mencukupi. Kemudian dilakukan uji kenormalan data untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau tidak. Setelah itu dilakukan uji korelasi untuk mengetahui pengaruh antara tingkat iluminasi dan jumlah produk cacat yang lolos inspeksi.


(21)

4.12. Analisis dan Pemecahan Masalah

Standar iluminasi minimum untuk stasiun Empty Bottle Inspection adalah 200 lux. Analisis data dilakukan untuk membandingkan jumlah dan jenis lampu yang digunakan untuk meningkatkan pencahayaan pada stasiun Empty Bottle Inspection.

4.13. Kesimpulan dan Saran

Pada tahap ini dilakukan pengambilan kesimpulan berdasarkan hasil dan analisa yang telah dilakukan kemudian dibuat saran-saran yang bertujuan untuk membuat perbaikan yang tepat untuk mengurangi jumlah produk cacat yang lolos inspeksi di PT. Coca-cola Amatil Indonesia.

4.14. Blok DiagramProsedur Penelitian


(22)

STUDI PENDAHULUAN

Melakukan pengamatan pendahuluan di PT. Coca-cola Amatil Indonesia

PERUMUSAN MASALAH

Jumlah botol cacat diatas batas toleransi yang diberikan perusahaan dan Tingkat Iluminasi dibawah standar

Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002

STUDI LITERATUR

(Mengumpulkan literatur yang berhubungan dengan pencahayaan)

PENGUMPULAN DATA

-Data wawancara -Data intensitas cahaya

-Sejarah Perusahaan

-Struktur organisasi dan Manajemen perusahaan

-Data jumlah produk cacat yang lolos inspeksi

-Data Mesin-Mesin

DATA PRIMER DATA SEKUNDER

-Uji Kecukupan data -Uji kenormalan data -Uji korelasi data -Uji Regresi

-Perhitungan tingkat illuminasi rata-rata -Perhitungan angka reflektansi objek -Perhitungan jumlah lumen yang dibutuhkan

PENGOLAHAN DATA

Merekomendasikan jenis dan jumlah lampu yang dibutuhkan perusahaan dan menentukan titik pemasangan lampu di stasiun Empty Bottle Inspection

ANALISA DAN EVALUASI

Kesimpulan dan Saran


(23)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah tingkat iluminasi dan tingkat luminasi pada material objek di stasiun Empty Bottle Inspection dan jumlah produk cacat di stasiun Empty Bottle Inspection.

5.1.1. Data Tingkat Iluminasi dan Luminasi Lantai Produksi

Data tingkat iluminasi di stasiun Empty Bottle Inspection diukur dengan menggunakan alat 4 in 1 enviromental meter. Penentuan titik ukur dilakukan berdasarkan aturan

5.1.2. Data Tingkat Iluminasi dan Luminasi Material Objek Stasiun Empty Bottle Inspection

Tingkat iluminasi dan luminasi material objek diukur pada stasiun Empty Bottle Inspection.

Tabel 5.3. Keterangan Material Objek

No Simbol Nama Objek Warna Objek Material Objek

1 D1 Dinding Putih Tembok


(24)

4 D4 Dinding Putih Tembok

5 C1 Conveyor Abu-abu Besi

6 C2 Conveyor Abu-abu Besi

7 C3 Conveyor Abu-abu Besi

8 C4 Conveyor Abu-abu Besi

9 F1 Filler Hitam Besi dan Kaca

10 P1 Premixer Filler Abu-abu Besi

11 L1 Lantai 1 Putih Keramik

12 L2 Lantai 2 Putih Keramik

13` L3 Lantai 3 Putih Keramik

14 L4 Lantai 4 Putih Keramik

Berikut ini adalah tahapan pengukuran tingkat luminansi dan tingkat iluminasi: 1. Hidupkan alat 4 in 1 environmental meter dan buka penutup sensor cahaya

2. Letakkan sensor pada material objek yang akan diukur tingkat iluminasinya dengan posisi sensor menghadap ke sumber cahaya

3. Catat tingkat iluminasi (A) yang tertera pada layar ke form pengamatan

4. Balik sensor dan tarik menjauhi material objek dengan jarak 2 inchi pada satu garis normal dan tunggu sampai angka pada display tidak bergerak lagi

5. Catat tingkat luminansi (B) yang tertera pada layar ke form pengamatan.

.2. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data diperlukan untuk memastikan bahwa yang telah dikumpulkan dan disajikan dalam laporan telah cukup secara objektif. Pada uji


(25)

kecukupan data ini tingkat keyakinan sebesar 95 % dan derajat ketelitian 5 %. Tes kecukupan data dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

=

[

/

���∑�

2

(

∑�

)

2

∑�

Keterangan :

K = Tingkat keyakinan S = Derajat ketelitian

N = Jumlah data pengamatan N’ = Jumlah data teoritis X = Data pengamatan

5.3. Uji Kenormalan Data

Uji kenormalan data dilakukan dengan Kolmogorov-Smirnov Test. Uji ini dilakukan untuk membuktikan kesesuai antara frekuensi hasil pengamatan dengan frekuensi yang diharapkan, untuk melihat pola distribusi data yang didapatkan, apakah data berdistribusi normal atau tidak. Tahapan pengujian kenormalan data dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test adalah sebagai berikut:

1. Data pengamatan diurutkan mulai dari pengamatan dengan nilai terkecil sampai nilai terbesar.

2. Dari nilai pengamatan tersebut lalu disusun distribusi frekuensi kumulatif relatif, notasikan dengan Fa (X), dapat dihitung menggunakan rumus berikut:


(26)

data total

data nomor X

Fa( )=

3. Dihitung nilai Z dengan menggunakan rumus berikut ini:

s X

Z = −µ

Kemudian dihitung nilai distribusi frekuensi kumulatif teoritis, yaitu berdasarkan area kurva normal, dinotasikan dengan Fe (X). Dengan interpolasi nilai peluang dari Z yang digunakan. Atau dengan menggunakan rumus dari aplikasi Microsoft Excel dengan format berikut.

=NORMSDIST(z)

4. Dihitung selisih antara Fa (X) dengan Fe (X). 5. Diambil selisih maksimum dan notasikan dengan D

DMax = Fa (X) – Fe (X)

6. Bandingkan antara nilai D hitung tersebut dengan nilai D yang didapatkan dari table nilai D untuk uji Kolmogorov – Smirnov untuk sampel tunggal dengan α yang telah ditentukan.

