HASIL Revegetasi Tebing dengan Metode Rambatan pada Lahan Pasca Penambangan Batubara PT Mandiri Intiperkasa, Nunukan Kalimantan Timur

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL

Parameter yang diukur dan diamati pada penelitian ini adalah pertumbuhan vegetatif tanaman merambat, luas penutupan tebing dari pertumbuhan tanaman rambat, presentase hidup tanaman merambat dan sifat kimia tanah.

5.1.1. Pertumbuhan Panjang Batang Primer

Pertumbuhan vegetatif yang diamati pada penelitian ini adalah pertumbuhan panjang batang primer, pertumbuhan jumlah daun dan pertumbuhan jumlah cabang yang setiap minggunya dilakukan pengukuran terhadap ketiga parameter tersebut. Rekapitulasi hasil sidik ragam parameter pertumbuhan panjang batang primer dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Hasil analisis sidik ragam parameter panjang batang primer pada setiap minggu setelah tanam MST. Faktor Pertumbuhan Panjang Batang Primer 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST Jenis tn tn tn tn Coconet tn tn tn tn tn JenisCoconet tn tn tn tn tn = berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5 tn = tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5 Dari Tabel 1 di atas diperoleh hasil bahwa jenis tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter panjang batang primer tanaman pada 1 MST, pada minggu selanjutnya faktor jenis tanaman tidak berpengaruh nyata pada parameter ini. Perlakuan dengan penggunaan coconet tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan panjang batang primer tanaman. Faktor interaksi antara jenis dengan coconet juga menunjukan tidah berbeda nyata pada pertumbuhan panjang batang primer. Untuk mengetahui jenis tanaman merambat terbaik dilakukan uji Duncan yang disajikan pada Gambar 6. Gambar 6 Hasil uji Duncan pengaruh jenis tanaman merambat terhadap pertumbuhan panjang batang primer pada 1 MST Huruf beda di belakang angka menunjukkan pengaruh nyata menurut uji Duncan pada taraf 5 Hasil uji Duncan yang disajikan dalam bentuk diagram batang pada Gambar 6 dapat diinterpretasikan bahwa laju pertumbuhan tanaman Waluh dan Cipir secara statistik dianggap sama walaupun nilainya berbeda, secara numerik tanaman Koro mempunyai laju pertumbuhan panjang yang berbeda dengan kedua tananaman lainnya. Dari ketiga tanaman yang menghasilkan panjang batang primer rata-rata tertinggi adalah Cipir yaitu 7,04 cm pada 1 MST. Kemudian laju pertumbuhan panjang yang kedua adalah Waluh, kemudian Koro mempunyai laju pertumbuhan paling rendah dibanding keduanya pada 1 MST. Pemaparan data deskriptif pertumbuhan panjang batang primer dari 1 MST sampai pada 5 MST disajikan pada Gambar 7. Gambar 7 Pertumbuhan panjang batang primer pada setiap jenis tanaman dan pada 1 MST – 5 MST

5.1.2. Pertumbuhan Jumlah Daun

Parameter pertumbuhan vegetatif yang ke dua adalah pertumbuhan jumlah daun tanaman. Rekapitulasi hasil sidik ragam pertumbuhan jumlah daun disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil analisis sidik ragam parameter pertumbuhan jumlah daun pada setiap Minggu Setelah Tanam MST. Faktor Pertumbuhan Jumlah Daun 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST Jenis Coconet tn tn tn tn tn JenisCoconet tn tn tn tn tn = berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5 tn = tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5 Dari Tabel 2 di atas didapatkan hasil bahwa jenis tanaman rambat berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan jumlah daun pada 1 MST sampai pada 5 MST. Perlakuan dengan penggunaan coconet sebagai media rambat tidak berpengaruh nyata selama 5 MST. Faktor interaksi jenis dan coconet tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun. Berdasarkan hasil sidik ragam Tabel 2 dapat dilihat faktor jenis tanaman berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan daun pada 1 MST sampai dengan 5 MST, sedangkan faktor penggunaan coconet dan interaksi jenis tanaman dengan Coconet tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun. Gambar 8 Hasil uji Duncan pengaruh jenis tanaman merambat terhadap pertumbuhan jumlah daun pada 1 MST – 5 MST Huruf beda di belakang angka menunjukan pengaruh nyata menurut uji Duncan taraf 5 pada setiap MST Berdasarkan uji lanjut Duncan yang disajikan pada Gambar 8 dapat diketahui bahwa jenis tanaman merambat waluh dan koro secara statistik dianggap sama dan tanaman merambat yang mempunyai pertumbuhan jumlah daun paling banyak adalah Cipir dengan pertumbuhan jumlah daun sebanyak 25,67 pada akhir pengamatan 5 MST.

