rendemen tidak dapat ditentukan secara pasti membuat penyuling tidak menggunakan jasa kredit dari perbankan.
Anggota rantai pasokan minyak akar wangi sangat memerlukan bantuan modal dari pemerintah dan perbankan. Sistem bagi hasil perlu
diterapkan untuk memberikan bantuan modal kepada penyuling atau petani sehingga tidak memberatkan bagi peminjam.
4.2. Gambaran Umum Kemitraan
Kemitraan antara petani dan penyuling pada bisnis akar wangi terjadi dalam suatu kelompok tani. Kemitraan yang terjadi ada yang termasuk pada
pola kemitraan inti plasma dimana penyuling sebagai perusahaan inti menyediakan lahan, modal serta memasarkan hasil produksi dan para petani
sebagai plasma yang bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan inti dengan persyaratan yang telah disepakati. Keunggulan dari sistem inti plasma
diantaranya adalah terciptanya saling ketergantungan dan saling memperoleh keuntungan serta terciptanya peningkatan usaha karena adanya pembinaan dari
perusahaan inti. Kelemahan dari sistem inti plasma antara lain pihak plasma masih kurang memahami hak dan kewajibannya sehingga kesepakatan yang
telah ditetapkan berjalan kurang lancar serta belum adanya kontrak kemitraan yang menjamin hak dan kewajiban komoditas plasma sehingga terkadang
pengusaha inti mempermainkan harga komoditas plasma. Kelompok tani diketuai oleh penyuling yang mempunyai beberapa petani
binaan sebagai anggotanya. Menurut hasil survey, alasan para petani bergabung dalam suatu kelompok tani antara lain untuk mendapat bantuan
modal 53,3 persen, untuk mendapatkan jaminan pasar 43,3 persen dan untuk mengetahui tata cara budidaya yang baik 3,3 persen. Petani yang
mengetahui dan memahami peraturan kemitraan yang dilakukan sebesar 90 persen sedangkan 10 persen tidak mengetahuinya. Petani yang terlibat dalam
pembuatan peraturan kemitraan sebesar 70 persen. Hak petani dalam kemitraan antara lain mendapat bantuan modal dan mendapat pengetahuan mengenai tata
cara budidaya akar wangi yang benar sedangkan kewajibannya adalah
memasok hasil panen akar wangi kepada penyuling dan mengembalikan pinjaman modal.
Jumlah petani yang mendapatkan bantuan sarana produksi dalam kemitraan sebesar 6,7 persen. Jarangnya bantuan sarana produksi dalam suatu
kelompok tani dikarenakan biasanya petani sudah mempunyai sendiri peralatan untuk bertani. Petani yang mendapat bantuan modal sebesar 53,3 persen
sedangkan 46,7 persen tidak mendapat bantuan modal. Secara keseluruhan petani menganggap tidak merasakan ada masalah selama mengikuti kemitraan.
Petani mengganggap peranan kemitraan terhadap keberlangsungan usaha sangat penting 30 persen, 56,7 persen menjawab penting dan 13,3 persen
menjawab cukup penting. Secara keseluruhan petani menganggap peranan
kemitraan terhadapkeberlangsungan usaha penting karena dapat menghasilkan manfaat timbal balik baik bagi petani maupun penyuling.
Persentase persepsi petani terhadap hubungan kemitraan dapat dilihat pada Gambar 11.
Peran pemerintah dalam kemitraan kelompok tani akar wangi di Kabupaten Garut
masih jarang, hanya 13,3 persen petani yang menjawab adanya peran pemerintah dalam kemitraan yang dijalankan.
13,3 30
56,7
Gambar 11. Persepsi Petani terhadap Kemitraan Alasan penyuling akar wangi bergabung dalam kelompok tani adalah
untuk mendapatkan jaminan pasokan akar wangi dari petani. Penyuling mengetahui dan memahami peraturan kemitraan yang dilakukan karena
biasanya para penyuling yang membuat peraturan tersebut. Hak penyuling dalam kemitraan antara lain mendapat pengembalian pinjaman modal yang
diberikan kepada petani dan mendapat pasokan akar wangi. Kewajibannya
antara lain memberi bantuan modal dan memberi binaan mengenai tata cara budidaya akar wangi yang baik.
Jumlah penyuling yang menganggap tidak ada masalah dalam melakukan kemitraan sebesar 72,7 persen sedangkan 27,3 persen penyuling menjawab
masih ada masalah dalam kemitraan. Masalah yang terjadi dalam kemitraan adalah
selama mengikuti kemitraan petani mitra terkadang menjual sebagian hasil produksi akar wanginya ke penyuling lain. Penyuling yang menganggap
bahwa peranan kemitraan terhadap keberlangsungan usaha adalah sangat penting sebesar 63,3 persen.
Bentuk kemitraan lain yang terjadi antara petani dan penyuling akar wangi di Kabupaten Garut adalah koperasi. Koperasi tersebut didirikan pada tahun
2010 dengan nama Koperasi USAR Usaha Rakyat yang diketuai oleh Bapak Ede Kadarusman. Kegiatan koperasi tersebut saat ini adalah proses sosialisasi
dan perekrutan kepada petani dan penyuling akar wangi di Kabupaten Garut. Koperasi USAR diharapkan dapat memberikan keuntungan bersama baik saat
proses budidaya maupun proses penjualan dan penetapan harga agar terciptanya kesejahteraan pada pelaku usaha akar wangi khususnya petani.
4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hubungan Kemitraan