7. Tentukan wilayah penerimaan untuk pengambilan keputusannya: Ho : Data tersebut berdistribusi normal

H1: Data tersebut berdistribusi tidak normal Jika D ≤ Dα, maka Ho diterima


(27)

5.4. Uji Korelasi

Setelah dilakukan pengujian distribusi normal, maka selanjutnya adalah dilakukan uji korelasi terhadap Tingkat Illuminasi dan jumlah produk cacat yang lolos inspeksi. Jenis uji korelasli yang digunakan adalah uji korelasi pearson. Uji korelasi pearson digunakan untuk menguji korelasi antar dua varian yang berdistribusi normal dan berjenis interval atau rasio. Maka dapat dihitung koefisien korelasi dengan menggunakan rumus uji korelasi pearson berikut:

r = �∑�� −(∑�)(∑�)

�(�∑�2−(∑�)2)(�∑�2−(∑�)2)

5.5. Uji Regresi

Regresi linier dilakukan untuk menguji sejauh mana hubungan sebab akibat antara variabel faktor penyebab terhadap variabel akibatnya.

Y= a+bX

Nilai a dan b dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

�= (∑ �)(∑ �

2)(∑ �)(∑ ��)

�(∑ �2)(∑ �)2

�=�(∑ ��)−(∑ �)(∑ �)


(28)

Berdasarkan perhitungan diatas dapat dilihat pada tingkat iluminasi pada stasiun Empty Bottle Inspection masih dibawah standar yang direkomendasikan yaitu sebesar 200 lux.

5.6.1. Perhitungan Angka Reflektansi Material Objek

Setiap objek memantulkan sebagian dari cahaya yang mengenainya. Perbandingan dari cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang diterima oleh objek tersebut dikali dengan 100% disebut dengan angka reflektansi material. Reflektansi yang direkomendasikan untuk pencahayaan industri ditunjukkan pada Tabel 5.16.

Tabel 5.18. Rekomendasi Nilai Reflektansi Material untuk Pencahayaan Industri

No Objek Reflektansi (%)

1 Dinding 40-60

2 Langit-langit 80-90

3 Meja, kursi, mesin dan peralatan 25-45

4 Lantai 20-40

Berdasarkan tingkat illuminasi dan luminasi, maka dapat dihitung angka reflektansi untuk semua material objek seperti ditunjukan pada Tabel 5.17.


(29)

5.7. Perhitungan Jumlah Kebutuhan Lumen Stasiun Empty Bottle Inspection

Kondisi pencahayaan di stasiun Empty Bottle Inspection tidak memenuhi standar KEPMENKES RI No. 1405/MENKES/SK/IX/02, yang menetapkan kriteria pencahayaan untuk ruang inspeksi sebesar 200 lux. Untuk itu dilakukan perhitungan kebutuhan pencahyaan yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, sehingga dapat dipilih jenis lampu yang dapat menyebarkan cahaya yang merata ke seluruh ruangan. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan kebutuhan pencahayaan agar memenuhi standar Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 adalah:

Ftotal = ��� ����� Dimana :

E = Tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang direkomendasikan (lux) Ftotal = Flux luminous (jumlah cahaya) yang diperlukan (lumen)

Kp = Koefisien penggunaan Kd = Koefisien depresiasi

A = luas ruang/bidang kerja (m2) 1. Mengitung Koefisien Penggunaan

Membagi ruang menjadi tiga rongga ruangan. yaitu rongga langit-langit (cc), rongga dinding (rc), dan rongga lantai (fc).


(30)

BAB VI

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis

Subbab ini menjelaskan mengenai hasil analisis pengolahan data yang telah dilakukan.

6.1.1. Analisis Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data dilakukan untuk memastikan bahwa data yang telah dikumpulkan telah cukup secara objektif. Idealnya pengukuran harus dilakukan dalam jumlah yang banyak bahkan sampai jumlah yang tak terhingga, namun karena keterbatasan yang ada baik dari segi biaya, tenaga, waktu dan sebagainya. Sebaliknya jumlah pengumpulan data dalam jumlah sekedarnya juga kurang baik karena tidak mewakili keadaan yang sebenarnya. Untuk itu, pengujian kecukupan data dilakukan dengan berpedoman pada konsep statistik yaitu tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan.

6.1.2. Analisis Uji Kenormalan Data

Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa data yang diambil berdistribusi secara normal.


(31)

6.1.3. Analisis Uji Korelasi

Uji ini dilakukan untuk mengukur kekuatan hubungan 2 variabel dengan hasil yang sifatnya kuantitatif.

6.1.4. Analisis Uji Regresi

Regresi linier dilakukan untuk menguji sejauh mana hubungan sebab akibat antara variabel faktor penyebab terhadap variabel akibatnya. Nilai Y adalah nilai dari variabel dependen dan X

6.1.5. Analisis Jumlah Flux Luminous

Perhitungan ini dilakukan untuk menentukan berapa kebutuhan flux luminous pada stasiun Empty Bottle Inspection berdasarkan standar Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002 yaitu sebesar 200 lux. Berdasarkan perhitungan pada pengolahan data maka didapatkan hasil perhitungan flux luminous adalah sebesar 33.248 lumen. Maka perlu dilakukan pemilihan terhadap jenis dan jumlah lampu yang sesuai untuk mencapai jumlah sesuai dengan hasil perhitungan.

6.2. Pemecahanan Masalah

Setelah dilakukan perhitungan jumlah flux luminous, maka perlu dilakukan analisa terhadap pemilihan jenis lampu yang sesuai dengan kebutuhan dan aktivitas yang dilakukan pada stasiun Empty Bottle Inspection. Pada umumnya terdapat 4 jenis


(32)

lampu yang sering digunakan yaitu lampu pijar, fluorescent, HID (High Intensity Discharge), dan lampu LED (Light Emmiting Dioda). Setiap jenis lampu mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pemilihan jenis lampu yang tepat sangat mempengaruhi kinerja operator dalam melakukan pemeriksaan terhadap produk cacat. Berikut adalah perbandingan antara 4 jenis lampu yang sering digunakan.

Tabel 6.1. Perbandingan Jenis Lampu

Keterangan Pijar Fluorescent High Intensity

Discharge

Light Emmiting

Dioda JumlahLumen per

watt Rendah Tinggi Tinggi Tinggi

Jarak jangakauan

penerangan Kecil Luas Luas Luas

Warna Warna yang cenderung hangat (kemerahan), secara psikologis akan membuat suasana ruangan kurang sejuk.