5.1.3. Pertumbuhan Jumlah Cabang

Kemudian parameter ukur pertumbuhan vegetatif yang terakhir adalah pertumbuhan jumlah cabang tanaman. Hasil sidik ragam disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil sidik ragam parameter pertumbuhan jumlah batang pada setiap Minggu Setelah Tanam MST. Faktor Pertumbuhan Jumlah Batang 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST Jenis Coconet tn tn tn tn tn JenisCoconet tn tn tn tn tn = berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5 tn = tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5 Dari Tabel 3 di atas diperoleh hasil bahwa jenis tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter ukur pertumbuhan jumlah cabang pada 1 MST sampai pada 5 MST. Faktor coconet tidak berpengaruh nyata terhadap parameter ukur ini, dan interaksi jenis dengan coconet juga tidak berpengaruh nyata. Pertumbuhan cabang tanaman adalah parameter pertumbuhan yang perlu diperhitungkan dalam penelitian pemilihan jenis tanaman yang digunakan sebagai tanaman penutup untuk pencegah erosi tanah. Hasil uji Duncan pengaruh jenis tanaman merambat terhadap pertumbuhan jumlah batang dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Hasil uji Duncan pengaruh jenis tanaman rambat terhadap pertumbuhan jumlah cabang pada 1 MST – 5 MST Huruf beda di belakang angka menunjukan pengaruh nyata menurut uji Duncan taraf 5 Gambar 9 merupakan kurva hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5. Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa jenis Cipir mempunyai pertumbuhan yang berbeda nyata dengan dua jenis tanaman yang lainnya. Cipir mempunyai jumlah cabang lebih banyak pada setiap MST dibanding dengan dua jenis lainnya.

5.1.4. Luas Penutupan Tebing

Selain ketiga parameter di atas, pada penelitian ini juga diukur luas penutupan tanaman terhadap tebing dari kombinasi jenis dan penggunaan coconet. Untuk mengetahui bahwa perlakuan pada penelitian ini berbeda nyata apa tidak, dilakukan uji F pada data yang diperoleh. Hasil sidik ragam laju penutupan tebing dengan uji F per minggunya disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil analisis sidik ragam parameter laju luas penutupan tebing oleh kombinasi tanaman merambat pada setiap Minggu Setelah Tanam MST. Faktor Laju Luas Penutupan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST Kombinasi Jenis tn tn tn tn tn Coconet tn tn tn tn tn Kombinasi JenisCoconet tn tn tn tn tn = berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5 tn = tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5 Berdasarkan Tabel 4 di atas, setiap perlakuan yang digunakan dalam kpenelitian ini tidak berpengaruh nyata terhadap laju luas penutupan tebing pada keseluruhan MST. Persen penutupan coverage merupakan parameter yang dihitung dan diamati dalam penelitian ini. Persen penutupan dilihat pada setiap faktor perlakuan yang dilakukan. Faktor yang digunakan pada penutupan adalah kombinasi tanaman, penggunaan kerangka penjalar coconet dan interaksi kombinasi jenis dengan coconet. Sesuai dengan Tabel 5, setiap perlakuan atau faktor pada parameter laju luas penutupan tebing ini tidak berbeda nyata terhadap laju luas penutupan tebing pada taraf 5 dengan uji F hitung. Kemudian untuk menginterpretasi laju penutupan tebing secara deskriptif disajikan dalam bentuk kurva pada Gambar 10. Gambar 10 Grafik laju luas penutupan tanaman terhadap tebing dalam . CMPT = kombinasi tanaman Waluh dengan Cipir CMCG = kombinasi tanaman Waluh dengan Koro Angka 30 dan 50 di belakang kode kombinasi tanaman menunjukan ukuran petak coconet yang dipakai Secara deskriptif pada Gambar 10 dapat diketahui bahwa penutupan pada tebing terbesar adalah kombinasi tanaman Waluh dengan Cipir pada coconet ukuran 50 yaitu pada nilai rata-rata laju penutupan sebesar 21,94 pada 5 MST.

