2.7. Tipe Keluarga
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti, mengenai tipe keluarga, diperoleh bahwa mayoritas tipe keluarga responden dengan tipe keluarga kecil
yaitu sebanyak 54 responden 79,4, sedangkan tipe keluarga responden dengan tipe keluarga besar sebanyak 13 responden 19,1. Hal ini sejalan dengan
penelitian Juherman 2008, yang menunjukkan hasil, keluarga kecil lebih banyak dibandingkan keluarga besar yang memberikan ASI Eksklusif, ini menjelaskan
bahwa semakin banyak jumlah anggota dalam keluarga maka alokasi waktu, perhatian, dan tingkat keeratan yang diberikan orangtua kepada anak akan
berkurang. Sejalan dengan hasil penelitian Kendang 2012, yang menunjukkan bahwa kakek dan nenek yang tinggal serumah dengan keluarga yang memiliki
bayi atau keluarga besar, mempunyai peluang sangat besar untuk memberikan MPASI dini pada bayi sehingga meningkatkan kegagalan pemberian ASI
Eksklusif, walaupun ibu mengetahui bahwa pemberian MP-ASI terlalu dini dapat mengganggu kesehatan bayi. Tetapi hal ini berbeda dengan hasil penelitian
Ayunsari dkk. 2013, yang menunjukkan bahwa responden dengan tipe keluarga kecil tidak memiliki perbedaan dibandingkan dengan responden yang memiliki
tipe keluarga besar dalam memberikan ASI Eksklusif, dengan nilai CI : 0,865- 1,187 yang menunjukkan bahwa hasil tidak signifikan atau tidak ada pengaruh
antara tipe keluarga dengan tindakan pemberian ASI Eksklusif.
Universitas Sumatera Utara
2.8. Suku
Hasil penelitian yang menggambarkan suku responden, mayoritas responden bersuku Gayo yaitu sebanyak 40 responden 58,8, sedangkan
responden bersuku Jawa sebanyak 12 responden 17,6, responden bersuku Aceh sebanyak 10 responden 17,7, responden bersuku Minang sebanyak tiga
responden 4,4, dan bersuku Batak sebanyak dua responden 2,9. Menurut Leininger 1984 yang dikutip oleh Firanika 2010, manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan kebudayaan pada setiap saat dimanapun dia berada, kebudayaan dapat menopang perilaku kesehatan maupun dapat
memperburuk kesehatan. Begitu juga yang diungkapkan Swaswona dan meutia 1998 dalam Firanika 2010, bahwa perilaku pemberian ASI Eksklusif tidak
terlepas dari pandangan budaya yang telah diwariskan turun-menurun dalam kebudayaan atau suku yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan penelitian
Basriludin 2009, yang menunjukkan hasil bahwa kebudayaan atau suku berpengaruh terhadap tindakan pemberian ASI Eksklusif, yang ditunjukkan oleh
nilai p0,05, karena nilainorma tentang pemberian ASI Eksklusif dianggap bermanfaat bagi kesehatan ibu.
2.9. Jumlah Anak