Warna cahaya cendrung putih dingin menguntungkan untuk

daerah tropis karena secara psikologis menyejukan. Beberapa lampu mengeluarkan cahaya ungu-ultra yang membahayakan kesehatan Kualitas warna sering mempengaruhi warna objek tidak alami

Umur Penggunaan 750-1.000 jam 20.000 jam 15.000-20.000 jam 35.000-50.000 jam

Berdasarkan tabel diatas maka lampu dengan jenis fluorescent (TL) dianggap paling tepat untuk digunakan pada stasiun Empty Bottle Inspection karena


(33)

dianggap sesuai dengan aktivitas operator yang bekerja yaitu melakukan inspeksi pada botol kosong.


(34)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data, analisis dan pemecahan masalah maka kesimpulan dari penilitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tingkat iluminasi pada stasiun Empty Bottle Inspection dibawah standar Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/2002.

2. Jumlah produk cacat yang lolos inspeksi selama pada stasiun Empty Bottle Insection Melebihi batas toleransi yang ditetapkan perusahaan.

3. Terdapat hubungan antara intensitas cahaya dengan jumlah botol kosong yang lolos inspeksi. Dimana hubungan bersifat terbalik.

4. Jumlah kebutuhan flux luminous di stasiun Empty Bottle Inspection untuk memenuhi standar Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/2002 (200 lux) masih berbeda jauh dengan jumlah yang ada di perusahaan.

7.2. Saran

Adapun saran yang diberikan untuk pihak perusahaan dan sebagai bahan pertimbangan pada penelitian selanjutnya antara lain sebagai berikut:

1. Perusahaan dapat mempertimbangkan usulan jumlah lampu yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pencahayaan pada stasiun Empty Bottle Inspection


(35)

2. Diharapkan pada peneliti selanjutnya melakukan penelitian mengenai jarak mata ke sumber cahaya terhadap tingkat ketelitian operator dalam melakukan inspeksi. 3. Diharapkan pada peneliti selanjutnya memeriksa kondisi alat ukur untuk


(36)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan PT Coca Cola Amatil Indonesia

Pada Tanggal 12 Oktober 1993, sebuah perusahaan publik Australia yang merupakan perusahaan terbesar di dunia untuk fabrikasi, distribusi, dan pemasaran produk The Coca-Cola Company mengambil alih kepemilikan DBBC dan berubah nama menjadi Cola Amatil Indonesia Hingga saat ini tercatat 11 pabrik Coca-Cola yang beroperasi di berbagai provinsi di Indonesia, yaitu:

1. Tahun 1971 : PT. Djaya Baverages Bottling Company, Jakarta 2. Tahun 1973 : PT. Braseries Del Indonesia, Medan

3. Tahun 1976 : PT. Tirtalina Bottling Company, Surabaya

4. Tahun 1976 : PT. Coca-Cola Pan Java Bottling Company, Semarang 5. Tahun 1981 : PT. Tirta Permata sari Bottling Company, Ujung Pandang 6. Tahun 1983 : PT. Tirta Mukti Indah Bottling Company, Bandung 7. Tahun 1971 : PT. Tribina Jaya Nusantara Bottling Company, Padang 8. Tahun 1971 : PT. Banyu Agung Sejahtera Bottling Company, Denpasar 9. Tahun 1971 : PT. Swarna Dwipa Mekar Bottling Company, T.Karang 10. Tahun 1971 : PT. Bangun Wenang Baveraages Company, Manado


(37)

Pada tahun 1995 Coca-Cola Amatil milik Australia yang merupakan perusahaan pembotolan terbesar di dunia untuk pabrikasi, distribusi dan pemasaran produk. The Coca-Cola Company mengambil alih semua semua pabrik pembotolan Coca-Cola Company di Indonesia kecuali di Manado. Perkembangan perusahaan minuman ini sangat cepat. Dan untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing, maka pada tanggal 1 Januari tahun 2000, kesepuluh perusahaan pembotolan dan distribusi Coca-cola yang berada dibawah manajemen Coca-Cola Amatil Australia berubah nama menjadi PT. Coca-Cola Bottling Indonesia untuk perusahaan pembotolan dan PT. Coca-Cola Distribution Indonesia untuk perusahaan distribusi.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Coca-cola Amatil Indonesia Unit Medan bergerak dalam bidang pembuatan minuman dalam kemasan. Saat ini PT. Coca-cola Amatil Indonesia Unit Medan sudah memiliki beraneka jenis produk baik yang berkarbonasi maupun tidak.

2.3. Lokasi Perusahaan

PT . Coca-cola Amatil Indonesia Unit Medan berlokasi di Jl. Medan Belawan Km. 14, Simpang Martubung, Medan - Sumatera Utara.


(38)

2.4. Daerah Pemasaran

Pabrik pembuatan produk Coca-cola berada di daerah Martubung, Belawan dan daerah pemasarannya adalah daerah Provinsi Sumatera Utara dan D.I.Aceh. Dalam pelaksanaannya, untuk memperlancar pendistribusian produk PT. Coca-cola Amatil Indonesia Unit Medan memiliki beberapa subdistributor, yaitu Medan, Kabanjahe, Tebing Tinggi, P.Siantar, Rantau Parapat, Kisaran, P.Sidempuan, Langsa, Lhoksemawe, Banda Aceh, Meulaboh, Sibolga, Balige, dan Indrapura. PT. Coca-cola Amatil Indonesia sudah memiliki lebih dari 18000 retailer produk coca-cola. Hal ini membuat produk Coca-cola semakin mudah untuk diperoleh dimana saja dengan harga yang dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat.

2.5. Organisasi dan Manajemen 2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi merupakan perwujudan dari hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, wewenang, dan tanggung jawab yang berhubungan satu sama yang lain. Batas tanggung jawab setiap orang dituangkan dalam job description, sedangkan penggambarannya diwujudkan dalam stuktur organisasi seperti pada Gambar 2.1.


(39)

General Manager

Secretary to GM

General Sales Manager

(GSM)

Tch. Operations & Logistics Manager

(TOM)

Finance Manager

(FM)

Human Resources Manager

(HRM)

Bussiness Serveices Manager

(BSM)

Public Relation

(PR) Gambar 2.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. Coca-cola Amatil Indonesia Unit Medan adalah struktur organisasi fungsional karena terdapat sejumlah spesialis fungsional yang mengawasi kegiatan masing-masing karyawan, seperti fungsi produksi, keuangan, personalia, administrasi, dan lain-lain. Pada struktur organisasi fungsional, seorang karyawan tidak bertanggung jawab kepada satu atasan saja. Pimpinan berwenang pada satuan-satuan organisasi dibawahnya untuk bidang pekerjaan tertentu. Pimpinan berhak memerintah semua karyawan disemua bagian, selama masih berhubungan dengan bidang kerjanya.