5.1.5. Presentase Hidup

Presentase hidup merupakan indikator tanaman pada tingkat ketahanan terhadap kondisi lahan kritis. Rekapitulasi hasil persentase hidup tanaman tiap jenis dan tiap perlakuan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Rekapitulasi hasil persen hidup tanaman selama 5 MST Jenis Ukuran coconet jumlah Persen hidup tanaman 0 MST 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST Waluh 30 12 100 100 100 100 100 91.67 Waluh 50 12 100 100 100 100 100 100 Cipir 30 6 100 100 100 100 100 100 Cipir 50 6 100 100 100 100 100 100 Koro 30 6 100 100 100 100 100 83.33 Koro 50 6 100 100 100 100 100 100 Pada Tabel 5 dapat diartikan bahwa ketiga tanaman mempunyai ketahanan untuk hidup pada kondisi tanah kritis. Nilai persen hidup masing- masing jenis pada 5 MST antara lain adalah Waluh dengan coconet 30 mempunyai daya hidup sebesar 91,67 dan Waluh pada coconet 50 mempunyai presentase hidup sebesar 100 , Cipir mempunyai daya tumbuh sebesar 100 pada kedua jenis coconet yang digunakan. Kemudian pada tanaman Koro mempunyai daya hidup sebesar 83,33 pada coconet 30 dan 100 pada coconet 50.

5.1.6. Kondisi Tanah

Hasil analisis beberapa sifat kimia tanah asli dan tanah setelah dilakukan pemupukan disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Beberapa sifat kimia tanah pada tanah asli dan tanah setelah dipupuk pada lokasi penelitian di lapangan. No Parameter Satuan Contoh tanah Tanah asli Tanah setelah dipupuk 1 pH H 2 3.2 SM 3.1 SM CaCl 2 3 SM 2.9 SM 2 C Org 0.12 SR 0.08 SR 3 N Total 0.02 SR 0.02 SR 4 Rasio CN 6 R 4 SR 5 P tersedia ppm 7.48 SR 7.59 SR 6 K cmolkg 0.06 SR 0.06 SR 7 KTK cmolkg 1.43 SR 1.43 SR 8 Al 3+ me100g 0.96 ST 1.34 ST 9 Fe tersedia 3.82 ST 3.22 ST 10 Sulfida tersedia ppm 541.86 ST 542.43 ST Keterangan : SM=sangat masam, SR=sangat rendah, R=rendah, ST=sangat tinggi Kriteria kimia tanah di atas berdasarkan Tingkat Kesuburan Tanah Balai Penelitian Tanah Bogor 2005 Setelah penelitain berjalan selama 5 minggu dan tanaman berusia 5 MST, untuk mengetahui ada perubahan atau tidak pada tanah di lokasi penelitian maka dilakukan pengambilan contoh tanah. Contoh tanah dianalisis di Laboratorium Seameo Biotrop dengan parameter uji antara lain pH tanah, C organik, N total, rasio CN, P tersedia, K dan KTK tanah. Setelah mendapatkan hasil Laboratorium, ternyata tanah pada lokasi tanaman rambat mengalami perubahan nilai pada beberapa sifat kimia tanah. Perubahan sifat kimia tanah tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Beberapa sifat kimia tanah pada tanah tanaman yang tumbuh dengan baik dan tanah yang ditanami tanaman tumbuh merana pada 5 MST. No Parameter uji Satuan Contoh tanah Tanah pada tanaman tumbuh baik Tanah pada tanaman tumbuh merana 1 pH H 2 3.7 SM 2.8 SM CaCl 2 3.4 SM 2.7 SM 2 C Org 0.2 SR 0.2 SR 3 N Total 0.03 SR 0.03 SR 4 Rasio CN 6.7 R 6.7 R 5 P tersedia ppm 40.2 ST 11.82 R 6 K cmolkg 0.1 R 0.05 SR 7 KTK cmolkg 1.43 SR 1.07 SR 8 Al 3+ me100g 1.15 ST 1.53 ST 9 Fe tersedia 3.63 ST 4.04 ST 10 Sulfida tersedia ppm 611.35 ST 654.15 ST Keterangan : SM=sangat masam, SR=sangat rendah, R=rendah, ST=sangat tinggi Kriteria kimia tanah di atas berdasarkan Tingkat Kesuburan Tanah Balai Penelitian Tanah Bogor 2005

5.1.7. Gambar pertumbuhan tanaman

Dari ketiga tanaman penelitian yang digunakan berasal dari dua Famili yaitu 1 tanaman dari Cucurbitaceae dan dan 2 jenis tanaman dari Famili Leguminoceae. Dari 2 famili yang digunakan memiliki karakteristik merambat yang berbeda. Karakter tersebut dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar tanaman yang mengalami pencucian hara karena air drainase dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 11 A organ pelilit pada tanaman waluh, B tanaman koro melilit pada kerangka penjalar dengan tubuh batangnya Gambar 12 A Tanaman yang tumbuh merana pada tanah yang dialiri drainase tinggi. B tanaman tumbuh baik, C tumbuhan lain dapat tumbuh di sekitar tanaman penelitian

5.2 PEMBAHASAN