Glulam Vertikal Glulam Horizontal

2.9. Glulam

2.9.1. Glulam Vertikal

Ada dua jenis glulam menurut arah penyusunan laminanya yaitu glulam vertikal dan glulam horizontal. Glulam vertikal adalah glulam yang menerima momen lentur sejajar muka laminasi. Dalam makalah yang ditulis oleh Bahtiar 2008a terdapat rumus untuk menghitung modulus elasitas dan keteguhan lentur untuk glulam vertikal. Rumus tersebut diturunkan tanpa mentransformasi luas penampang lamina, sehingga persamaan yang diperoleh tetap taat azas. Berdasarkan hasil penurunan rumus oleh Bahtiar 2008b, modulus elastisitas glulam dapat dihitung dengan rumus: ∑ ∑ Sedangkan untuk keteguhan lentur S R glulam sejajar muka lamina yang diturunkan dari persamaan yang taat azas didapat rumus sebagai berikut: ² ∑ Tegangan normal maksimum yang dialami setiap lamina harus lebih kecil daripada keteguhan lentur lamina tersebut S Ri . Oleh karena itu, untuk menduga nilai keteguhan lentur glulam sejak sebelum diproduksi dimana sifat-sifat laminanya telah diketahui dapat dihitung dengan rumus: ² ∑ S ; iv , , , … n

2.9.2. Glulam Horizontal

Jenis glulam yang kedua adalah glulam horizontal. Glulam horizontal adalah glulam yang menerima momen lentur tegak lurus muka laminasi. Dalam makalah yang ditulis oleh Bahtiar 2008b terdapat rumus untuk menghitung modulus elasitas dan keteguhan lentur untuk glulam horizontal. Rumus tersebut diturunkan tanpa mentransformasi luas penampang lamina, sehingga persamaan yang diperoleh tetap taat azas. Berdasarkan hasil penurunan rumus oleh Bahtiar 2008b, bentuk umum untuk mengitung nilai tunggal modulus elastisitas glulam dari lamina yang bervariasi sifat mekanisnya dapat dihitung dengan rumus: ∑ Sedangkan untuk keteguhan lentur S R glulam sejajar muka lamina yang diturunkan dari persamaan yang taat azas didapat rumus sebagai berikut: Agar tidak terjadi kerusakan, maka tegangan lentur lamina harus lebih rendah daripada keteguhan lentur tiap lamina tersebut σ ≤ S Ri . Oleh karena itu, untuk menduga nilai keteguhan lentur glulam sejak sebelum diproduksi dimana sifat- sifat laminanya telah diketahui dapat dihitung dengan rumus: S ; i , , , … n Namun dari rumus diatas nilai variabel y belum dapat ditentukan. Variabel y adalah jarak suatu titik terhadap garis netral. Oleh karena itu, perlu ditentukan posisi netral terlebih dahulu. Dalam Bahtiar 2008b telah didapat rumus menentukan letak centroid posisi netral pada penampang berbentuk persegi. ∑ ∑ ∑ ∑

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2008 sampai bulan Februari 2009. Tempat pembuatan dan pengujian glulam I-joist yaitu di Laboratorium Produk Kayu Majemuk dan Laboratorium Sifat Fisik dan Mekanis Kayu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Departemen Kehutanan, Jl. Gunung Batu Bogor-Jawa Barat. Sedangkan untuk pengujian contoh kecil bebas cacat yaitu di Laboratorium Keteknikan Kayu dan Laboratorium Peningkatan Mutu Kayu Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

3.2. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bahan dasar : Kayu karet tua Hevea brasiliensis yang diperoleh dari perkebunan tanaman karet tidak produktif di daerah Jawa Barat b. Perekat : Phenol resorsinol formaldehida PRF untuk sambungan antar lamina dan PVAc Polivynil Asetat untuk sambungan jari pada satu lapisan lamina c. Ekstender: tepung terigu Alat yang digunakan untuk pembuatan glulam I-joist yaitu : a. Band saw dan gergaji bundar circular saw untuk membelah dan memotong contoh uji b. Mesin serut S4S Smooth 4 sides untuk menghaluskan permukaan c. Mesin pembentuk sambungan jari finger joint d. Alat kempa dingin untuk merekatkan contoh uji e. Klem besi untuk menjepit contoh uji saat direkatkan f. Meteran Pengujian sifat fisis menggunakan alat seperti di bawah ini: a. Timbangan elektrik untuk menimbang contoh uji b. Oven untuk mengeringkan contoh uji sampai kadar air tertentu