2.5.2. Pembagian Tugas & Tanggung Jawab

Tugas dan tanggung jawab masing-masing pimpinan yang tercantum di dalam struktur perusahaan.


(40)

1. General Manager

a. Memiliki wewenang menentukan sasaran-sasaran usaha yang ingin dicapai perusahaan dalam periode kerja tertentu.

b. Menentukan rencana kerja dan anggaran pendapatan serta belanja perusahaan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

c. Memimpin dan mengkoordinir pekerjaan bagian-bagian lain yang ada dibawahnya.

d. Menandatangani keputusan peraturan dan syarat-syarat serta semua cek yang dikeluarkan.

e. Menentukan struktur organisasi perusahaan dan job descrption. 2. General Sales Manager

a. Penanggung jawab terhadap pemasaran produk, dan juga menjalankan semua strategi pemasaran yang ditetapkan perusahaan (strategi produk, strategi harga, strategi distribusi)

b. Mengkoordinir bagian-bagian di bawahnya atas tanggung jawab untuk ketetapan dan kebenaran laporan.

c. Merencanakan dan menentukan strategi penjualan dan pemasaran. 3. Technical Operation and Logistic Manager


(41)

Bertanggung jawab atas penyediaan barang yang cukup sesuai dengan permintaan pasar menurutstandar kualitas yang sudah ditentukan dengan efisiensi kerja secara optimal.

4. Finance Manager

a. Membuat rencana pengeluaran biaya operasional, melakukan pencatatan transaksi, mengeluarkan analisis biaya, dan melakukan kontrol terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.

b. Mengatur sumber-sumber pembiayaan perusahaan.

c. Bertanggung jawab atas tertib administrasi yang berhubungan dengan sistem dan prosedur akuntansi.

d. Bertanggung jawab atas penggunaan dan pengawasan dana perusahaan. 5. Human Resources Manager

a. Human resources manager bertugas mengatur masalah administrasi yang berkaitan dengan masalah karyawan/ketenaga kerjaan seperti pengangkatan karyawan baru, pelatihan karyawan, pemberhentian karyawan dan sebagainya. b. Mengadakan kerjasama dengan bagian lain untuk membina stabilitas kerja, tata

tertib kerja, disiplin kerja, keamanan dan kenyamanan dalam lingkungan kerja. 6. Business Services Manager

a. Business services manager bertanggung jawab terhadap jalannya arus informasi di perusahaan, departemen ini manangani hal-hal seperti pemeliharaan jaringan komputer, internet, database , dan telephone.


(42)

b. Membantu mengimplementasikan program baru yang dijalankan dari nasional. c. Bertanggung jawab atas segala seluruh fasilitas perusahaan di seluruh wilayah

kerja.

d. Membantu seluruh kelancaran informasi yang berhubungan dengan teknologi software dan hardware di seluruh bagian.

2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja & Jam Kerja

Jumlah tenaga kerja pada PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan adalah sebanyak 700 orang. Setiap tenaga kerja yang bekerja di PT. Coca-cola Amatil Indonesia Unit Medan terikat oleh jam kerja yang telah ditetapkan perusahaan. Adapun pengaturan jam kerja tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Jam Kerja Karyawan

Bagian Hari Kerja Jam kerja Shift Karyawan office Senin s/d jumat 0800 -17.00 I

Karyawan Marketing

Senin s/d jumat 08.00-16.00 I

Sabtu 08.00-13.00 I

Karyawan Produksi

Senin s/d jumat 06.00-14.00 I Senin s/d jumat 14.00-22.00 II Security

Senin s/d sabtu 06.00-14.00 I Senin s/d sabtu 14.00-22.00 II Senin s/d sabtu 22.00-06.00 III

2.6. Proses Produksi

2.6.1. Bahan yang Digunakan

Adapun bahan yang digunakan oleh PT. Coca-cola Amatil Indonesia Unit Medan dalam menghasilkan produk adalah sebagai berikut:


(43)

1. Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk, ikut dalam proses produksi dan memiliki persentase terbesar dibandingkan dengan bahan-bahan lain. Adapun bahan baku yang digunakan PT. Cocacola Amatil Indonesia Unit Medan dalam pembuatan minuman ringan adalah:

a. Air

Air digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman berkarbonasi (Coca-Cola, Sprite, dan Fanta) maupun minuman yang tidak berkarbonasi (Frestea dan Pulpy Orange).

b. Gula Gula yang digunakan adalah gula murni yang memenuhi standar yang telah ditetapkan, yaitu memiliki kadar 99,99% dan bebas dari kotoran.

c. Concentrate diperoleh dari PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Unit Jakarta yang menyediakan bahan ini untuk perusahaan Coca-Cola di seluruh Indonesia. Concentrate berfungsi sebagai bahan pengawet dan pemberi rasa.

d. Karbondioksida (CO2) Karbondioksida merupakan bahan baku yang berfungsi sebagai penyegar dan pengawet minuman. Selain itu secara kualitas berfungsi untuk menunjukkan ciri khas dari Coca-Cola. CO2 dibeli dari PT. Aneka Gas dan UD. Mulya Perkasa di Medan.

2. Bahan penolong adalah bahan yang digunakan pada proses produksi dengan persentase lebih rendah dari pada bahan utama agar proses produksi dapat berjalan lebih baik dan tidak dapat dibedakan dengan jelas pada produk akhir. Bahan penolong yang digunakan pada proses produksi di perusahaan ini adalah:


(44)

a. Kaporit: digunakan dalam proses pengolahan air, membunuh bakteri (menghambat pertumbuhan mikroorganisme), membersihkan botol dan sanitasi peralatan.

b. Asam Sulfat (H2SO4): digunakan untuk membebaskan dan menghilangkan gas-gas yang terlarut dalam air.

c. Filter Aid: berfungsi untuk melapisi filter paper pada proses penyaringan sirup di filter press, memperbesar pori-pori filter paper sehingga mempermudah filtrasi dan menahan karbon aktif sehingga tidak lolos ke final syrup tank.

d. Karbon Aktif: digunakan pada pembuatan syrup untuk menjernihkan larutan gula dan menghilangkan bau-bau asing.

e. Coustik Soda (NaOH) 3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan-bahan yang dibutuhkan guna meningkatkan mutu suatu produk atau suatu bahan yang dapat dilihat pada akhir produk. Bahan tambahan pada proses pembuatan minuman ringan yang terdapat pada PT. Coca-cola Amatil Indonesia Unit Medan pada umumnya dibutuhkan pada proses pengepakan, yaitu:

a. Botol: merupakan bahan pengemas minuman yang dihasilkan oleh PT. Coca-cola Amatil Indonesia Unit Medan sehingga siap dipasarkan.


