Gambar 2.1: Diagram Alur Proses Oleokimia Dari Bahan Dasar Minyak atau Lemak Menjadi Oleokimia Dan Turunan Oleokimia Richtler and
Knault, 1984.
2.1.1. Asam Lemak
Asam lemak adalah asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak, umumnya memiliki rantai hidrokarbon panjang dan tidak bercabang.
Kebanyakan trigliserida alami adalah trigliserida campuran, yaitu triester dengan komponen asam lemak yang berbeda Wilbraham, 1992.
Asam-asam lemak mempunyai jumlah atom C genap dari C
4
hingga C
30
dan dalam bentuk bebas atau ester dengan gliserol. Asam lemak jenuh yang paling banyak
ditemukan dalam bahan pangan adalah asam palmitat, yaitu 15 sampai 50 dari seluruh asam-asam lemak yang ada Ketaren, 2005.
2.1.2. Metil Ester Asam Lemak
Dalam beberapa waktu terakhir ini, pemanasan global , polusi, dan penipisan sumber bahan bakar fosil untuk dikonsumsi dengan jumlah yang besar sehingga
energi biomasa diharapkan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut dan mendapat perhatian international, sebagai sumber bahan bakar yang dapat
diperbaharui dan energi yang ramah lingkungan. Bahan bakar biodiesel, metil ester asam lemak MEAL, diproduksi dengan menggunakan reaksi transesterifikasi dari
minyak nabati dan lemak hewani dengan menggunakan metanol yang mengikuti karakteristik dari metil ester asam lemak tersebut. Bahan bakar yang berasal dari
nabati tidak mengandung komponen-komponen aromatik, dan gas buangnya dapat di daur ulang dan rendah kandungan SOx dan material-material lainnya yang terkandung
didalam gas buang dari bahan bakar fosil Schuchardt et al., 1998.
Biodiesel merupakan salah satu perintis teknologi bioenergi, dengan menggunakan minyak nabati yang pertama kali di usulkan oleh mesin berbahan bakar
buatan Rudolf diesel, sekitar 100 tahun yang lalu. Ketika Diesel mempresentasikan mesin diesel, dia menggunakan minyak kacang tanah, karena tidak ada bahan bakar
spesifik yang cocok dengan mesin sebelum munculnya bahan bakar fosil.
Penemuan yang original dari Diesel yang menyatakan bahwa minyak nabati dapat digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel, namun tingginya viskositas dari
minyak tumbuhan sehingga pemanfaatannya tidak dapat diterima Shay, 1993.
Modifikasi minyak nabati atau hewani salah satunya dapat dilakukan melalui reaksi transesterifikasi dengan alkohol rantai pendek menggunakan katalis
menghasilkan ester mono alkil Mittelbach and Ramschmidt, 2004; Knothe et al., 2005. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa biodiesel dapat dipergunakan
sebagai pengganti bahan bakar solar atau dapat juga digunakan secara bersamaan dengan mencampurkan biodiesel tersebut kedalam bahan bakar solar. Pencampuran
dapat dilakukan mengingat biodiesel dan bahan bakar solar memiliki sifat fisik dan kimia yang hampir mirip Clark et al., 1984.
Biodiesel dapat diperoleh dari berbagai macam metode seperti reaksi transesterifikasi, esterifikasi, mikroemulsi, pirolisis dan lainnya. Metode reaksi
transesterifikasi merupakan metode yang paling sering digunakan dalam memperoleh biodiesel dimana dalam reaksi ini, lemak atau minyak direaksikan dengan alkohol
rantai pendek menggunakan katalis. Reaksi transesterifikasi dapat dikatalisis baik oleh katalis homogen seperti NaOH, KOH, H
2
SO
4
, HCl dan lain sebagainya serta katalis heterogen seperti enzim, titanium silikat, resin penukar anion, CaO, MgO, ZnO dan
lain sebagainya Pinto et al., 2005; Vasudevan and Briggs, 2008.
Katalis alkali hidroksida terlarut dalam metanol diketahui dapat digunakan mengkatalisis reaksi transesterifikasi lebih cepat dibandingkan jenis katalis lainnya.
Hanya dalam waktu 6 menit saja menggunakan 1 natrium hidroksida sebagai katalis pada suhu reaksi 60
C dapat diperoleh biodiesel dari minyak biji matahari sampai dengan 90 Freedman et al., 1984. Namun demikian, katalis homogen ini sensitif
terhadap asam lemak bebas dan air yang terkandung dalam lemak atau minyak. Asam lemak bebas akan bereaksi dengan katalis alkali tersebut membentuk sabun apabila
jumlahnya banyak. Adanya sabun mempengaruhi pemisahan gliserol dan dapat mengurangi produk biodiesel yang dihasilkan. Air yang terdapat dalam lemak atau
minyak juga tidak boleh karena akan menyebabkan hidrolisis metil ester oleh adanya katalis asam atau basa Ma et al., 1998.
2.2. Lemak Dan Minyak