Level kriteria Level sub kriteria

Kelestarian sum berdaya ikan 20 40 60 80 100 120 Sangat penting Penting Tidak Penting Tidak tahu persepsi Peningkatan fasilitas dan infrastruktur kegiatan pemasaran 20 40 60 80 100 120 sangat penting penting tidak penting tidak tahu persepsi Pengem bangan akses pasar 20 40 60 80 100 120 sangat penting penting tidak penting tidak tahu persepsi Penentuan harga dasar jenis ikan 20 40 60 80 100 120 sangat penting penting tidak penting tidak tahu persepsi Gambar 8 Persepsi koperasi terhadap kelestarian sumberdaya ikan, peningkatan fasilitas dan infrastruktur kegiatan pemasaran, pengembangan akses pasar dan penentuan harga dasar ikan.

4.2.2 Level kriteria

Urutan prioritas kriteria pada kebijakan strategi pemasaran produksi perikanan di Kabupaten Halmahera Utara adalah biologi 0,3429, ekonomi 0, 2514, pemasaran 0,1752, sosial 0,1574 dan teknologi 0,0738. Pemasaran produksi perikanan didahului dengan kegiatan penangkapan ikan di perairan Kabupaten Halmahera Utara. Pada kegiatan penangkapan ikan kondisi sumberdaya ikan menjadi faktor yang penting bagi keberlangsungan pemasaran produksi perikanan. Nelayan di Kabupaten Halmahera Utara rata-rata sebagai nelayan sub sisten yang melakukan kegiatan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan mererka sehari-hari. Sehingga kriteria biologi mendapat urutan piriorotas pertama supaya kegiatan penangkapan ikan dapat dilakukan secara berkalanjutan. Dengan pengelolaan sumberdaya ikan yang terus berkelanjutan maka keberlangsungan kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan dapat terjaga, sehingga kebutuhan ekonomi nelayan skala kecil dapat terjamin. Hasil tangkapan yang diperoleh dijual kepada pengumpul dibo-dibo. Pemasaran produk perikanan dari nelayan kabupaten Halmahera Utara dipasarkan ke pasar ikan lokal maupun maupun pasar antar kabupaten. Pemasaran tersebut telah melibatkan pengumpul sehingga terjadi penyerapan tenaga kerja bidang perikanan kriteria sosial. Kriteria teknologi menjadi alternatif terakhir dikarenakan perikanan skala kecil yang dilakukan oleh nelayan Halmahera Utara dirasakan tidak membutuhkan peningkatan teknologi yang tinggi.

4.2.3 Level sub kriteria

Urutan prioritas pada level sub kriteria adalah kelestarian sumberdaya ikan 0,27, akses pemasaran 0,16, biaya investasi 0,13, biaya operasional 0,10, kelembagaan 0,10, jumlah dan jenis sumberdaya ikan 0,07, harga ikan 0,06, pelatihan dan pembinaan 0,05, pendapatan nelayan 0,04, ukuran kapal 0,03 dan jumlah kapal 0,03. Aktor-aktor yang berperan dalam kebijakan strategi pemasaran produksi perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Halmahera Utara telah menyadari bahwa keberlangsungan pendapatan mereka yang berasal dari kegiatan penangkapan ikan harus mendahulukan kelestarian sumberdaya ikan sebagai prioritas pertama. Kelestarian sumberdaya ikan merupakan syarat untuk keberlangsungan kegiatan penangkapan ikan dan usaha dari nelayan. Kelestarian sumberdaya yang mempu mendukung keberlangsungan kegiatan pemasaran di Kabupaten Halmahera Utara perlu diperhatikan. Kegiatan ini dapat menjalankan roda ekonomi antara nelayan, pedagang, konsumen dan pemerintah daerah. Untuk mencapai strategi pemasaran produksi perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Halmahera Utara, maka alternatif sub kriteria selanjutnya adalah akses pemasaran bagi produksi tersebut. Saat ini pemasaran hasil tangkapan nelayan Kabupaten Halmahera Utara dilakukan melalui pengumpul atau pengecer. Nelayan tidak melakukan penyimpanan terhadap hasil tangkapan mereka, salah satu alasannya adalah tidak terdapatnya fasilitas bagi penyimpanan hasil tangkapan tersebut. Nelayan di Kabupaten Halmahera Utara terkadang tidak melaut dikarenakan mereka bukan pemilik kapal atau bahkan tidak memiliki modal untuk melaut. Hal ini dikarenakan biaya investasi kapal dan operasional melalut tidak dapat mereka penuhi. Kedua sub kriteria tersebut menjadi alternatif selanjutnya, dimana produksi yang kontinu diharapkan dapat menjaga keberlangsungan kegiatan pemasaran bagi perikanan skala kecil di Kabupaten Halmahera Utara. Dalam pelaksaan kegiatan pemasaran tersebut, aktor yang paling berperan adalah dibo-dibo. Kelembagaan pemerintah daerah Kabupaten Halmahera Utara belum mengeluarkan kebijakan yang terkait dengan pemasaran produksi perikanan tangkap skala kecil, sehingga peran kelembagaan dalam kegiatan pemasaran tersebut belum terlihat. Nielsesn dan Vedsmend 1997 melakukan penelitian terhadap organisasi perikanan. Pada organisasi perikanan yang memiliki karakteristik banyak alat tangkat dan kategori kapal adalah perikanan skala kecil, biasanya organisasi ini bersifat pasif terhadap regulasi perikanan dan dinamisai pasar, dan bahkan sering tidak berperan pada strategi yang dibuat. Pada kegiatan pemasaran produksi perikanan faktor yang berpengaruh adalah jumlah dan jenis sumberdaya ikan dan harga ikan. Proses pemasaran di Kabupaten Halmahera Utara, setelah nelayan melakukan bongkar saat pendaratan, aktor yang berperan dalam penentuan harga ikan tersebut adalah dibo-dibo. Belum adanya ketetapan harga jenis ikan tertentu, membuat nelayan tidak bisa melakukan penawaran terhadap harga yang diberikan oleh dibo-dibo. Pelatihan dan pembinaan terhadap pelaku pemasaran yang secara langsung berkaitan terhadap pemasaran produksi perikanan tangkap skala kecil sangat perlu dilakukan. Beberapa alasan perlunya kegiatan tersebut adalah penjagaan mutu atau kualitas hasil tangkapan sehingga memiliki nilai yang lebih baik dan kesegaran hasil tangkapan ke konsumen dapat terjamin, alasan yang lain adalah keadilan tawar menawar antara nelayan dengan dibo-dibo, sehingga sub kriteria selanjutnya yaitu pendapatan nelayan dapat tercapai. Sub kriteria ukuran dan jumlah kapal sebagai alternatif terakhir bagi pemasaran produksi perikanan tangkap skala kecil. Hal tersebut dikarenakan tidak terlalu berpengaruh mengingat perikanan skala kecil masih menggunakan kapal motor tempel, sehingga pengaruh terhadap jenis hasil tangkapan tidak terlalu berpengaruh.

4.2.4 Level alternatif kebijakan