(45)

b. Crown Cork (Penutup Botol): digunakan untuk menutup botol minuman ringan.

c. Crate (Peti Plastik): berfungsi sebagai tempat penyusunan botol-botol dengan kapasitas 24 botol per krat.

d. Karton: digunakan sebagai tempat pengepakan minuman yang dikemas dalam botol plastik.


(46)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Lingkungan kerja adalah kehidupan sosial, psikologi dan fisik dalam perusahaan yang berpengaruh terhadap pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Kehidupan manusia tidak terlepas dari berbagai kehidupan di lingkungan sekitarnya, antara manusia dan lingkungan terdapat hubungan yang sangat erat dimana lingkungan kerja yang baik apabila telah memenuhi unsur efektif, aman, sehat, nyaman dan efisien.

Pada PT. Coca-Cola Amatil Indonesia terdapat beberapa proses produksi yang dilakukan secara manual. Salah satunya adalah proses inspeksi botol kosong (Empty Bottle Inspection) yang dilakukan untuk memilih antara botol yang baik dan cacat. Terdapat 3 kriteria pada botol cacat antara lain:

1. Inner Sidewall adalah kecacatan yang ditemukan pada bagian badan botol. 2. Base adalah kecacatan yang ditemukan pada dasar botol.

3. Finish adalah kecacatan yang ditemukan pada mulut botol.

Proses inspeksi botol kosong membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi untuk mencegah botol kosong yang cacat lolos proses inspeksi. Batas toleransi untuk botol cacat lolos inspeksi yang diizinkan perusahaan adalah 5 %.

Pengaturan pencahayaan yang baik di tempat kerja akan menciptakan suasana kerja yang nyaman dan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan


(47)

dengan lebih jelas, teliti, dan cepat serta mengurangi kesalahan yang diperbuat untuk menghindari produk cacat dapat lolos. Tingkat Iluminasi rata-rata pada stasiun Empty Bottle Inspection sebesar 113 lux dan tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002yaitu sebesar 200 lux.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka perlu dilakukan analisis mengenai pengaruh tingkat illuminasi dan jumlah produk cacat yang lolos inspeksi kemudian dilakukan perbaikan pencahayaan sesuai dengan standar yang berlaku.

Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh pencahayaan terhadap kinerja operator. berjudul “Analisis Sistem Pencahayaan di Ruang Sipil/ Sarana dengan SNI Nomor 03-6575-2001 Tentang Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan PT. X Gresik”1

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah jumlah botol cacat yang lolos inspeksi masih diatas batas toleransi perusahaan.

. Jurnal ini menjelaskan mengenai perancangan sistem pencahayaan pada ruang sipil. Intensitas penerangan belum sesuai dengan standar dikarenakan faktor lampu yang digunakan, kebutuhan daya, jenis lampu, faktor internal diruang sarana/sipil menghendaki penghematan energi sehingga menggunakan penerangan yang tidak terlalu terang, kurangnya koordinasi antara bagain sipil/sarana dengan bagian

1.2. Perumusan Masalah


(48)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian adalah untuk menganalisa pengaruh pencahayaan terhadap produk cacat yang lolos inspeksi di stasiun Empty Bottle Inspection PT. Coca-cola Amatil Indonesia.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat iluminasi dan luminasi pada stasiun Empty Bottle Inspection PT. Coca- cola Amatil Indonesia

2. Mengetahui jumlah produk cacat yang lolos inspeksi

2. Mengetahui pengaruh tingkat iluminasi terhadap botol cacat yang lolos inpeksi. 3. Memberi usulan jenis dan jumlah lampu yang sesuai dengan stasiun Empty Bottle

Inspection.

1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian

Asumsi- asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Operator yang menjadi objek penelitian dalam keadaan sehat.

2. Stasiun Empty Bottle Inspection tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung.

3. Tidak terdapat gangguan listrik selama proses produksi berlangsung. 4. Proses produksi berjalan sesuai dengan rencana perusahaan.


(49)

1. Penelitian dilakukan pada stasiun Empty Bottle Inspection PT. Coca-Cola Amatil Indonesia

2. Penelitian dilakukan dari faktor iluminasi, luminansi dan jumlah produk cacat yang lolos inspeksi.

3. Faktor lingkungan kerja yang diteliti hanya terfokus pada pencahayaan. faktor lainnya seperti termal dan kebisingan tidak mempengaruhi hasil penelitian yang dilakukan.

4. Pengukuran dilakukan pada shift 1 yaitu mulai pukul 06.00 - 14.00 WIB 5. Penelitian ini tidak memperhitungkan biaya.

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Adapun sistematika penulisan laporan Tugas Sarjana adalah sebagai berikut: 1. Pendahuluan

Diuraikan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan, serta sistematika penulisan tugas akhir.

2. Gambaran Umum Perusahaan

Menjelaskan secara ringkas ruang lingkup bidang usaha, tenaga kerja, proses produksi, bahan baku, mesin dan fasilitas produksi di PT. Coca-cola Amatil Indonesia.


(50)

3. Landasan Teori

Menyajikan teori-teori yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang mengkaji tugas akhir ini. Teori-teori dalam penelitian ini antara lain definisi dari pencahayaan, iluminasi, luminansi, dan perhitungan lumen.

4. Metode Penelitian

Berisi jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian serta tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga penyusunan laporan tugas akhir.

5. Pengumpulan dan Pengolahan Data

berisi data-data yang dibutuhkan peneliti. Pengumpulan data yang dilakukan dengan mengukur iluminasi dan luminansi serta jumlah produk cacat di stasiun Empty Bottle Inspection. Pada pengolahan data berisi uji anava dan perhitungan jumlah lumen yang dibutuhkan.

6. Analisa Pemecahan Masalah

berisi analisis yang dilakukan terhadap hasil pengolahan data dan melakukan pencarian solusi permasalahan.

7. Kesimpulan dan Saran

menyajikan kesimpulan hasil penelitian berdasarkan analisis dari hasil pemecahan masalah yang menjawab tujuan akhir dari penelitian dan saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan.


