Peranan Dalam Bidang Pendidikan

perwujudan kasih Allah bagi dunia. Oleh karena itu pelayanan kesehatan gratis ini diberikan selain secara cuma-cuma juga bertujuan meningkatkan kesehatan masyarakat kota medan. Kedua, mendirikan rumah sakit yang berada di bawah kepengurusan gereja. Rumah sakit Susanna Wesley merupakan rumah sakit yang didirikan oleh gereja dengan tujuan melayani dan meningkatkan kesehatan masyarakat kota medan. Berbagai kalangan dapat berobat ataupun memeriksakan kesehatannya kesini. Rumah sakit ini memiliki agenda rutin pengobatan gratis bagi masyarakat miskin dan kurang mampu.

4.3 Peranan Dalam Bidang Pendidikan

Pendidikan merupakan kunci dalam mencapai tujuan sosial masyarakat. Dengan pendidikan maka akan tercipta suatu masyarakat yang sejahtera dalam hidupnya. Pendidikan memberikan jawaban bagi masyarakat di dalam menghadapi kehidupannya. Menurut Ki Hajar Dewantara ada tiga lingkungan pendidikan yaitu pertama keluarga. Keluarga merupakan lingkungan dimana terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Di dalam keluarga seseorang pertama sekali mendapat pendidikan. Bentuk pendidikan yang diperoleh biasanya pendidikan non formal. Yang berarti pendidikan yang diperoleh dengan metode yang alami atau tidak resmi. Adapun jenis pendidikannya antara lain berupa penanaman nilai spiritual yaitu kebaktian keluarga bersama, kebaktian minggu ke gereja bersama-sama dan pemberian petuah atau nasihat oleh orang tua kepada anak. Kedua, lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah adalah tempat dimana seorang anak dapat berinteraksi dengan sesamanya dan guru sebagai pendidik. Gereja Methodist Indonesia Berbahasa Batak melihat hal ini sebagai wadah yang tepat untuk memberikan pelayanan kepada anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Untuk itu gereja mendirikan yayasan pendidikan gereja Methodist Indonesiapada Januari 1961 di Medan. Ketiga adalah masyarakat. Masyarakat merupakan tempat seorang mendapat pendidikan yang bersifat non formal. Di sini seorang individu harus dapat mempelajari dan mempraktekkan dengan sendirinya tata krama dalam bermasyarakat. Setiap individu memperoleh pelajaran yang bersifat tersirat karena sudah berhadapan dengan praktek di masyarakat. Gereja juga didalam mengelola pendidikannya memberikan mata pelajaran yang membahas tentang kemasyarakatan seperti ilmu-ilmu sosial, agama maupun budi pekerti. Tujuannya adalah agar peserta didik dapat bersosialisasi dengan baik ketika terjun ke masyarakat. Beberapa peran sekolah antara lain, pertama adalah peran sosialisasi. Artinya adalah bahwa pendidikan berperan sebagai wadah sosialisasi bagi peserta didik di dalam mempelajari arti kehidupan yang dituangkan dalam berbagai bentuk mata pelajaran. Dengan sosialisasi tentang kehidupan diharapkan peserta didik dapat merasakan dan memahami manfaat pendidikan bagi keberlangsungan kehidupannya. Kedua, sekolah juga berfungsi sebagai kontrol sosial bagi masyarakat dan individu. Pendidikan moral yang diajarkan di sekolah dapat digunakan untuk menahan atau mengurangi sifat-sifat egoisme pada peserta didik sehingga menjadi sadar akan tanggung jawab sosialnya bagi masyrakat. Ketiga sekolah berfungsi sebagai pelestari budaya masyarakat. Nilai-nilai budaya masyarakat yang merupakan pedoman bagi masyarakat dalam beraktifitas dalam kehidupan harus secara terus menerus dijaga dan dilestarikan agar menjaga