(51)

ABSTRAK

Lingkungan kerja adalah kehidupan sosial, psikologi dan fisik dalam perusahaan yang berpengaruh terhadap pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Kehidupan manusia tidak terlepas dari berbagai kehidupan di lingkungan sekitarnya, antara manusia dan lingkungan terdapat hubungan yang sangat erat dimana lingkungan kerja yang baik apabila telah memenuhi unsur efektif, aman, sehat, nyaman dan efisien. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat ketelitian operator adalah intensitas cahaya yang dihasilkan dari alat penerangan. Pengaturan pencahayaan yang baik di tempat kerja akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan lebih jelas, teliti, dan cepat serta mengurangi kesalahan yang diperbuat untuk menghindari produk cacat dapat lolos. Pada proses pembotolan terdapat beberapa aktivitas yang dilakukan secara manual salah satunya adalah proses inspeksi botol kosong pada stasiu Empty Bottle Inspection. Pada proses ini dibutuhkan tingkat ketelitian yang cukup tinggi agar botol cacat tidak lolos ke proses selanjutnya. Tingkat Iluminasi rata-rata pada stasiun Empty Bottle Inspection sebesar 113 lux dibawah standar Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002 yaitu sebesar 200 lux. Batas toleransi untuk botol cacat lolos inspeksi yang diizinkan perusahaan adalah 5%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat illuminasi terhadap jumlah produk cacat lolos inspeksi dan memberikan usulan terhadap jenis dan jumlah lampu yang dibutuhkan. Penelitian ini dilakukan selama dimulai pada oktober 2016 hingga januari 2017. Lokasi penelitian terdapat di pabrik pembotolan minuman di Medan, Sumatera Utara. Penelitian dimulai dengan perhitungan tingkat illuminasi, luminasi, reflektansi, jumlah produk cacat lolos inspeksi, pengukuran luas, tinggi ruangan, jumlah lumen. Pengukuran dilakukan selama lima hari. Instrumen yang digunakan antara lain 4 in 1 Multi Function Environment Meter, Meteran ukur. Hasil penelitian adalah rata-rata tingkat illuminasi sebesar 113,4 lux dibawah standar Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002 yaitu sebesar 200 lux. Hasil uji korelasi menunjukan terdapat pengaruh antara variabel independen dan dependen. Maka direkomendasikan penambahan lampu sebagai alat penerang dan meningkatkan tingkat illuminasi pada stasiun Empty Bottle Inspection.

Kata kunci : Pencahayaan, Illuminasi, Luminasi, Produk Cacat, Korelasi, regresi, Metode Lumen


(52)

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PRODUK CACAT PADA STASIUN EMPTY BOTTLE INSPECTION PT. COCA-COLA AMATIL

INDONESIA

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

DEFRI NAEL SIANIPAR NIM :120403096

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 1 7


(53)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.

Tugas Sarjana ini merupakan langkah awal bagi penulis untuk mengenal dan memahami lingkungan kerja serta menerapkan ilmu yang telah dipelajari dan diperoleh selama perkuliahan dan ditujukan untuk memenuhi syarat dalam mendapatkan gelar sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Judul untuk tugas sarjana ini adalah “PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PRODUK CACAT PADA STASIUN EMPTY BOTTLE INSPECTION PT. COCA-COLA AMATIL INDONESIA”.

Penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran yang membangun dari para pembaca. Semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga pembaca lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS


(54)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat mengikuti pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta telah memberikan nikmat kesehatan dan ilmu kepada penulis selama masa kuliah dan dalam penyelesaian laporan Tugas Sarjana ini.

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi.Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orangtua terkasih, Alm. Karmel Sianipar dan Agriana yang telah mendukung penulis baik dari segi moril dan materiil selama menjalani perkuliahan hingga tugas sarjana ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Ir. Khawarita Siregar, M.T., selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3. Ibu Ir. Anizar, M.Kes dan bapak Erwin Sitorus, S.T, M.T selaku Dosen Pembimbing atas waktu, bimbingan, arahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.


(55)

4. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, Msc selaku Koordinator Tugas Akhir atas saran, nasihat dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama penyelesaian Tugas Sarjana ini.

5. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, M.T dan Ibu Dr. Meilita T. Sembiring, S.T, M.T. selaku pembanding atas segala masukan yang diberikan guna menjadikan laporan ini menjadi lebih baik lagi.

6. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan yang menjadi bekal penulis dalam meyelesaikan penulisan Tugas Sarjana ini.

7. Seluruh staff dan karyawan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang banyak membantu dalam penyelesaian administrasi untuk melaksanakan Tugas Sarjana ini.

8. Bapak Yanri, ST selaku pembimbing lapangan yang telah membantu penulis untuk memberikan akses dan informasi tentang perusahaan yang diteliti penulis.

9. Kedua adik terkasih, Lionna Risca Sianipar dan Kristo Manuel Sianipar yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan tugas sarjana ini.

10. Rekan seperjuangan Tugas Akhir di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia, Oka triyona yang telah bekerjasama dengan baik dalam mengumpulkan data-data dari perusahaan yang diteliti penulis.


(56)

11. Sahabat penulis yang selalu menemani dalam menjalani kehidupan kampus yang berat Josep Subastian, ST , Eric Bastian, ST , Yosua Hutagaol, Bryan Aruan, Reza Pranata Ginting, Budi Mangoloi.

12.Teman-teman di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas SumateraUtara khususnya angkatan 2012 (Duabelati) yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.


(57)

DAFTAR ISI

BAB

HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI DRAFT TUGAS SARJANA iii KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xxv

DAFTAR LAMPIRAN ... xxvi

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan dan Manfaat ... I-3 1.4. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-3 1.5. Sistematika PenulisanLaporan... I-4


(58)

2.1. Sejarah Perusahaan PT. Coca-cola Amatil Indonesia II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha... II-2 2.3. Lokasi Perusahaan ... II-2 2.4. Daerah Pemasaran ... II-2 2.5. Organisasi dan Manajemen ... II-3 2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-3 2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-4 2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-6 2.6. Proses Produksi ... II-7 2.6.1. Bahan yang Digunakan ... II-7 2.6.2. Uraian Proses Produksi ... II-9 2.6.3. Mesin dan Peralatan ... II-17 2.7. Mesin dan Peralatan ... II-17 2.8. Utilitas ... II-19 2.9. Safety and Fire Protection ... II-20 2.10. Limbah ... II-21

III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Pencahayaan ... III-1 3.2. Istilah-istilah dan Pengertian dalam Pencahayaan ... III-2 3.3. Iluminasi di Ruang Kerja... III-4


(59)

3.4. Pengukuran Pencahayaan ... III-6 3.4.1. Pengukuran Iluminasi ... III-6 3.4.2. Pengukuran Luminasi ... III-7 3.4.3. Pengukuran Reflektansi ... III-8 3.5. Faktor-faktor Pencahayaan ... III-9 3.6. Cahaya Alami dan Cahaya Buatan ... III-11 3.7. Jenis-jenis Lampu ... III-12 3.7.1. Lampu Pijar ... III-12 3.7.2. Lampu Fluorescent ... III-14 3.7.3. Lampu HID (High Intensity Discharge) ... III-16 3.7.4. Lampu LED (Light Emitting Dioda) ... III-18 3.8. Efek Psikologis Lampu... III-19 3.9. Produktivitas dan Cahaya ... III-19 3.10. Uji Kenormalan Data ... III-20

3.10.1. Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorov

Smirnov ... III-20 3.11. Uji Kecukupan Data ... III-22 3.12. Regresi Linier ... III-22 3.13.`Uji Korelasi Pearson Product Moment ... III-24 3.14.Tingkat Pencahayaan Rata-rata ... III-25 3.14.1. Koefisien Penggunaan ... III-26


(60)

3.14.2. Koefisien Depresiasi ... III-24 3.14.3. Jumlah Armatur yang Diperlukan ... III-27 3.15. Armatur ... III-30 3.15.1. Pemilihan Armatur ... III-30 3.15.2. Klasifikasi Armatur ... III-30

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. TempatdanWaktuPenelitian ... IV-1 4.2. JenisPenelitian ... IV-1 4.3. ObjekPenelitian ... IV-1 4.4. Metode Pengumpulan Data ... IV-2 4.5. Instrumen yang Digunakan ... IV-2 4.6. Prosedur Pengumpulan Data ... IV-3 4.7. Rancangan Penelitian ... IV-4 4.8. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-4 4.9. Defenisi Operasional ... IV-5 4.10.Variabel Penelitian ... IV-5 4.11.Analisis dan Pemecahan Masalah ... IV-6 4.12. Kesimpulan dan Saran ... IV-7


(61)

5.1. Pengumpulan Data... V-1 5.1.1. Data Tingkat Iluminasi dan Luminasi Lantai

Produksi ... V-1 5.1.2. Data Tingkat Iluminasi dan Luminasi Material

Objek Stasiun Empty Bottle Inspection ... V-5 5.1.3. Data Tingkat Kecacatan Botol Kosong pada

Stasiun Empty Bottle Inpection ... V-8 5.2. Uji Kecukupan Data ... V-10

5.2.1. Uji Kecukupan Data Intensitas Cahaya ... V-11 5.2.2. Uji Kecukupan Data Produk Cacat Lolos

Inspeksi ... V-13 5.3. Uji Kenormalan Data ... V-15

5.3.1. Uji Kenormalan Hasil Pengkuran Intensitas

Cahaya ... V-16 5.3.2. Uji Kenormalan Hasil Perhitungan Jumlah

Produk Cacat ... V-23 5.4. Uji Korelasi ... V-30 5.5. Perhitungan Tingkat Iluminasi Rata-rata ... V-33

5.6.1. Perhitungan Angka Reflektansi Material

Objek ... V-34 5.7. Perhitungan Jumlah Kebutuhan Lumen Stasiun


(62)

Empty Bottle Inspection ... V-38

BAB

HALAMAN

VI ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.1. Analisis ... VI-1 6.1.1. Analisis Uji Kecukupan Data ... VI-1 6 . 1 . 2 . A n a l i s i s U j i K e n o r m a l a n D a t a ... V I - 2 6 . 1 . 3 . A n a l i s i s U j i K o r e l a s i ... V I - 3 6 . 1 . 4 . A n a l i s i s U j i R e g r e s ... V I - 3 6 . 1 . 5 . A n a l i s i s J u m l a h F l u x L u m i n o u s ... V I - 4 6 . 2 . P e m e c a h a n M a s a l a h ... V I - 5

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(63)

TABEL HALAMAN 2.1. Jam Kerja Karyawan ... II-7

2.2. Spesifikasi Mesin dan Peralatan ... II-18 3.1. Rekomendasi Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002 ... III-5 5.1. Hasil Pengukuran Illuminasi Stasiun Empty Bottle Inspection V-2 5.2. Hasil Pengukuran Luminasi Stasiun Empty Bottle Inspection.. V-4 5.3. Keteranga Material Objek ... V-6 5.4. Hasil Pengukuran Tingkat Iluminasi dan Luminasi Material

Objek di Stasiun Empty Bottle Inspection ... V-8 5.5. Jumlah Produk Cacat yang Lolos Inspeksi ... V-9 5.6. Data Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya ... V-11 5.7. Data Hasil Pengukuran Produk Cacat Lolos Inspeksi ... V-13 5.8. Data Intensitas Cahaya yang Telah Diurutkan ... V-16 5.9. Perhitungan Nilai Fa(X) Uji Kolmogorov Smirnov ... V-18 5.10. Hasil Nilai Z dan Fe (X) Uji Kolmogorov Smirnov ... V-20 5.11. Data Hasil Perhitungan Nilai D Uji Kolmogorov Smirnov ... V-22 5.12. Data Jumlah Produk Cacat yang Telah Diurutkan... V-23 5.13. Perhitungan Nilai Fa(X) Uji Kolmogorov Smirnov ... V-25 5.14. Hasil Nilai Z dan Fe (X) Uji Kolmogorov Smirnov ... V-27 5.15. Data Hasil Perhitungan Nilai D Uji Kolmogorov Smirnov ... V-29


(64)

GAMBAR HALAMAN 2.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-3

2.2. Blok Diagram Pembuatan Carbonat Soft Drink ... II-10 2.3. Blok Diagram Pembuatan Non Carbonat Soft Drink ... II-11 2.4. Flowchart Proses Pengolahan Air di PT. Coca-Cola

Amatil Indonesia Medan ... II-13 3.1. Radiasi yang Tampak ... III-2 3.2. Spektrum Gelombang Elektromagnetik ... III-3 3.3. Iluminasi dan Luminasi ... III-4 3.4. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum Dengan Luas

Lebih Dari 100 m2 ... III-7 3.5. Posisi Pengukuran Luminasi ... III-8 3.6. Posisi Pengukuran Reflektansi Objek ... III-9 3.7. Kalsifikasi Pencahayaan Buatan ... III-13 3.8. Lampu Pijar (Incandescent Lamp) ... III-14 3.9. Lampu Fluorescent ... III-16 3.10. Lampu HID (High Intensity Discharge) ... III-18 4.1. Kerangka Konseptual ... IV-3 4.2. Blok Diagram Penelitian ... IV-7 5.1. Layout Stasiun Empty Bottle Inspection ... V-2 5.2. Layout Stasiun Empty Bottle Inspection (Material Objek) ... V-6


(65)