terciptanya tatanan kehidupan masyarakat yang aman, teratur dan damai. Sekolah atau pendidikan mengambil peran sebagai pelestari nilai-nilai tersebut. Dengan mengajar dan mendidik peserta didik merupakan cara atau upaya di dalam melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat. Melalui program mata pelajaran yang diajarkan diharapkan peserta didik mampu memahami dan mengamalkan nilai- nilai budaya dari suatu masyarakat. Pendidikan juga berfungsi sebagai tempat seleksi, latihan dan pengembangan kemampuan peserta didik. Didalam menjalankan kehidupan di tengah masyarakat tentu kita harus memiliki kemampuan untuk berusaha. Pendidikan merupakan jawaban bagi setiap orang dalam melahirkan dan meningkatkan kemampuannya tersebut. Di dalam pendidikan setiap individu diharapakan mampu menggali potensi dan mengembangkan potensinya tersebut bagi perkembangan masyrakat. Pendidikan merupakan salah satu bidang kegiatan yang menunjang kebutuhan manusia serta membimbung manusia di dalam hidupnya untuk mencapai tujuan hidupnya. Peranan pendidikan menimbulkan semangat untuk melakukan hal-hal yang berguna bagi manusia dalam kehidupannya. Karena pendidikan sangat penting dan sangat berguna, begitulah juga dengan kegiatan pendidikan yang dilaksanakan oleh Gereja Methodist Berbahasa Batak di Medan. Yayasan pendidikan yang didirikan oleh gereja membimbing masyarakat mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai kepada tingkat perguruan tinggi. Universitas Methodist Indonesia merupakan perguruan tinggi yang didirikan oleh gereja sebagai bentuk kepedulian dan pelayanan gereja bagi pendidikan masyarakat kota Medan.Perguruan tinggi yang berlokasi di Medan ini berdiri pada 1 agustus 1965 berdasarkan hasil musyawarah Gereja Methodist, 26 – 31 Januari di Medan. Sistem kepemimpinan universitas Methodist berganti sekali dalam empat tahun, disesuaikan dengan penyelenggaraan Konferensi Agung Gereja Methodist Indonesia. Manusia sebagai makhluk tertinggi yang diciptakan Tuhan memerlukansejumlah kebutuhan untuk dapat hidup layak. Manusia memerlukanmakanan, kesehatan, pakaian, pemukiman, komunikasi, dan pendidikan. Dari waktu ke waktu kebutuhan ini memperoleh standar baru sesuai dengan perkembangan zaman. Dan acuan standar ini selalu berpedoman kepada martabat manusia, sehingga dalam batas kemungkinan manusia terus berusaha untuk mempertinggi martabat kemanusiaan di bumi ini. Seperti yang telah ditegaskan dalam Garis Besar Haluan Negara, pembangunan yang kita tuju dan cara-cara yang kita tempuh untuk melaksanakan pembangunan itu harus menjamin terwujudnya pembangunan manusia Indonesoa sutuhnya dan pembangunnan seluruh masyarakat Indonesia sejalan dengan UUD 1945 sebagai kerangka pengaturan kehidupan kebangsaan dan kenegaraan kita, memberi kesempatan yang paling besar bagi kelancaran dan kelangsungan pembangunan. Unsur yang penting bagi suatu bangsa adalah stabilitas yang dinamis, keikut-sertaan dan kreativitas seluruh rakyat dan jaminan kelangsungan pembangunan. Sejalan dengan itu Universitas Methodist Indonesia UMI sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi Gereja Methodist Indonesia GMI dikelola oleh Yayasan Pendidikan GMI yang bertujuan untuk mendidik dan menghasilakan kader-kader bangsa dan negara Indonesia, yang teguh dalam iman, mempunyai ilmu yang tinggi, berbudi pekerti luhur serta mampu membaktikan dirinya kepada Tuhan, bangsa dan