5.3. Grafik Rata-rata Iluminasi ... V-36 5.4. Reflektansi Objek Dinding ... V-39 5.5. Reflektansi Objek Conveyor ... V-39 5.6. Reflektansi Objek Premixer dan Filler ... V-40 5.7. Reflektansi Objek Lantai ... V-40 5.8. Pembagian Rongga Stasiun Empty Bottle Inspection ... V-42 6.1. Layout Pemasangan Lampu Alternatif 1 ... V-6 6.2. Layout Pemasangan Lampu Alternatif 2 ... V-7


(1)

3.14.2. Koefisien Depresiasi ... III-24 3.14.3. Jumlah Armatur yang Diperlukan ... III-27 3.15. Armatur ... III-30 3.15.1. Pemilihan Armatur ... III-30 3.15.2. Klasifikasi Armatur ... III-30

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. TempatdanWaktuPenelitian ... IV-1 4.2. JenisPenelitian ... IV-1 4.3. ObjekPenelitian ... IV-1 4.4. Metode Pengumpulan Data ... IV-2 4.5. Instrumen yang Digunakan ... IV-2 4.6. Prosedur Pengumpulan Data ... IV-3 4.7. Rancangan Penelitian ... IV-4 4.8. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-4 4.9. Defenisi Operasional ... IV-5 4.10.Variabel Penelitian ... IV-5 4.11.Analisis dan Pemecahan Masalah ... IV-6 4.12. Kesimpulan dan Saran ... IV-7


(2)

5.1. Pengumpulan Data... V-1 5.1.1. Data Tingkat Iluminasi dan Luminasi Lantai

Produksi ... V-1 5.1.2. Data Tingkat Iluminasi dan Luminasi Material

Objek Stasiun Empty Bottle Inspection ... V-5 5.1.3. Data Tingkat Kecacatan Botol Kosong pada

Stasiun Empty Bottle Inpection ... V-8 5.2. Uji Kecukupan Data ... V-10

5.2.1. Uji Kecukupan Data Intensitas Cahaya ... V-11 5.2.2. Uji Kecukupan Data Produk Cacat Lolos

Inspeksi ... V-13 5.3. Uji Kenormalan Data ... V-15

5.3.1. Uji Kenormalan Hasil Pengkuran Intensitas

Cahaya ... V-16 5.3.2. Uji Kenormalan Hasil Perhitungan Jumlah

Produk Cacat ... V-23 5.4. Uji Korelasi ... V-30 5.5. Perhitungan Tingkat Iluminasi Rata-rata ... V-33

5.6.1. Perhitungan Angka Reflektansi Material


(3)

Empty Bottle Inspection ... V-38

BAB

HALAMAN

VI ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.1. Analisis ... VI-1 6.1.1. Analisis Uji Kecukupan Data ... VI-1 6 . 1 . 2 . A n a l i s i s U j i K e n o r m a l a n D a t a ... V I - 2 6 . 1 . 3 . A n a l i s i s U j i K o r e l a s i ... V I - 3 6 . 1 . 4 . A n a l i s i s U j i R e g r e s ... V I - 3 6 . 1 . 5 . A n a l i s i s J u m l a h F l u x L u m i n o u s ... V I - 4 6 . 2 . P e m e c a h a n M a s a l a h ... V I - 5

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(4)

TABEL HALAMAN 2.1. Jam Kerja Karyawan ... II-7

2.2. Spesifikasi Mesin dan Peralatan ... II-18 3.1. Rekomendasi Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/XI/2002 ... III-5 5.1. Hasil Pengukuran Illuminasi Stasiun Empty Bottle Inspection V-2 5.2. Hasil Pengukuran Luminasi Stasiun Empty Bottle Inspection.. V-4 5.3. Keteranga Material Objek ... V-6 5.4. Hasil Pengukuran Tingkat Iluminasi dan Luminasi Material

Objek di Stasiun Empty Bottle Inspection ... V-8 5.5. Jumlah Produk Cacat yang Lolos Inspeksi ... V-9 5.6. Data Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya ... V-11 5.7. Data Hasil Pengukuran Produk Cacat Lolos Inspeksi ... V-13 5.8. Data Intensitas Cahaya yang Telah Diurutkan ... V-16 5.9. Perhitungan Nilai Fa(X) Uji Kolmogorov Smirnov ... V-18 5.10. Hasil Nilai Z dan Fe (X) Uji Kolmogorov Smirnov ... V-20 5.11. Data Hasil Perhitungan Nilai D Uji Kolmogorov Smirnov ... V-22 5.12. Data Jumlah Produk Cacat yang Telah Diurutkan... V-23 5.13. Perhitungan Nilai Fa(X) Uji Kolmogorov Smirnov ... V-25 5.14. Hasil Nilai Z dan Fe (X) Uji Kolmogorov Smirnov ... V-27 5.15. Data Hasil Perhitungan Nilai D Uji Kolmogorov Smirnov ... V-29


(5)

GAMBAR HALAMAN 2.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-3

2.2. Blok Diagram Pembuatan Carbonat Soft Drink ... II-10 2.3. Blok Diagram Pembuatan Non Carbonat Soft Drink ... II-11 2.4. Flowchart Proses Pengolahan Air di PT. Coca-Cola

Amatil Indonesia Medan ... II-13 3.1. Radiasi yang Tampak ... III-2 3.2. Spektrum Gelombang Elektromagnetik ... III-3 3.3. Iluminasi dan Luminasi ... III-4 3.4. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum Dengan Luas

Lebih Dari 100 m2 ... III-7 3.5. Posisi Pengukuran Luminasi ... III-8 3.6. Posisi Pengukuran Reflektansi Objek ... III-9 3.7. Kalsifikasi Pencahayaan Buatan ... III-13 3.8. Lampu Pijar (Incandescent Lamp) ... III-14 3.9. Lampu Fluorescent ... III-16 3.10. Lampu HID (High Intensity Discharge) ... III-18 4.1. Kerangka Konseptual ... IV-3 4.2. Blok Diagram Penelitian ... IV-7 5.1. Layout Stasiun Empty Bottle Inspection ... V-2 5.2. Layout Stasiun Empty Bottle Inspection (Material Objek) ... V-6


(6)

5.3. Grafik Rata-rata Iluminasi ... V-36 5.4. Reflektansi Objek Dinding ... V-39 5.5. Reflektansi Objek Conveyor ... V-39 5.6. Reflektansi Objek Premixer dan Filler ... V-40 5.7. Reflektansi Objek Lantai ... V-40 5.8. Pembagian Rongga Stasiun Empty Bottle Inspection ... V-42 6.1. Layout Pemasangan Lampu Alternatif 1 ... V-6 6.2. Layout Pemasangan Lampu Alternatif 2 ... V-7