negra. Disamping itu UMI bertujuan untuk memelihara, menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian serta membina dan meningkatkan perkembangan masyarakat kea rah satu tata kehidupan yang lebih dinamis, di atas dasar kebudayaan dan kepribadian Bangsa Indonesia. Dengan melihat kebutuhan manusia untuk mempertinggi martabat kemanusiaan serta dilandasi bahwa pendidikan adalah merupakan salah satu misi dari Gereja Methodist Indonesia, amka Gereja Methodist Indonesia mengadakan saran apendidikan mulai dari tingkat Sekolah Taman Kanak-Kanak STK, sampai tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Hal ini mengakibatkan jumlah lulusan yang mungkin makin meningkat setiap tahunnya. Lulusan SLTA sekolah-sekolah GMI banyak yang melanjutkan pendidikannya ke tingkat perguruan tinggi, terutama ke perguruan tinggi di Pulau Jawa. Bagi lulusan SLTA yang berdomisili di Sumatera Utara, pembiayaan pendidikan tinggi akan jauh lebih ringan jika pendidikan tinggi itu dapat diperoleh di Sumatera Utara. Tambahan lagi daya tampung perguruan tinggi yang ada di Sumatera Utara terutama di daerah Medan dan sekitarnya masih membutuhkan tambahan perguruan tinggi. Fakta ini menggugah Drs. F. Hutagalung, salah seorang anggota jemaat GMI Medan, untuk mengambil prakarsa mendirikan suatu Perguruan Tinggi yang akan diasuh oleh GMI. Prakarsa ini beliau cetuskan pada tanggal 29 Januari 1965 dalam Konperensi Tahunan GMI yang berlangsung dari tanggal 26 sd 31 Januari 1965 di Jalan Hang Tuah No. 8 Medan. Prakarsa Drs. F. Hutagalung tersebut memperoleh sambutan positif dalam konperensi dan merupakan salah satu keputusan dalam konperensi tersebut. Untuk merealisasikan keputusan Konperensi tersebut, maka Dewan Pendidikan dan Pengajaran GMI mengajukan surat No. 30Brd.E1965, tanggal 3 Maret 1965 permohonan izin mendirikan Perguruan Tinggi Methodist Indonesia kepada Menteri Perguruan Tinngi dan Ilmu Pengetahuan PTIP RepublikIndonesia. Permohonan tersebut disetujui oleh Menteri PTIP dengan surat beliau tanggal 22 Maret 1965, No.0126SwtU65. Persetujuan Menteri PTIP direalisasikan oleh Dewan Pendidikan dan Pengajaran GMI dengan membentuk suatu panitia untuk mendirikan Perguruan Tinggi Methodist Indonesia di Medan. Dalam rapat Dewan tertanggal 9 April 1965 terbentuklah panitia, dengan susunan sebagai berikut: Ketua : Drs. F. Hutagalung Sekretaris : Pdt. H. Panggabean, MA Bendahara : Lim Ka Oen Anggota : K. Hutapea : Liaw Ing Seng : Oei Giok Ie Dengan dedikasi yang tinggi, walaupun berbekal fasilitas yang sangat minim, panitia berhasil mendirikan Perguruan Tinggi Methodist Indonesia disingkat PTMI pada tanggal 1 Agustus 1965. Penerimaan mahasiswa diumumkan melalui surat-surat kabar, terutam edisi Medan. Fakultas-fakultas yang dibuka adalah Fakultas Sastra Jurusan Bahasa Inggris dan Fakultas Ekonomi Jurusan Perusahaan. Perkuliahan dilaksanakan di Perguruan Kristen Methodist Indonesia di Jal. MH Thamrin No. 58 Medan. Pada waktu itu terdaftar mahasiswa Fakultas Sastra sebanyak 219 orang, dan mahasiswa Fakultas Ekonomi sebanyak 39 orang. Tahun berikutnya, kedua fakultas ini memperoleh status terdaftar sesuai dengan surat Menteri PTIP No. 156BSwtP66 tertanggal 14 Juli 1966. Berdasarkan statuta sementara PTMI, maka Ketua Dewan Pimpinan Pusat Gereja Methodist Indonesia menetapkan Dewan Kantor PTMI, dan Pimpinan Harian PTMI dengan susunan sebagai berikut:

a. Dewan Kurator PTMI :